Home / Pernikahan / Terjerat Hasrat Mafia Dingin / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Terjerat Hasrat Mafia Dingin : Chapter 11 - Chapter 20

130 Chapters

Manusia Bertopi Hitam

Tangan Debora gemetar hebat. Suara peluru yang melesat membuat dirinya tidak konsentrasi. Beberapa kali jarinya memencet nama Alex namun selalu gagal karena ponselnya terjatuh.Dia tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya karena laju mobil yang tidak beraturan. Hingga akhirnya kepalanya terbentuk dasbor. Mobil Stevi menabrak mobil di depannya yang membuat tubuhnya terpental ke depan dan kepalanya membentur kaca.Terlihat tetesan air berwarna merah kental yang menetes dari atas. Tubuh Stevi tidak bergerak sama sekali. Debora mencoba menggoyangkan tubuh lemas itu, tapi tidak ada respon sama sekali."Kumohon, bangunlah! Stevi ... maafkan aku. Aku mohon bangunlah." Debora menarik celana jeans Stevi. Debora amsih bersembunyi di bawah dasbor mobil. Meskipun suara peluru sudah tidak ada, dia masih sangat takut untuk manmpakkan diri."Stevi, maafkan aku. Aku mohon bangunlah," pinta Debora dengan mata berkaca.Tidak ada jawaban, luka Stevi terlalu parah. Kepalanya terbentur kaca yang membuat kaca i
Read more

Selamat Tinggal Angel

"Sudah lama kita tidak bertemu Jack," ucap pria bertopi hitam itu."Aku tidak menyangka kau akan berkhianat!" jawab Jack, pria yang menyekap Debora saat ini.Pria bertopi putih tersebut tertawa kecil, dia memetik jari dan beberapa orang keluar dari mobil. Ada sekitar sepuluh orang yang turun dari mobil dengan berpakaian kaos hitam dan bertopi hitam.Debora tidak menyangka akan terseret kedalam dunia mengerikan ini. Pakaian serba hitam, orang yang penuh misteri, dan lagi senjata dan darah di mana-mana.Namun kabar baiknya, pria ini mungkin orang yang di kirim Alex. Karena salah satu orang berkaos hitam melangkah mendekati mobil Stevi dan menolongnya.Dia menggendong wanita yang berlumuran darah itu, terlebih di bagian kepalanya. Hati Debora teriris melihat ini semua. Mungkin bagi semua orang disini, darah adalah hal biasa. Tapi tidak bagi Debora. ini sangat mengerikan.Setelah semua kejadian gila ini selesai, dia akan menemui Alexander dan memutuskan kontrak saat itu juga. Entah berap
Read more

Manusia Gila

Perlahan tangan Jack melepaskan leher Debora dan terjatuh. Debora masih memejamkan mata, dia masih takut akan kenyataan yang akan dia lihat nanti."Sampai kapan kau akan berdiri di sana!" ucap Harry, pria bertopi hitam.Debora mulai membuka mata, dia melihat orang-orang yang berkaos hitam berlarian mendekatinya. Pandangannya beralih pada orang yang tersungkur di kakinya.Matanya terbelalak ketika melihat tidak ada darah sedikit pun di sekitarnya. Bahkan tubuh Jack bersih, tidak ada luka. Hanya ada panah kecil yang menancap di lengannya."Bawa dia pulang dan kurung, untuk perintah selanjutnya tunggu aba-abaku." Herry memasukkan pistolnya ke jas dan melangkah pergi.Empat orang membawa Jack ke dalam mobil dan pergi. Debora berlari kecil mengikuti pria yang bernama Harry."Lalu aku bagaimana?" tanya Debora panik."Suamimu akan menjemputmu, tunggu baik-baik di sini. Kau bisa melanjutkan tidurmu." Pria tersebut naik ke dalam mobil dan melaju meninggalkan Debora sendiri."Ini benar-benar gi
Read more

