Home / Urban / Bukan Pewaris Biasa / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Bukan Pewaris Biasa: Chapter 61 - Chapter 70

168 Chapters

Rencana Gila Juna!

"Aku tidak ingin berdebat tentang ular itu. Dan kau, cepat keluar dari kamar ini!" bentak Dannis. Ia sudah sangat lelah mengarungi satu jam lebih perjalanan udara yang membuatnya trauma. Dan ketika sampai di apartemennya sendiri, ia bahkan tidak bisa menghabiskan waktu sendiri dengan tenang di kamar kecilnya. "Baiklah, tapi jangan salahkan aku. Aku sudah memberitahukanmu tentang ini," balas Rei. Ia beranjak pergi dari ranjang dan meninggalkan Dannis bersama dengan ketenangannya. Namun sebelum sempat Rei menutup pintu kamar, tiba-tiba Juna yang berada di unit apartemen lain langsung mendobrak masuk dan menyingkirkan Rei dari depan pintu kamar Dannis. "Hei?!" Rei tampak terdorong hingga terjungkal ke sofa. "Dan!" teriak Juna. Sayangnya, Dannis tidak merasa terkejut sedikitpun. Ia justru rebahan santai sambil memegang tabletnya. Perlahan melirik ke arah Juna yang tampak tergesa-gesa dan panik. Namun tatapan kedua mata Dannis tampak biasa saja. "Apa?" tanyanya. "Kau sudah melihat
last updateLast Updated : 2023-09-14
Read more

Misi Sertifikat Tanah Dimulai!

"Hai, guys! Ini adalah mobil mini van yang sudah dilengkapi dengan beberapa perangkat elektronik termutakhir. Rei, bagaimana?" ungkap Juna.Ia memperlihatkan niatnya dengan memberikan Rei sebuah tempat kerja berupa mobil mini van. Saat ini mereka bertiga sedang berada di basement tingkat tiga, di tempat yang begitu sepi. Tampak Rei sangat menikmati hadiah yang diberikan oleh Juna. Perangkat komputer super canggih dan peralatan termutakhir untuk melakukan pelacakan dan penyadapan sudah berada di tangannya. "Ini luar biasa! Apa kau baru saja merampok seorang hacker terdekat?" sindir Rei. "Bukan, bodoh! Aku membelinya saat acara penyambutan di Balairung. Apa kau ingat dengan kejadian orang tuanya Randy?" Juna menoleh ke arah bosnya. "Hah? Oh, iya. Tapi bukannya waktu itu warna Van-nya hitam?" Dannis tampak santai menanggapi cerita pengawalnya sambil menyendok es krim kecil di tangannya. "Kau benar. Saat itu aku tidak jadi menggunakan mobil ini karena terlalu mencolok. Lihat saja, ad
last updateLast Updated : 2023-09-15
Read more

Lokasi Target!

"Apa aku ketinggalan sesuatu?" tanya Rei yang tampak kebingungan ketika melihat mereka semua sedang berdebat. Om Gunawan yang sedang membereskan peralatan make up-nya terlihat menyingkir dari pergulatan itu. Ia tampak tenang dan bahkan bersenandung. "Bocah! Sini!" teriak Nina. Rei yang tidak tahu apa-apa akhirnya menurut saja. Ia menghampiri Nina yang tampak sedang kesal. Itu terlihat jelas dari raut wajahnya. "Ada apa? Apa kita sedang membicarakan rencana kita untuk masuk ke gedung utama?" Rei asal menebak. "Kita tidak jadi mengambil sertifikat tanah itu!" sentak Nina dengan begitu tegasnya. "Benar! Akan sangat berbahaya kalau kita melakukannya," sahut Gilang. Namun suara kedua orang itu tidak didengar oleh Dannis. Semakin keduanya menolak rencana pencurian itu, semakin Dannis geram dengan mereka. Ia melirik Juna yang berdiri di sampingnya. Tanda yang diberikan oleh bosnya tampak sungguh-sungguh. Dengan cepat, Juna langsung membawa peralatannya yang telah dikemas di sebuah ran
last updateLast Updated : 2023-09-16
Read more

