Home / Pernikahan / Terjerat Hasrat Mafia Dingin / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Terjerat Hasrat Mafia Dingin : Chapter 41 - Chapter 50

130 Chapters

Bercumbu dengan wanita lain

Alex duduk di haluan kapal. Dia menatap ombak kecil yang menari-nari di hadapannya. Angin meniup wajahnya. Alex menutup matanya, merasakan angin yang membawa hawa panas akibat cahaya matahari yang terik.Sepintas ingatan masa lalunya terputar dalam kegelapan. Di sana dia melihat Clara memakai dres biru yang membuatnya terlihat begitu anggun.Sampai pada pemandangan yang berubah menjadi menyesakkan saat seorang pria datang memeluk mesra Clara dari belakang. Seketika Alex membuka matanya."Argh, shitt ..." Alex mengacak rambutnya. Kenapa dia begitu sulit melupakan wanita yang menancapkan luka dalam padanya. Semua terasa menyesakkan dada."Kau juga di sini?" tanya Clara yang baru saja menginjakkan kakinya di haluan kapal.Alex menatap dingin ke arah wanita itu. Entah ini takdir atau memang kebetulan. Yang jelas saat ini dirinya masih enggan bertemu walau rasa rindunya terus menjerit.Alex melangkah melewati wanita yang memakai kimono itu. Tiba-Tiba Wanita itu memeluk erat Alex dari bela
Read more

Jalang pemikat hati

Wanita itu melangkah penuh percaya diri. Seolah dialah Nyonya di proyek film ini. Stevi berdecak kesal. Tangannya sudah gatal ingin menarik senapan di balik jaketnya.Sayangnya ucapan Joe terus terngiang-ngiang di kepalanya. Entah bisa ular apa yang dia telan setiap hari. Perkataanya penuh bisa dan mematikan.Stevi menghela napas kasar dan menggenggam erat jemari Debora."Ayo aku antar keluar, aku tau Kakak pasti tidak keberatan," ucap Stevi."Tidak usah memang kenapa? Kau bisa keluar bila ingin melanjutkan obrolan panasmu dengan pria lucu itu," ucap Debora tersenyum kecil."Apa? Pria lucu, bahkan dia seperti ular berbisa yang dapat mematuk dimana saja dan kapan saja," sahut Stevi sebal."Lihat wanita itu, aku muak dengannya. Apa kau tidak cemburu sedikitpun?" lanjut Stevi menghela napas kasar.Entah siapa yang menata kursi. Sepertinya ini memang sudah di atur sebelumnya. Clara duduk di samping Alex dan di hadapan mereka adalah kursi Debora dan Stevi.Padahal awak media sudah tau kebe
Read more

Budak Ranjang

Alex membuka pintu dapur kapal. Di sana ada Debora dan Joe sedang mengobrol. Di sana sang istri tersenyum lebar dan tampak bahagia.Senyuman itu tak pernah dia dapat saat wanita itu bersamanya. Dengan amarah meletup Alex segera masuk dan melangkah mendekat.Alex menarik tangan Debora sehingga dia terjatuh."Hey ada apa ini?" tanya Joe membantu Debora."Sepertinya kau sangat menikmati peranmu," sahut Alex dengan mata memicing."Bukankah kau yang bilang kalau aku bisa bermain-main dengan dia," kekeh Joe memancing emosi.Alex harus sedikit di pancing agar dia mengerti apa yang dia mau. Entah mengapa baginya mengungkapkan perasaan sangatlah sulit."Apa? Main-main," ucap Debora melepaskan cengkraman tangannya dari sang suami."Tidak lagi," jawab Alex.Jemari kuat itu tetap mencengkram tangan mulus Debora dan menariknya untuk mengikuti langkah Alex.Debora susah payah mengikuti langkah Alex. Sesekali dia menoleh kebelakang. Menatap pria berpakaian serba hitam yang menatap kepergiannya.Joe
Read more

