Home / Pendekar / Si Buta Dari Sungai Ular / Chapter 841 - Chapter 850

All Chapters of Si Buta Dari Sungai Ular: Chapter 841 - Chapter 850

1284 Chapters

840. Part 9

Sekilas Pendidik Ulung melirik dengan ekor mata. Ternyata, pertempuran di sebelah telah usai. Sekutu-sekutu Pangeran Pemimpin sudah banyak yang dilumpuhkan. Namun, banyak juga yang melarikan diri. Pendidik Ulung tak mempedulikan lagi. Keinginannya saat itu hanya untuk membunuh Pelajar Agung."Kau akan secepatnya menyusul teman-temanmu itu, Bocah! Bersiap-siaplah menerima kematianmu!" ancam Pendidik Ulung dingin dan menggetarkan. Kedua penanya pun kembali digurat-guratkan di udara membentuk huruf gaib ciptaannya sendiri.Pelajar Agung merasa cemas bukan main. Tak mungkin ia melanjutkan pertempuran seorang diri. Maka tak ada pilihan lain, kecuali harus melarikan diri. Namun ketika hendak melarikan diri dengan ilmu 'Amblas Bumi', mendadak Pendidik Ulung telah melontarkan pukulan 'Tangan Penggebuk Dewa'."Hea...!"Bukkk!Pelajar Agung menjerit setinggi langit saat serangan Pendidik Ulung mengenai sasaran. Seketika tubuhnya melayang bak layangan putus.
last updateLast Updated : 2024-04-06
Read more

841. Part 10

"Heh...!"Eyang Pamekasan melongo kaget. Sungguh tak disangka kalau tubuh Si Buta dari Sungai Ular ternyata tidak mengalami luka sedikit pun akibat lecutan Cemeti Api-nya!Eyang Pamekasan tak percaya. Ia harus membuktikannya lagi. Maka sekali tubuhnya berkelebat, cemeti di tangan kanannya kembali menderu-deru di sekujur tubuh Si Buta dari Sungai Ular.Ctarrr! Ctarrrr!Berkali-kali tubuh Si Buta dari Sungai Ular terkena lecutan cemeti, namun tidak mengalami cedera sedikit pun. Memang, tubuh Si Buta dari Sungai Ular sempat menyala, tapi hanya sebentar. Selang beberapa saat, api di sekujur tubuhnya padam sendiri.Bukan main geramnya hati Eyang Pamekasan. Kali ini sepasang matanya yang kelabu harus dipaksa untuk terbelalak kembali. Bahkan beberapa kali serangan Si Buta dari Sungai Ular tadi sempat menghajar tubuhnya. Meski Eyang Pamekasan tidak mengalami luka sedikit pun, namun sudah cukup menyulut amarahnya."Jahanam! Kali ini kalau kau masih s
last updateLast Updated : 2024-04-06
Read more

842. Part 11

'Tidak mau! Aku tidak mau adu setan alas. Aku tidak punya setan. Aku tidak punya alas. Sawah apalagi!" Bukan main mengkelapnya hati Eyang Pamekasan dipermainkan seperti itu. Tanpa banyak cakap segera kedua telapak tangannya digosok-gosokkan. Seketika tangan tokoh sesat dari Sendang Kenjeran telah berubah jadi putih berkilauan.Penyair Sinting bukannya tidak tahu betapa hebatnya aji 'Panglarut Banyu Putih'- milik Eyang Pamekasan. Namun, sikapnya masih saja ayal-ayalan. Seenaknya sendiri. Meski begitu, diam-diam mulai disiapkannya pukulan 'Tameng Selaksa Prahara' yang sengaja diciptakan untuk menghadapi aji 'Panglarut Banyu Putih'.Kening Eyang Pamekasan sempat berkerut. Ia memang belum tahu pukulan apa yang akan dikeluarkan musuh bebuyutannya nanti. Namun begitu ia tidak mau ambil peduli. Dengan raut wajah menegang, pertanda segenap kekuatan tenaga dalamnya telah dikerahkan, tahu-tahu Eyang Pamekasan telah melontarkan aji 'Panglarut Banyu Putih'.Wesss! Wesss!
last updateLast Updated : 2024-04-07
Read more

