Home / Urban / Bukan Pewaris Biasa / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Bukan Pewaris Biasa: Chapter 151 - Chapter 160

168 Chapters

Kita Bertemu Lagi Di Sini! (S2)

“Apa kau dengar?” Reina yang sedang menuju ke sisi kanan rumah bersama kekasihnya tampak terkejut ketika mendengar teriakan keras yang melengking tinggi dari arah belakang. Steven yang berjalan tertatih dan berada di samping wanitanya juga merasa heran. Ada tanya yang cukup besar dibenaknya. Mereka berdua masih berusaha untuk menuju ke sisi kanan dengan menyusuri beberapa ruangan lagi. Keduanya meninggalkan mayat Gustav begitu saja di ruangan sebelumnya. “Apa yang terjadi? Itu bukannya suara Dannis?” pikir Steven. “Apa kita perlu ke sana?” tanya Reina. “Kita selesaikan dulu yang di sini. Aku takut para Jager yang ada di sisi kanan akan mengepung ke area belakang. Setidaknya kita bantu Dannis,” pikir Steven. Dan benar saja, ketika mereka membuka pintu yang menghubungkan rumah dengan halaman di sisi kanan rumah, beberapa Jager terlihat sedang berdiri dalam diam. Mereka seperti sedang sibuk mengamati suara keras yang mengetuk rasa ingin tahu mereka. Kesempatan itu pun tidak dibiarka
last updateLast Updated : 2024-01-05
Read more

Keputusan Selanjutnya (S2)

“Ha~”“Ini akhirnya, ‘kah?”“Aku akhirnya bisa istirahat dengan tenang.”Ia hanya mampu menunggu malaikat maut menjemputnya. Namun disaat keteguhan hatinya tidak sejalan dengan takdir, ia pun merasa heran. Kenapa dirinya belum mati? Apa ada yang salah?Perlahan Dannis membuka kedua matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah tubuh Andika yang mulai tumbang ke sisi samping hingga lelaki itu tersungkur di tanah. Tampak darah segar mengucur dari tengkorak bagian belakang. Pistol yang digenggam oleh Andika pun terlepas dari genggaman dan jatuh lebih dulu dari tubuhnya. Wajah Dannis begitu terkejut. Ia tidak menyangka bila paman tirinya justru jatuh tidak berdaya. Ketika ia mendekat dan memeriksa embus napas dan denyut nadinya, telah dipastikan kalau Andika telah tewas. “Ba–bagaimana mungkin?” tanya Dannis dalam benaknya. “Ada apa denganmu?! Kenapa kau pasrah seperti itu?” teriak Steven dari kejauhan. Pria itu berjalan bersama Reina yang baru saja melepaskan tembakan. “Kenapa kau tidak m
last updateLast Updated : 2024-01-06
Read more

Pindah Tempat (S2)

Hari yang kelam di waktu kemarin akhirnya telah lewat begitu saja. Pagi buta di bandara terdekat tampak begitu ramai. Tapi sayangnya Steven dan Reina tidak melewati lobi dan boarding pass bandara untuk melihat lalu-lalang para penumpang. Mereka langsung menuju ke hanggar pesawat yang disewa oleh Gan Phassakorn. “Kau masih memiliki hal lain untuk dipamerkan?” Steven menoleh ke arah Gan dengan penuh tanya. Awalnya ia menyangka kalau mereka akan menyewa private jet dari jasa sewa, tapi yang ada di hadapannya justru memperlihatkan private jet milik Gan Phassakorn. “Kau ingin melihat klub malamku di Las Vegas?” Gan tersenyum. “Sudahlah, sayang. Jangan memancingnya untuk pamer. Saat ini dua peti mati itu sudah berada di bagasi. Kita hanya tinggal berangkat saja,” balas Reina. “Apa Aden dan Dannis baik-baik saja? Dia belum mengenal baik anak itu. Kuharap kau dan Aden bisa melatihnya menjadi seorang pemburu para Jager.” Steven masih agak khawatir meninggalkan anak bosnya di tangan dua man
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more

Persembunyian Baru (S2)