Menyusup Ke Dalam

"Telat!" Teriakan Dannis ke layar smartphone-nya menyentak Gilang yang berada di kursi penumpang. Setelahnya, panggilan telepon itu terputus. "Panggilannya diputus sama Dannis." Gilang menoleh ke Nina. "Dasar! Kenapa dia keras kepala sekali!" Nina membanting stir lumayan keras. Mobil seharga milyaran milik Gilang hampir saja menyentuh bibir trotoar yang ada di sisi samping area gedung kantor grup Kartanegara. Sayangnya mereka parkir di sisi lain area gedung Kartanegara, jauh dengan tempat Dannis dan Juna berada. "Lalu sekarang apa?" Gilang merasa bingung. "Kita masuk ke kantor itu! Minimal kita bisa membantu mereka untuk mengalihkan perhatian orang-orang di sana," pikir Nina. Perempuan itu membuka pintu mobil dan melemparkan kuncinya ke Gilang yang masih meringkuk di dalam mobil. Ia bergegas jalan menuju ke dalam area grup Kartanegara. Tampak langkah kakinya begitu tegas dan lebar-lebar. Ia terlihat begitu tergesa-gesa menuju ke gedung utama Kartanegara. "Gawat! Aku tidak bisa
last updateLast Updated : 2023-09-17
Read more

Brankas Rahasia Dibuka!

"Loh, kok, ada si ular betina?" Dannis langsung berdiri dan menoleh ke arah Airin. "Siapa yang kau panggil dengan ular?!" Airin mengernyitkan matanya dengan tatapan tajam. Lelaki itu tidak menjawab sahutan Airin. Ia malah melirik ke arah Nina yang tampak memalingkan wajahnya dari Dannis. Tampak perempuan itu menjauhi Dannis dengan sengaja. Ia tidak mau menatapnya dan malah beralih bicara dengan Juna. "Kenapa Anda bodoh sekali! Untung saja Pak Andika tidak ada di kantornya," ungkap Nina. "Maaf, tapi kami harus melakukannya. Bila surat itu tidak diambil, maka kami akan kehilangan tanah dan universitas itu," pikir Juna. Ruangan itu begitu suram. Terlihat dari interior yang didominasi oleh warna abu-abu, hitam dan warna sejenisnya. Pemilihan furniturenya juga agak monoton dengan warna dindingnya. Tidak ada yang spesial dari hiasan dan interiornya. Namun, pandangan Dannis justru terpaku ke meja kantor Andika Kartanegara. Rapi, tidak ada berkas yang tergeletak di atasnya. Meja kayu be
last updateLast Updated : 2023-09-19
Read more

Misi Sukses?

"Apa dia sudah pergi?" Airin merasa gelisah ketika melihat ke seluruh penjuru ruangan arsip yang tampak remang-remang dan berdebu."Sebentar, aku akan menghubungi Rei." Dannis segera menghubungi si bocah hacker."Rei juga ikut dalam misi bodoh ini?" Airin tampak terkejut. Juna memberikan anggukan kepala seraya menjawab pertanyaan si perempuan itu. Ia merasakan napasnya begitu berat ketika berada di ruangan arsip. Jujur saja, suara dari hexos yang membantu mengeluarkan udara keluar terdengar sangat mengganggu telinganya. "Rei–""Kak! Adipati membuka pintu lemari besi itu! Dan di dalamnya benar ada beberapa berkas dokumen!" Rei tampak memotong ucapan sepupunya. Ia menjelaskan semua perilaku Adipati yang tampak mengambil satu dokumen yang didalamnya menyebutkan nama 'Arya Diningrat.' Tanpa tahu nama siapa yang tertera di dokumen itu, Rei terus mengoceh dan mendorong Dannis untuk mengambil berkas dokumen itu. Sontak saja Dannis yang sedari tadi diam hanya bisa melayang jauh ke ingatan
last updateLast Updated : 2023-09-20
Read more

Rencana Andika

"Kita berpisah di sini. Aku masih ada keperluan di kantor. Bye …." Airin akhirnya pergi meninggalkan ketiganya tepat di lorong pintu masuk samping, tepatnya di depan pintu emergency. Untungnya CCTV masih berada di kendali Rei. Mereka keluar dari pintu emergency ketika tidak ada seorangpun yang lalu-lalang di sekitaran lorong itu. "Sebaiknya kita berpencar. Berikan dokumennya padaku. Nanti akan kuberikan ke Pak Gilang," pinta Nina. "Kalian parkir di mana?" tanya Juna. "Di sisi lain area gedung ini. Mungkin saat ini Pak Gilang sedang berdoa sangat kusyuk untuk keselamatan kita," sindir perempuan itu. Tampak ia menahan tawanya dengan satu tangan. Akhirnya mereka berjalan keluar melewati pintu masuk bagian samping. Sempat ada beberapa orang dan bahkan security yang tampak curiga. Namun wajah mereka langsung berubah biasa lagi karena mungkin mereka berpikir kalau ketiganya adalah seorang karyawan. Rei yang sedari tadi menunggu di mobil dengan keadaan pintu Van tertutup merasa sumring
last updateLast Updated : 2023-09-21
Read more

Musuh Atau Teman?

