Home / Pernikahan / Terjerat Hasrat Mafia Dingin / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Terjerat Hasrat Mafia Dingin : Chapter 21 - Chapter 30

130 Chapters

Malam Hangat

Wanita tersebut memejamkan matanya. Dia tau saat ini tidak akan ada kata maaf untukn ya. Dia sadar betapa bodohnya dia dulu.Meninggalkan seorang yang amat mencintainya demi karir yang saat ini bahkan tidak bisa menolong masa depannya. Dia tau bagaimana perasaan pria yang sedang menodongkan pistol ke kepalanya, sakit. Sakit yang tidak bisa di se,mbuhkan walaupun dengan nyawa.Wanita itu sudah pasrah dengan keadaannya saat ini. Dia memejamkan mata, mencoba mengenang masa lalu yang indah bersama pria yang saat ini tidak dapat sedikitpun memaafkannya.Bayangan indah terputar di benaknya yang menimbulkan peluh haru menetes membasahi pipinya.Rahang tegas yang selalu kaku pada semua orang. Tapi tidak padanya, baginya itu adalah senyuman termanis dan tulus yang pernah dia temui.Semua perhatian yang tertuju padanya. Bahkan dia ingat betul bagaiaman sat dia membatalkan jadwal pertemuannya dengan rekan bisnis hanya untuk membujuknya makan sesuap nasi.Rela memayunginya dari hujan peluru yang
Read more

Cinta Terbuang

Debora duduk di samping pria yang baru saja masuk kedalam kehidupannya. Dia tidak menyangka hidupnya akan serumit ini. Bahkan tujuan utamanya saja belum tuntas, tapi bayang-bayang kematian sudah menghantuinya.Mungkin dia adalah mafia terlucu di muka bumi ini. Bagaimana bisa ada mafia yang terjebak scandal dengan sesama jenis? Sangat menggelitik.Tapi bila di lihat parasnya juga tidak terlalu buruk. Hanya saja dia jarang senyum jadi terlihat menakutkan. Terlebih rambut tipis yang membingkai wajahnya itu.Debora tidak tau bagaimana ceritanya sang suami yang gagah berani ini bisa mengalami kecelakaan. Meskipun anak buahnya bilang dia tertabrak, ini mustahil. Karena bajunya tadi ada sebuah robekan bekas terbakar.Akan tetapi Debora tidak mau melanjutkan penelitiannya. Membayangkan hidupnya saja dia cukup pusing. Apalagi kabar permata hatinya yang tidak di ketahui keberadaannya.Penjelasan mama mertuanya sudah sedikit melegakan hatinya. Mungkin benar apa yang di katanya. Alex hanya ingin
Read more

Barang Bekas

Kaki Debora merasa begitu lemas. Dia tidak percaya dengan ucapan wanita yang memakai baju pasien tersebut.Dia tau hubungannya dengan Alex hanya sebatas status. Tidak ada rasa di antara mereka. Debora juga tidak tau mengapa dadanya tiba-tiba terasa sesak."Aku akan keluar sebentar," ucap Debora melangkahkan kakinya.Langkahnya terhenti saat tangannya di genggam erat oleh seseorang di belakang. "Selesaikan urusanmu dulu, aku tidak mau menganggu," lanjut Debora menghempas tangan Alex.Debora mengayunkan tangannya kasar dan Alex semakin mempererat cengkeramannya. Debora memutar badannya, kemudian menatap lekat Alex yang ternyata sedang melempar pandangan ke arahnya."Biar aku perjelas masalah ini sekarang," ucap Alex masih tetap menatap Debora."Kenalkan, dia adalah Clara. Seorang wanita yang pernah singgah di hidupku. Bahkan telah memiliki semuanya. Nyawaku, Ragaku, dan cintaku." Alex bangun dari tidurnya.Tangannya masih mencengkram erat tangan Debora sampai meninggalkan bekas merah d
Read more