“Apa tempatnya di sini?” Dannis menatap keluar jendela. Perjalanan mereka terhenti di sebuah jalanan sempit, padat dan ramai dengan banyaknya pedagang makanan di pinggir jalan. Dannis memang tahu kalau Thailand sangatlah terkenal dengan aktivitas malamnya seperti para penjual makanan pinggir jalan dan pasar malam untuk bersenang-senang, namun bayangan yang ada di kepalanya mengalahkan kenyataan yang ia lihat sekarang. “Dari share link yang Gan berikan, tempatnya kurang lebih di ujung jalan sana. Sepertinya kita harus masuk ke dalam,” pikir Aden. Mobil yang ia kendarai terjebak di pintu masuk jalan sempit yang penuh dengan para penjual makanan dan orang yang lalu-lalang. Bila pun ia memaksakan masuk, ia harus berhati-hati agar tidak menggilas orang yang lewat. “Kau yakin mobil bisa masuk ke sana? Atau kita sebaiknya jalan kaki saja?” pikir Dannis. “Benar juga. Kalau begitu aku akan memarkirnya di pinggir jalan sekitar sini. Sebaiknya kau turun dulu,” ungkap Aden. Dannis pun turun
last updateLast Updated : 2024-01-08
Read more

Wanita Seksi Misterius (S2)

Akal sehat lelaki itu tampak melayang. Ia tidak bisa berpikir jernih ketika tangan wanita itu mulai meraba tubuhnya. Ya, mereka sudah berada di dalam pondok kecil yang terbuat dari kayu. Hanya sebuah pondok yang diperuntukkan untuk menyimpan peralatan berkebun, namun memiliki luas seperti kontrakan tiga petak. Dannis terus mengikuti sentuhan tangan wanita itu hingga ia terlena dan terbang dalam rasa yang belum pernah ia bayangkan. Dan perlahan dirinya pun geram. Ia tidak hanya ingin diam dan pasrah ketika tubuhnya dimanja. Dengan cepat kedua tangan Dannis ikut berpetualang bersama pikiran liarnya. Sentuhan bibir antara keduanya seraya mencicipi sesuatu yang lembut. Tanpa sadar, lelaki itu sudah melepaskan kemeja yang ia gunakan. Lekukan otot perut dan dada bidangnya tampak menggoda wanita itu hingga ia menaikkan ritme permainan. “Buka bajuku,” bisik wanita itu. Gaun merah tua yang dikenakannya langsung dibuka paksa oleh Dan
last updateLast Updated : 2024-01-09
Read more

Dua Peti Mati Tiba (S2)

“Aw, ke … kepalaku sakit sekali.” Dannis mencoba membuka matanya perlahan-lahan. Satu tangannya langsung memegangi kepalanya yang terasa pusing sekali. Seakan apa yang ia lihat berputar tidak karuan. Saat pandangannya mulai terang dan fokus, tampak lampu berwarna putih terang bersinar menyilaukan matanya. “Ini di mana?”“Kenapa aku ada di sini?” Ia tahu kalau saat ini dirinya berada di dalam sebuah ruangan. Tapi ia tidak tahu ruangan apa itu. Ketika ia mencoba meraba tubuhnya, hanya ada selimut tebal berwarna putih yang membungkus tubuhnya dari bagian leher hingga ke ujung kakinya. Saat ia membuka selimut itu dan melihat tubuhnya, ia terkejut! Ternyata ia sama sekali tidak mengenakan pakaian. “Kau sudah bangun?” Dannis mendengar suara wanita dari sampingnya. Ketika ia menoleh, ada Rosella yang ikut berbaring bersamanya dengan tubuh yang dibungkus oleh selimut. Sontak saja Dannis pun bangun dan duduk sambil menarik selimut yang membungkusnya. Kedua matanya tampak terbelalak ketika
last updateLast Updated : 2024-01-11
Read more

Pemakaman Sang Anak Angkat (S2)

“Oh, aku lupa. Apa kita harus mengundi siapa yang melatihnya duluan?” Gan melirik ke kedua temannya.“Aku akan melatih dasarnya terlebih dulu. Lalu setelah itu Gan bisa memberikan sedikit pengalamannya. Dan yang terakhir akan disempurnakan oleh Rosella. Ini juga sesuai dengan peringkat kita. Aku berada di nomor sembilan, ‘kan?” Aden menunjuk dirinya sendiri. “Aku paham. Baiklah. Silahkan berlatihlah di halaman belakang dekat labirin. Ada lapangan tembak setelah melewati pondok kayu,” ungkap Gan. Mendengar kata ‘pondok kayu’, Dannis jadi teringat dengan kejadian kemarin. Ia masih sangat jelas melihat semua kejadian itu di dalam pikirannya. Dalam beberapa detik, otaknya melayang ke masa lalu, membayangkan kembali ia dan Rosella di meja kayu besar. “Jangan melamun. Aku tahu kau pasti sedang memikirkan tentang pondok dan meja kayu,” bisik Rosella. Sontak saja Dannis pun terkejut. Ia menjadi salah tingkah setelah mendengar ucapan Rosella. Tiba-tiba ia pun beranjak pergi dari meja dapur
last updateLast Updated : 2024-01-12
Read more