843. Part 12

"Tahan! Lepaskan Kangmas. Sembodo!"Tiba-tiba terdengar teriakan seseorang memasuki tempat pertarungan."Ggggrrrr...!!'Si Buta dari Sungai Ular menggeram hebat, melihat satu sosok yang berlari ke tengah pertempuran. Ia adalah seorang lelaki gagah berusia empat puluh tahun. Pakaiannya menunjukkan kalau ia adalah Adipati Pleret."Manggala! Lepaskan Kangmas Sembodo!" teriak lelaki yang tak lain Adipati Reksopati penuh harap. Si Buta dari Sungai Ular ragu-ragu. Sejenak diperhatikannya ke sekeliling tempat pertempuran yang ternyata telah dipenuhi para pendekar yang tadi ikut bertempur di lingkungan kadipaten. Dan setelah dapat melumpuhkan tokoh-tokoh sesat sekutu Pangeran Pemimpin, mereka pun segera menuju tempat pertempuran di luar Kadipaten Pleret atas perintah Adipati Pleret sendiri."Manggala! Lepaskan Kangmas Sembodo!" pinta Adipati Pleret lagi.Mendadak sekujur tubuh Manggala kembali menciut, kembali seperti semula. Melihat kejadian langka
last updateLast Updated : 2024-04-07
Read more

844. Part 13

Pelan tanpa suara, kakinya mendarat di paha kanan sosok yang ternyata seorang lelaki tua renta. Sulit sekali menaksir usia si kakek. Yang jelas, rambut si kakek berpakaian jubah hitam ini telah memutih. Demikian pula alis dan bulu matanya. Wajahnya mengerikan. Sepasang matanya yang cekung ke dalam terpejam rapat-rapat. Kedua bibirnya berwarna hitam. Kulitnya pun berwarna hitam legam. Di kedua pergelangan tangannya melingkar dua gelang akar bahar. Sebuah kalung berbandul tengkorak manusia berukuran kecil menggelantung dileher."Kuuukkk...!!!"Burung hantu raksasa itu mematuk-matukkan patuknya yang berwarna kuning ke paha si tua yang tengah khusuk bersemadi ini."Ada apa, Meruya? Kenapa kau membangunkan semadiku?" tegur lelaki tua itu kasar, begitu membuka matanya perlahanlahan. Burung hantu raksasa yang dipanggil Meruya meloncat ke tanah. Lalu paruhnya dipatuk-patukkan ke tanah, seolah-olah sedang mengatakan sesuatu. "Kau ingin mengatakan sesuatu, Meruya?" tanya
last updateLast Updated : 2024-04-07
Read more

845. Part 14

"Bagus, bagus! Aku senang sekali memiliki anak buah seperti kalian yang harus patuh padaku. Akulah penguasa kalian. Siapa membangkang berarti siap mendapat siksa di atas seribu siksa! Kalian paham!"Tak ada sahutan kecuali suara riuh rendah makhluk-makhluk penghuni puncak Gunung Sindoro saja. Mereka saling kasak-kusuk satu sama lainnya."Diam! Apa kalian tidak patuh lagi terhadap perintahku? Apa kalian ingin merasakan hukumanku, heh!" ancam Penguasa Demit, garang.Sepasang matanya yang berkilat-kilat tajam mengerikan terus memperhatikan anak buahnya Seperti semula, makhluk-makhluk halus penghuni puncak Gunung Sindoro pun mendadak menghentikan kasak-kusuk mereka. Malah ada sebagian lainnya yang tidak berani membalas pandang mata lelaki tua renta di hadapannya."Sekarang, dengarkan! Buka telinga kalian lebar-lebar! Bila suatu saat aku membutuhkan tenaga, kalian harus membantuku! Kalian harus menuruti perintahku. Akulah yang mengasuh kalian! Akulah yang mend
last updateLast Updated : 2024-04-07
Read more

846. Part 15

"Ibu! Lapar. Bu....Lapar..."Bocah kecil itu tak dapat meneruskan ucapannya. Mendadak perutnya dipegangi kuat-kuat. Kedua kakinya gemetaran. Sang ibu kelabakan bukan main. Buru-buru dihampirinya si bocah di pinggir pematang sawah."Ah..., Anakku! Kasihan sekali kau! Tunggu sebentar, Nak! Ibu akan mencarikan ubi untukmu," ujar ibu muda itu."Cepat, Bu. Aku lapar sekali""Iya, iya."Tergopoh-gopoh sang ibu segera meninggalkan pematang sawah. Sementara sang suami hanya dapat memandangi kepergian istrinya dengan hati trenyuh.Sampai di sini, Manggala tak tahan lagi. Tanpa sadar tangannya merogoh saku celana. Tapi sayang, ia tak punya uang sepeser pun. Manggala meringis. Hatinya ngilu sekali tak dapat menolong keluarga petani itu."Kasihan sekali mereka. Seharusnya aku dapat menolong mereka. Tapi sayang, aku tak punya uang...," gumam hati Manggala, kecut.Pemuda berjuluk Si Buta dari Sungai Ular ini menggaruk-garuk kepala. Bingung.
last updateLast Updated : 2024-04-07
Read more