Malu tapi Mau

Debora memutuskan untuk pulang dari rumah sakit. Tak ada gunanya lagi dia di sini. Moodnya sudah berantakan.Di saat yang berbeda Lidya melangkah menuju mobil yang mengarah ke kamar putranya. Untuk pertama kalinya seorang Ibu sepertinya mengkhawatirkan kondisi anaknya.Alex sering keluar masuk rumah sakit. Dan percayalah, saat itu pula tubuhnya itu sudah siap menerima peluru lagi. Jadi Lidya tidak pernah mencemaskan Alex.Dia dan senjata seolah saudara yang tidak bisa di pisahkan. Ada alasan lain yang membawa Lidya datang. Yaitu seorang wanita yang saat ini sedang berdiri di samping Alex.Di sudut matanya masih mengalir buliran air bening. Tangisnya tidak membuat hati pria yang duduk di ranjangnya luluh. Beberapa anak buah Alex yang menyamar segera memberi jalan untuk sang Nyonya dan masuk ke dalam ruangan.Saat ini ruangan sudah steril. Hanya ada Alex dan dia orang anak buah kepercayaannya. Satu lagi, wanita yang masih mengemis belas kasihnya."Jadi kenapa kau kembali?" tanya Lidya
Read more

Kulkas dua belas pintu

Mendengar suara dentuman bend yang saling bertabrakan begitu keras, Alex jadi khawatir."Debora!" panggil Alex.Tak ada sahutan. Sambungan terputus dan ini membuat semakin gelisah."Astaga, dasar merepotkan," ucap Alex mengusap wajahnya kasar tanda frustasiBagaimana tidak, baru kemarin dia membereskan kasus tabrakan dan sekarang dia harus kembali mengurusnya lagi? Benar-benar gila.Alex segera membuka ponselnya dan mencari titik di mana wanita itu berada. Sedangkan di tempat yang lainya Debora masih duduk di dalam mobil.Di hadapannya terdapat mobil yang penyok akibat kecerobohannya. Berulang kali dia mengutuk Alex.Dia mencoba menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Menenangkan pikiran agar otaknya bisa mencari jalan keluar.Otaknya belum mendapatkan ide sama sekali. Akan tetapi, sialnya. Seorang pria dengan paras tampan nan menawan turun dari dalam mobil.Debora sedikit lega karena mobil di depan adalah milik seorang pria. Setidaknya dia bisa memanfaatkan kecantikannya u
Read more

Amarah Alex

Debora memutar laju mobilnya. Untuk saat ini Rumah adalah tujuan yang akhir. Moodnya sudah berantakan dan dirinya tidak mau akan ada tabrakan berikutnya. Hanya membutuhkan waktu kurang lebuh tiga puluh menit. Dirinya sampai di sebuah hunian mewah dengan gerbang yang menjulang tinggi.Pintu gerbang terbuka. Mobil Debora masuk dan secara otomatis gerbang tertutup. beberapa orang hanya menatap kedatangan Debora dengan wajah datar.Melihat banyak orang yang berdiri di depan pintu utama rumah sepertinya sang suami sudah pulang.Meskipun Debora tidak kenal dengan nama satu per satu anak buah alex. Akan tetapi dia bisa mengingat dengan jelas wajah orang yang selalu membuntuti suaminya itu.Kadang Debora penasaran, apakah mereka juga di tuntut oleh Alex agar sama sepertinya. Wajah mereka selalu datar tanpa ekspresi persisi seperti boss nya.Debora melangkah melewati barisan orang dengan pakaian serba hitam itu. Anehnya saat Nyonyanya sudah menghilang di balik pintu. salah satu dari mereka s
Read more

Kecupan hangat

Alex menatap lembut wajah Debora yang ketakutan. Dia menghapus buliran bening yang masih melaju deras. Entah mengapa dia tidak dapat mengontrol emosinya saat ini.Mendengar anak buahnya memberi laporan kalau Debora baru saja pergi dengan Akeno membuat amarahnya meletup-letup."A-ku tidap pergi dengan siapapun. Tadi mobilku menabrak dan tiba-tiba orang itu ..." Debora mencoba menjelaskan secara rinci.Sayangnya Alex tidak mau tentang semua itu. Dia kembali menyambar bibir lembut Debora dan memeluknya erat.Kali ini Debora dapat merasakan kelembutan permainan Alex. Tidak seperti sebelumnya yang sangat kasar dan melukainya.Debora hanyut akan kenyamanan ini. Dia tidak tau mengapa tubuhnya tidak dapat dia kontrol. Dia begitu menikmati sentuhan demi sentuhan yang di berikan Alex.Melihat Wanitanya sudah nyaman. Alex menggendong tubuh Debora dan memangkunya. Mereka duduk di sofa.Aliran darah Alex semakin deras menuju kepalanya. Hawa panas tiba-tiba menyelimuti jiwanya dan mendorongnya unt
Read more