Vidio untuk Alex

Clara menarik napas panjang. Dia segera mengakhiri panggilan sebelum telinganya mendengar perintah lagi.Sebenarnya dia tidak sepenuhnya percaya dengan Akeno namun hanya dia yang bisa membantunya untuk dekat dengan Alex kembali.Bermuka dua adalah pilihan yang harus dia jalani saat ini. Dirinya juga perlu menyusun strategi. Secara tidak langsung dia sudah menggadaikan nyawa pujaan hatinya.Clara menghubungi salah satu kontak pada ponselnya. Beberapa menit berlalu, sambungan tak kunjung di angkat.Hingga pada akhirnya dia memilih untuk mengurungkan niatnya. Clara merebahkan tubuh lelahnya. Hari ini dia cukup bahagia karena bisa meluapkan rasa rindunya pada sang pujaan hati.Meskipun Alex melawan, dia tau masih ada seberkas cinta untuknya. Walaupun itu hanya sedikit. Clara yakin bahwa waktu akan menjawab semuanya.Di tempat yang berbeda seorang pria sedang duduk di kegelapan. Pria itu baru saja memutus sambungan dan melempar pandangan ke arah jendela.Tampak pemandangan langit yang bert
Read more

Eksekusi Angel

Di tempat yang berbeda. Pria dengan berpakaian serba hitam sedang bersembunyi di balik pohon. Mata tajamnya menatap lekat gerombolan orang bersenjata yang sedang mendirikan tenda.Joe bersama beberapa temannya mulai bersiap untuk melakukan penyerangan. "Ingat ambil alat pendeteksinya dulu agar tidak ada yang curiga dengan kita. Pastikan itu semua anak buah Akeno," ucap Joe lirih."Apakah ada musuh lain?" tanya salah satu temannya."Klan Naga Hitam juga ada di sini, kau taukan siapa mereka," jawab Joe sambil mengangkat alisnya."Apakah mereka ingin meminta ganti rugi?" lanjut teman Joe bertanya."Tuan tidak tau kalau ada mereka di sini, aku khawatir mereka bersekongkol. Jadi kita coba cari tau nanti, yang jelas kita harus melumpuhkan anak buah Akeno di beberapa titik pulau." Joe mulai bersiap mengalungkan beberapa senjata di tubuhnya.Teman-teman Joe sudah bersiap. Mereka membawa senjata masing-masing dan memulai penyerangan.Joe sudah mendekati gerombolan itu tanpa suara. Sedangkan
Read more

Budak Ranjang

Jangkar kapal di turunkan. Kapal sudah tiba di pulau. Seorang pria sudah berganti dengan pakaian kasual.Celana pendek dan kaos oblong yang melekat di badanya. Tidak lupa dia memakai jaket parasit agar hawa dingin angin malam tidak menyiksanya.Dengan mudah pria itu melompat dan menuruni kapal. Mata tajamnya menyapu sekitarnya untuk mengecek situasi.Tak ada tanda-tanda musuh ataupun anak buahnya yang terlihat. Ini terlalu aneh baginya. Yang paling aneh adalah kehadiran Klan lain pada misi ini.Bila di ingat tak ada kerja sama di antara mereka. Baik di dunia hitam atau bisnis. Alex memencet tombol kecil pada alat yang menempel di telinganya."Kau baik-baik saja?" tanya Alex lirih."Sudah ku bilang, tenanglah! Aku baik-baik saja. Aku masih memiliki sembilan nyawa cadangan," kekeh Joe."Pasang mata dan telingamu. Kita hanya membawa sedikit orang dan aku masih membutuhkan nyawamu," ucap Alex dingin."Aku sangat terharu, setidaknya masih ada sedikit rasa cinta untukku," ucap Joe santai."
Read more

Muka Dua

Stevi menghentikan aktivitasnya menyiapkan senjata ketika telinganya mendengar suara langkah kaki mendekat.Debora segera keluar dari bak mandi. Dia meraih handuk kimono yang tergantung di atasnya."Astaga, kenapa harus sekarang," keluh Stevi.Stevi mengambil pistol dan mengisinya peluru. Dia berdiri dan bersembunyi di balik pintu. Kedua wanita itu saling berpandangan.Jantung Debora saat ini sudah seperti rollercoaster yang naik turun. Dia tidak menyangka nyawanya akan terancam saat ini.'Harusnya aku mendengar ucapan Bibi Laurent. Pasti saat ini aku sudah menikmati hidupku,' batin Debora penuh penyesalan.Bukannya balas dendam sukses yang dia dapatkan, melainkan nyawa yang terus berada di ambang kematian.Entah dia bisa selamat atau tidak malam ini. Mulutnya terus berdoa agar tidak mati konyol di tempat ini.Suara langkah kaki semakin mendekat. Stevi sudah bersiap. Dia menyodorkan pistol ke arah Debora."A-aku tidak bisa Stev," ucap Debora "Siap atau tidak, kau tetap harus bisa. In
Read more