"Terserah kau saja." Dannis berbalik untuk yang kedua kalinya. Kali ini tampak ia sudah tidak menghiraukan bocah berusia 15 tahun itu. Kekesalan terlihat dari raut wajah bocah itu. Satu tangannya mengepal, lalu yang satunya menunjuk ke arah Dannis sambil melontarkan cacian dari jarak jauh. "Jangan sok penting! Kau itu bukan siapa-siapa di keluarga Kartanegara! Kau itu cuma keluarga pengawal yang coba mengambil alih semua warisan paman Alex!" teriaknya. Dannis terlihat tidak menoleh sedikitpun. Meski ia mendengar semua celotehan bocah itu, ia tetap melanjutkan langkahnya dengan santai. "Lihat saja! Kau pasti akan dihabisi oleh ayah!" ancam bocah itu. Di lain tempat, Gilang yang sedang mengantarkan Nina kembali ke apartemennya tampak terkejut dengan interior dari unit apartemen perempuan itu. Rapi, tertata, terkonsep, dan luasnya agak kecil, namun membuatnya nyaman."Saya hanya punya ini dan camilan ini." Nina memberikan sirup orange dingin dan juga camilan berupa singkong goreng b
last updateLast Updated : 2023-09-22
Read more

24 Jam Sebelum Perjamuan

"Rei, kau lagi di mana? Mama sudah di ibukota. Ingat! Besok, jangan kabur!" Lina Tan, ibu dari Rei Kartanegara tampak membentak anaknya dengan pesan suara. Saat ini wanita yang menjadi janda dari anak kedua Aji Kartanegara itu tampak sedang menuju ke sebuah rumah mewah yang lebih mirip dengan mansion di pinggiran ibukota. Tampak warna hitam dan abu-abu begitu dominan dari mansion bergaya Eropa klasik itu. Mobil Lina Tan perlahan memasuki area mansion yang di mana di kedua sisi jalannya terlihat ada beberapa bunga-bunga dan pepohonan yang ditata rapi, berbaris hingga menuju ke area kolam air mancur yang berada tepat di depan pintu masuk. Terlihat seorang pengawal telah menyambut Lina Tan ketika ia turun dari mobil. Wanita yang memiliki lekuk tubuh bagaikan gitar spanyol itu mengenakan gaun dress panjang berwarna putih yang dihiasi oleh kalung permata di lehernya. Ia dikawal memasuki mansion itu dengan dituntun oleh sang pengawal. Tampak wallpaper abu-abu mendominasi interior di dala
last updateLast Updated : 2023-09-23
Read more

Ranjang Janda

"Apa besok kau akan merencanakan sesuatu?" Lina Tan memeluk erat tubuh Andika sambil berbisik lirih. "Tunggu dan saksikan saja," ucap pria itu. Senyumannya tampak ambigu. Entah apa yang direncanakan oleh prianya itu, namun Lina Tan tampak santai saja ketika dirinya meminta pengawal pribadi Andika untuk mengantarnya hingga ke rumah.Janda satu itu terlihat begitu tertarik dengan paras tampan si pengawal. Belum cukup baginya untuk bermesraan ketika Andika sedang di kamar mandi tadi. Ketika Lina Tan memberikan tawaran untuk bekerja padanya, tampak pengawal itu masih ragu. Ia tidak menjawab apapun kecuali menikmati kelembutan bibir wanita itu. "Apa kau tidak ingin berubah pikiran? Kau tahu, aku bisa memberikanmu uang yang banyak," goda Lina Tan."Maaf, Nyonya, tapi saya tidak bisa berpaling dari Pak Andika." Pengawal itu tampak menolak.Keduanya telah berada di dalam mobil milik Andika. Lina Tan sengaja menyuruh supirnya untuk pulang terlebih dahulu ketika ia mencumbu si Andika. Niatny
last updateLast Updated : 2023-09-24
Read more
PREV
1
...
56789
...
17
DMCA.com Protection Status