Rencana Para Kartanegara (S2)

Luka dari perasaan kehilangan seseorang yang dicintai memanglah berat. Entah ia adalah seorang saudara, teman, anak, orang tua atau apapun statusnya dihati kita. Sulit memang, namun semua itu harus dilewati oleh lelaki yang hidupnya seakan sedang dipermainkan oleh Tuhan. Akhirnya Dannis harus menghentikan tangisnya dan kembali memegang pistol. Satu-satunya cara untuk maju ke depan hanya melaju bagai peluru yang menerjang target di depannya. “Kau sudah merasa tenang?” Aden melirik ke lelaki di sampingnya. “Sedikit.” Dannis berusaha mengusap semua air matanya. Ia berupaya kembali berdiri tegak dan memegang pistolnya lagi. “Kalau begitu, ayo kita mulai latihannya,” ungkap Aden. Verbannen peringkat ke-9 itu mulai mengajarkan Dannis menggunakan beberapa jenis senapan dan amunisinya. Meski lelaki itu telah menerima pelatihan dasar dari Juna sebelum ini, namun Aden masih ragu bila Dannis tahu tentang beberapa jenis senapan laras pendek dan panjang. Ia juga mempraktekkan kegunaan masing-m
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

Satu Hari Sebelum Perang Jalanan (S2)

“Kakek, kau yakin akan mengizinkannya untuk pergi? Lawan kita bukanlah preman jalanan yang ada di pinggiran kota. Mereka adalah mafia yang keji, kejam, pembunuh berdarah dingin, dan mungkin suka memakan otak manusia!” Gilang begitu cemas. Tapi perkataannya terlalu di dramatisir. “Ehm, kami hanyalah pembunuh, bukan seekor monster liar yang suka memakan camilan berikan otak manusia,” sahut Reina. Ia tampak tersinggung. Gilang hanya menyeringai sambil mengangguk ketika Reina meliriknya dengan tajam. Aura Reina ketika duduk manis di samping Steven masihlah menakutkan. Mereka semua mungkin melupakan keberadaannya, namun wanita itu masihlah seorang mantan Jager II yang telah membunuh banyak orang. “Kalau begitu, aku akan ikut juga.” Tiba-tiba Luna menawarkan diri lagi. “Aku tidak setuju. Kau masih harus mengurus Alex Grup di sini. Dan juga, kau bukanlah petarung seperti Anya. Jadi hentikan menyodorkan dirimu sendiri,” ungkap Alex Kartanegara. “Paman bisa memimpin kembali Alex Grup bila
last updateLast Updated : 2024-01-14
Read more

Pesta Jager Vs Verbannen Dimulai! (S2)

Malam bergulir sangat cepat bagi Dannis yang baru saja terbangun dari tidurnya. Ia terlihat kelelahan selama seharian berkutat dalam pelatihan ekstrimnya. Tanpa ia sadari, jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Yang ia ingat setelah latihan selesai hanyalah mandi, makan dan tempat tidurnya. Sepertinya karena begitu lelah, ia tertidur hampir dua belas jam lebih. Ia merasakan sekujur tubuhnya terasa sakit, mungkin karena efek dari latihan kemarin. “Kenapa tenang sekali?” Lelaki itu tidak mengira bahwa pagi harinya akan dimulai dengan ketenangan. Biasanya ada langkah kaki yang terdengar lalu-lalang di sepanjang lorong lantai dua. Atau suara dari para pengawal yang mondar-mandir tepat di depan kamarnya. Bahkan ia tidak melihat si gila Rosella yang tiba-tiba masuk dan menggodanya. “Apa yang terjadi? Apa mereka semua mati?” Dannis beranjak dari ranjangnya dan menuju ke arah pintu. Ketika ia membukanya, tidak ada seorang pun yang menjaga di lorong lantai dua. Dan ketika ia melihat ke ba
last updateLast Updated : 2024-01-15
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status