Terkuaknya Rahasia Debora

Suara peluru yang melesat membuat beberapa burung beterbangan. Pria tersebut segera bersembunyi di balik pohon besar.Cahaya sinar bulan memberi sedikit penerang pada pandangannya. Mata tajamnya sekarang tidak berfungsi dengan baik. Sehingga dia memilih untuk menjadi pendengar yang baik.Dasar pria tersebut kembang kempis menahan deru jantung akibat dia berlari cepat. Dia bersandar dan mulai menyiapkan senjata.Di tempat yang berbeda, Joe dan dua orang wanita sedang berdiskusi. Semua menampakkan wajah khawatir."Kenapa kau membiarkan Kakak pergi sendiri?" Stevi mulai tersulut emosi."Biarkan dia menemukan perasaan sendiri, kalau tidak begini bagaimana dia akan berubah," jawab Joe santai dan menatap Debora.Wanita itu masih duduk di sofa dengan tatapan mata kosong menatap lantai kamar. Tampak raut kegelisahan di sana."Apa maksudmu? Mau makin hari makin tidak mengenal batasanmu." Stevi mendorong dada bidang Joe."Batasan apa yang kau maksud? Membiarkan dia masuk ke dalam masa lalunya l
Read more

pertahanan Debora

Joe melempar pandangan sinis pada wanita yang baru saja duduk di dekatnya. Spontan dia langsung berdiri melihat tamu yang tak di undang ini datang.Mata Stevi membulat sempurna. Otaknya masih mencerna semua ucapan Joe. Sesekali sudut matanya menatap wanita yang tak mampu menunjukkan wajahnya itu.Semua pertanyaan mulai muncul di benak Stevi. Kenyataan yang dia lihat terlalu indah untuk di anggap sebagai kebohongan. Semua perhatian Alex pada Debora sangat tulus. Di tambah lagi semua perhatian yang Debora berikan pada Alex tergambar sangat jelas."Ini adalah bukti valid. Merek menikah kontrak hanya untuk keuntungan masing-masing. Tidak ada cinta di antara mereka berdua," ucap Clara penuh percaya diri.Dia melempar map ke atas meja. Di sana tertulis jelas nama Debora dan Alex. "Kau bisa membuang sampah tidak berguna ini," sahut Joe yang memandang remeh Clara."Sepertinya kau salah paham denganku, kawan." Clara tersenyum kecut menatap Joe."Aku bukan kawanmu," jawab Joe meraih kertas di
Read more

Menolong Alex

Seorang wanita masuk ke dalam kamar dan menarik tubuh clara. Sehingga wanita itu terjatuh dilantai Debora tidak percaya dengan apa yang dia lihat di hadapannya. wanita yang baru saja datang itu meraih kotak obat dan melemparkannya ke arah Debora "Obati lukamu! Masalah kita belum selesai. Kau masih hutang penjelasan padaku," ucap Stevi melempar plester itu ke hadapan Debora.Debora tersenyum kecil. Dia membuka kotak obat dan mengambil kapas. Sesekali terdengar desah kesakitan. Rasa perih akibat goresan benda pipih nan tajam itu meninggalkan luka yang cukup menyiksa."Terima kasih," jawab Debora menatap sendu Stevi.Clara bangkit dari lantai. Sesungguhnya dia murka ketika adik orang yang dia cintai berbuat demikian. Akan tetapi dia harus bisa mengontrol amarahnya demi rencananya ini.Dia memasang wajah ramah dan mendekati Stevi yang masih berdiri membelakanginya."Kau menolongnya? Bukankah dia telah menipumu," Clara mulai memancing emosi Stevi."Lebih baik kau pergi dari sini sebelum b
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status