Nyawa yang berharga

Alexander dan Debora sampai ke istana mereka. Pagar hitam yang menjulang tinggi terbuka secara otomatis. Mobil mereka segera masuk sebelum para paparazi mengambil gambar.Debora adalah artis papan atas. Bila mereka tau mobilnya remuk dan di tambah ada mayat dengan luka tembak di dalam mobil yang saling bertabrakan itu, pastinya akan menggemparkan seluruh kota.Di dalam seolah wanita paruh baya menunggu di teras rumah dengan cemas. Berulang kali dia mondar-mandir sambil meremat jemarinya.Kekhawatirannya hilang seketika saat melihat mobil putranya masuk ke area rumah. Dia segera berlari kecil menuju mobil Alex."Di mana menantuku?" tanya Lidya tidak sabar."Menantu Mama masih menikmati perannya," Alex tersenyum kecil.Lidya menautkan alisnya, mencoba mencerna ucapan Putranya."Aku di sini Mama, tidak perlu cemas. Aku baik-baik saja," jawab Debora dari dalam. Kepalanya muncul dari balik tubuh Alex."Mama tenang saja, dia kan artis. Jadi hanya pura-pura pingsan saja para penjahat akan me
Read more

Malaikat kecil Debora

Bibir Debora mengatup rapat, dia tidak menyangka semua akan kacau seperti ini. Dia hanya ingin membalaskan dendam. Namun semua bagai boomerang baginya.Bukan kemenangan yang dia dapat, malah malaikat maut yang bisa menjemputnya kapan saja. Angannya teringan pada sosok malaikat mungil yang selalu menguatkan hatinya.Debora segera meraih tasnya dan mengambil ponsel, dia memencet sebuah kontak dan menggeser tombol hijau.Hanya suara operator yang dia dengar, berulang kali dia mencoba menghubungi nomor tersebut. Sayangnya nihil, tak ada jawaban.Saat ini hatinya mulai kacau, dia tidak mau terjadi papan pada malaikat kecil yang selama ini dia sembunyikan identitasnya.Alex melihat kegelisahan Debora dan mencoba menerka. Bila dia khawatir dengan Stevi, pasti dirinya akan bertanya pada Suaminya ini bukan?Tangan Debora sudah memutar ganggang pintu, Alex mulai bangkit dari duduknya."Kau mau kemana?" tanya Alex."Kau tidak perlu tau, yang jelas aku tidak mau ada korban lagi!" sahut Debora, di
Read more

Serpihan Rasa

"Lepas! Aku tidak sejahat yang kau pikirkan. Adalah kau bisa memuaskan ku, maka anak itu akan aman," ucap Alex mendongakkan wajah Debora ke atas.Alex menatap mata indah Debora yang berkaca. Dia merasakan kesedihan yang istrinya rasakan saat ini. Pria itu segera menurunkan wajah wanita itu dan bangkit."Untuk saat ini jangan keluar rumah, situasi belum aman. Anak buahku akan berjaga-jaga di sampingmu dan semoga kau bisa bekerja sama dengan mereka." Alex memakai jasnya lagi dan melangkah keluar kamar.Sesaat Alex melempar pandangannya kebelakang sebelum dia melanjutkan langkahnya. Entah mengapa hatinya merasa perih melihat semua ini.Sepertinya ada ikatan kuat antara wanita dan anak kecil itu. Alex memutuskannya untuk mencari informasi lebih dalam lagi.Stevi bertemu Debora saat dia menjadi seorang pegawai bar dan hendak di lecehkan. Adiknya juga bilang kalau dia sebatang kara.Alex melanjutkan langkahnya keluar kamar dan menuruni tangga menuju mobil yang sudah di siapkan oleh anak bua
Read more

Suami misterius

Saat ini Stevi sudah berpindah ke ruangannya dia di temani oleh kakak tercintanya. Sang Dokter sudah pergi beberapa menit yang lalu.Gadis itu sudah bisa duduk dengan baik karena efek obat bius sudah sedikit menghilang. Rasa sakit akibat benang yang menyatukan dagingnya sudah mulai terasa."Siapa sebenernya Debora?" tanya Alex. Matanya masih menatap langit-langit kamar Stevi yang dominan berwarna putih.Stevi memutar bola matanya ke atas, apakah Kakaknya tidak mengenali istrinya sendiri? Bukankah dia yang dapat lebih leluasa mempertanyakan siapa jati diri wanita yang dia nikahi."Stevi," panggil Alex dengan anda dingin."Kak, apa kakak tidak bisa bertanya langsung pada orangnya? Bahkan waktu kakak dan Debora lebih banyak dari pada denganku," keluh Stevi dan mulai merebahkan tubuhnya di kasur."Ternyata percuma aku datang ke sini!" Alex bangkit dari duduknya dan hendak melangkah pergi."Selidiki Tuan Michael, sepertinya ada yang tidak beres padanya." Stevi menarik selimut dan menutupi
Read more