847. Part 16

"Ada apa ini, he! Kenapa kau kasar sekali pada perempuan ini, Paman?" bentak pemuda berambut gondrong sebatas bahu. Pakaiannya yang terbuat dari kulit ular bersisik kehijauan. Melihat ciri-cirinya, siapa lagi pemuda gagah itu kalau bukan Si Buta dari Sungai Ular."Dia selalu mengganggu kedaiku. Sebal aku. Jadi kuusir saja dia daripada tamu-tamu langgananku kabur," kilah Sukiat."Itu tidak benar, Tuan Muda. Aku tidak pernah mengganggu kedai ini. Aku hanya minta barang sepotong ubi untuk pengganjal perut anakku yang kelaparan," sergah Marni."Hm... begitu? Lalu, kenapa kau tidak memberikan barang sepotong ubi pada perempuan ini, Paman? Apa hanya sepotong ubi yang diminta perempuan ini membuat kedaimu rugi? Lekas, buatkan tiga bungkus makanan yang paling enak di kedai untuk ibu muda ini!" perintah Manggala.Lagak si pemuda persis juragan kaya mendadak. Padahal untuk mengganjal perutnya sendiri hari ini saja ia belingsatan tidak karuan. Tadi diam-diam Manggal
last updateLast Updated : 2024-04-08
Read more

848. Part 17

"Alasan! Sekarang, lekas bayar kalau tidak ingin kedaimu ini kubakar!" ancam Perbowo."Ba... baik."Sukiat jadi gugup bukan main. Seluruh tubuhnya terasa lemas saat bangkit berdiri. Ingin rasanya ia menangis, namun tak kuasa. Terpaksa diturutinya kemauan pimpinan anak buah Juragan Lanang. Langkahnya terseret saat menuju tempat penyimpanan uang. Diambilnya uang simpanannya di peti. Dihitung sebentar, lalu dimasukkan ke kantong. Dan langkahnya kembali terseret saat menghampiri para begundal itu.Perbowo dan lima orang anak buahnya tertawa bergelak saat menerima uang dari Sukiat."Kalau kau mau menurut, tentu aku dapat berlaku lembut padamu. Tapi karena kau sendiri yang cari penyakit, ya apa boleh buat!" kata Perbowo gembira.Pemilik kedai itu memberengut kesal. Saking kesalnya, tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya yang gemetaran. Hanya pandang matanya saja yang terus memperhatikan kantong kecil di tangan Perbowo. Jelas, hatinya tak iklas.
last updateLast Updated : 2024-04-08
Read more

849. Penguasa Demit

KENING MANGGALA dan Sukiat berkerut penuh keheranan. Di hadapan mereka kini berdiri seorang gadis cantik. Penampilannya amat menyolok. Inilah yang membuat mereka keheranan. Bagaimana tidak menyolok kalau gadis itu berpakaian dengan warna beraneka ragam. Merah, kuning, hijau dipadu jadi satu. Rambutnya dikuncir dua ke belakang. Juga dihiasi pita yang beraneka warna. Kedua telinganya dipasangi anting bundar besar. Benar aneh penampilan gadis itu.Belum lagi logat bicara si gadis. Manja. Teramat manja. Entah disengaja, atau memang begitu logat bicaranya. Demikian juga sikapnya. Tak kalah manjanya dengan logat bicaranya. Sikapnya benar-benar menggemaskan bagi siapa saja yang melihat. Kenes, manja, sekaligus juga menawan.Manggala dan Sukiat-sampai melongo dibuatnya. Persis sapi ompong."Gadis centil...," tegur Manggala asal bunyi."Aduuuh..! Kenapa kalian jadi melongo? Kenapa pelayan jelek itu malah mengataiku gadis centil. Uhhh...! Menjengkelkan! Masa' rumah
last updateLast Updated : 2024-04-08
Read more
PREV
1
...
8384858687
...
129
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status