Pelakor Berkelas

Tubuh polos Alex semakin mendekat jantung Debora semakin menderu, aliran darahnya mulai mengalir deras. Seluruh tubuhnya bagai tersengat aliran listrik dengan kekuatan tinggi.Debora menutup mata. Mencoba menenangkan degupan jantung yang seolah ingin keluar dari tubuhnya.Bukannya tenang, malah sebaliknya. Sepenggal kenangan buruk yang lama dia tutup mencuat ke permukaan. Adegan demi adegan membuat air matanya kembali mengalir."Perlu kau tau, aku sangat membenci air mata. jadi buka matamu dan nikmati aku." Alex berbisik lirih.Debora membuka mata. Wajah Alex begitu dekat. Rahang tegasnya dan bulu tipis yang membalut janggutnya membuat pria di hadapannya terlihat menggoda."Percayalah, aku tidak sesuai ekspetasi mu. aku adalah barang bekas yang menyedihkan ..." ucapan Debora terhenti saat Alex memangut bibirnya lembut.Keduanya deru darah mereka yang memanas dan menuntut untuk melakukan hal yang lebih dari ini.Alex merobek kain yang membalut tubuh Debora sehingga terlihat sudah leku
Read more

Kasih masa lalu

Di tempat yang berbeda. Seorang wanita yang memakai pakaian pasien sedang duduk di bed kamarnya. Dia menatap nanar ke arah jendela.Hatinya begitu hancur saat ini. Dia tak menyangka kebodohannya akan membawanya ke dalam kehancuran. Tak ada lagi cinta atau bahkan belas kasih untuknya dari pria yang amat mencintainya dulu.Buliran air bening membasahi pipinya. Berulang kali dia menekan dadanya. Mencoba menahan sesak yang kian membunuhnya."Alex, aku tidak menyalahkanmu dengan apa yang kau perbuat. Setidaknya terima aku kembali ke dalam hidupmu," ucap Clara perih.Dia ingat bagaimana Pria itu menahannya untuk jangan pergi. Akan tetapi Clara yang keras kepala tidak mempedulikannya. Saat itu dia tergoda janji manis orang lain. Yaa ... dia sangat bodoh. Masa depan indah sudah ada dalam genggamannya namun dia malam memilih pergi dengan orang lain."Ck ... sangat malang sekali nasibmu!" ucap seorang yang baru saja masuk ke kamar Clara."Akeno!" Clara terbelalak dan segera menghapus air matan
Read more

Berbagi Peluh

Di sebuah bangunan dengan lima lantai. Tepatnya di lantai paling atas dan rungan paling luas di antara yang lain.Ada dua orang wanita sedang duduk berhadapan. Hanya keheningan yang menyelimuti tiga puluh menit terakhir. Tak ada canda tawa atau bahkan sekedar obrolan di antara mereka."Aku akan mengakhiri hubunganku dengan Andreas," ucap Casandra. Wanita dengan wajah anggun dan mata sipit yang dia miliki.Lidya menghela napas panjang. Harusnya ini menjadi kabar baik yang telah dia tunggu selama ini. Akan tetapi entah mengapa semuanya terasa hambar sekarang."Kau bisa memilikinya seutuhnya," lanjut Casandra dengan senyum tipis yang menghiasi wajah oriental khas Asia."Kenapa?" tanya Lidya singkat.Casandra tertawa kecil. Baru kali ini wanita di hadapannya memasang wajah kebingungan seperti ini. Biasanya dia akan memasang wajah datar dan amarah yang memburu di dalam jiwanya.Merasa tidak enak hati, Casandra meraih segelas teh dan menyesapnya perlahan. Kemudian menaruhnya kembali di meja
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status