Love You Paman Baik

Lidya menarik napas panjang, dia melempar pandangan ke arah lain. Dengan berat hati bibirnya mulai mengucap satu kata."Dia adalah pemimpin kelompok hitam di negara ini, banyak yang mengincarnya. Sehingga orang yang berada di dekatnya akan selalu di jaga olehnya." Lidya melempar pandangannya kembali ke Debora.Kenyataan ini terlalu lucu untuk di ketahui Debora. Dia benar-benar di permainan oleh takdir. Mana bisa seorang gay memimpin sebuah kelompok hitam, terutama dengan lingkup negara. Ini terlalu konyol untuk di percaya. Debora menggelengkan kepalanya lirih. Bibirnya terbuka mengatup. Dirinya tidak bisa memberi komentar. Entah saat ini dia harus bahagia atau sedih."Mama, kau tidak bercanda?" tanya Debora masih tidak percaya dengan kenyataan ini.Lidya membelai lembut rambut panjang Debora yang berwarna pirang itu. Matanya masih memancarkan keteduhan khas seorang ibu menatap anaknya."Percayalah Alex adalah orang yang baik. Dia hanya sedikit sulit mengungkapkan perasaannya. Lingkun
Read more

Tikus berdasi

Alex duduk bersandar di bangku belakang mobil. Angannya melayang kembali ke menit sebelumnya. Dia tidak tau mengapa coretan kecil mampu memberikan rasa haru padanya.Deringan ponsel yang terselip di kantong jasnya membuyarkan lamunan. Dia segera merogoh jas tersebut dan menempelkan benda pipih itu ke telinga kanan."Ada apa?" tanya Alex dengan suara dingin khasnya."Komjen Desta, ingin menemui Tuan, apakah Anda ingin mengatur waktu?" tanya sekertaris Alex di ujung sambungan."Baiklah. Aku akan kesana sekarang," ucap Alex memutuskan sambungan sepihak.Alex menarik napas panjang. Kenapa banyak orang yang mencari masalah padanya akhir-akhir ini. Apakah dengan pangkatnya dia tidak bisa membereskan masalah mudah seperti ini? Menyebalkan."Kita ke kantor polisi," lanjut Alex memberikan perintah pada sopir.Mobil Alex melaju meninggalkan asrama. Di saat yang bersamaan ada seorang anak kecil yang baru saja tersadar dari tidurnya.Dia mengucek matanya dan memanggil wanita yang masih duduk bers
Read more

Serpihan Hati Yang Lalu

Alex tidak peduli dengan deringan ponsel yang terus berbunyi. Dia sudah muak melihat orang berpangkat yang mengandalkan jabatannya hanya demi kepentingannya sendiri.Jangan tanya apa yang dilakukan oleh Alex. Pastinya dia memiliki satu alasan untuk membungkam mulut kotor itu. Salah satunya adalah pembunuhan saksi dari aksi bejat salah satu pejabat di negaranya itu.Nyalinya terlalu besar. Alex tidak percaya seorang polisi ecek-ecek mampu mengancamnya.Mobil Alex melaju menuju sebuah jalan yang cukup jauh dari hiruk-pikuk kota. Jalan ini di penuhi pepohonan pinus yang cukup tinggi.Karena cuaca sudah mendekati senja. Beberapa kabur mulai menutupi jalanan yang di lewati. Alex sudah menyiapkan beberapa pistol di balik jasnya.Mobil terus melaju dengan kecepatan sedang hingga bertemu sebuah pertigaan dan memilih untuk berbelok ke arah kanan.Kurang lebih membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Mobil terlah sampai di sebuah bangunan tua yang sudah lapuk.Dindingnya hanya terbuat dari kayu yang
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status