Semua Bab Si Buta Dari Sungai Ular: Bab 821 - Bab 830

1284 Bab

820. Part 7

"Manusia penjilat macam dia sama saja. Bicara dengan buang air tetap saja bau!" ejek pula Manik Biru."Setan alas! Kaulah yang pertama kali harus kumusnahkan, Tua Bangka Keriputan! Makanlah pukulan 'Jalan Hitam Kematian'-ku! Hea...!" bentak Pelajar Agung seraya menghentakkan kedua tangannya yang telah berubah menjadi hitam.Werrr...!Seketika terdengar bunyi menggemuruh tatkala dua larik sinar biru melesat dari kedua telapak tangan Pelajar Agung ke arah Raja Penyihir. Raja Penyihir hanya tersenyum sebelum akhirnya segera melontarkan pukulan maut 'Tangan Gaib Penindih Setan'. Begitu kedua telapak tangannya dihantamkan ke depan, seketika meluruk dua gulungan asap tebal berwarna putih.Besss...!!!Tak ada bunyi ledakan hebat kala dua tenaga dalam beradu di udara. Namun anehnya, tubuh Raja Penyihir dan Pelajar Agung sama-sama terguncang hebat! Selang beberapa saat, tubuh Pelajar Agung terpental ke belakang dengan paras pias!"Setan alas
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-02
Baca selengkapnya

821. Part 8

Pelajar Agung kecewa bukan main. Tubuhnya terasa lemas akibat luka dalamnya. Tangan kanannya pun tak henti-hentinya memegangi dada, berusaha menahan guncangan luka dalamnya."Teman-teman, cepat tinggalkan tempat ini!" teriak Pelajar Agung tiba-tiba. Kemudian tanpa banyak cakap lagi, lelaki ini segera berkelebat cepat meninggalkan tempat pertarungan. Kebetulan, Raja Racun dan Raja Golok pun baru saja tegak berdiri setelah mendapat hajaran dari lawan-lawannya. Maka begitu mendapat kesempatan, mereka cepat berkelebat, melarikan diri."Teman-teman, jangan kejar! Berbahaya! Lekas cari Si Buta dari Sungai Ular!" perintah Raja Penyihir ketika beberapa orang pendekar muda itu bermaksud mengejar Pelajar Agung dan kawan-kawannya."Tapi...," tukas Manik Biru keberatan."Jangan tapi-tapian! Keselamatan Si Buta dari Sungai Ular lebih penting dibanding mereka, tahu! Lekas cari Si Buta dari Sungai Ular!" hardik Raja Penyihir."Baik."Sebenarnya para pendek
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-02
Baca selengkapnya

822. Part 9

"Tapi bukan berarti kau harus seenaknya mengaku utusanku, Nimas!""Maaf, Kangmas Adipati! Mula-mula aku memang tidak berpikir ke sana. Tapi, waktu kulihat banyak pendekar berkumpul di puncak Gunung Kelud, tiba-tiba pikiranku berubah. Lantas, aku mengaku saja sebagai utusan Kangmas Adipati.""Hm...!" gumam Adipati Pleret seraya menggelenggeleng. "Seharusnya kau tak boleh selancang itu, Nimas! Terus terang aku sangat mencemaskan kesel...""Maaf, Kanjeng Adipati! Aku datang melapor."Sebuah suara membuat Adipati Reksopati menghentikan pembicaraan. Keningnya berkerut tak senang. Namun ketika melihat sesosok manusia yang dikenalnya di depan pintu masuk ruang pendopo, mendadak jadi tersenyum senang.-o0o-Di depan pintu ruang pendopo, berdiri seorang pemuda tampan dengan rambut gondrong tergerai di bahu. Tubuhnya tinggi kekar. Pakaiannya dari kulit ular bersisik warna kehijauan. Di punggungnya tampak terselip senjata berupa tongkat berbentuk tulan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-02
Baca selengkapnya

823. Part 10

"Tak usah. Aku bisa menyuruh beberapa orang ahli ukir di kadipaten ini untuk membuatnya yang sama persis.""Nah...! Begitu juga boleh....""Ah...! Kau ini...," ujar Kanjeng Adipati. Lalu perhatiannya dialihkan pada Pendekar Bintang Emas."Paman Jayaraka! Seperti yang telah kita bicarakan tadi, apakah para pendekar sudi membantu kami guna menumpas kaum pemberontak pimpinan Kangmas Sembodo?""Hamba datang kemari justru diutus teman-teman pendekar, Kanjeng. Dan sekarang terserah, Kanjeng Adipati. Kami hanya tinggal menunggu perintah," jelas Pendekar Bintang Emas."Baik. Kalau begitu sampaikan salamku pada Ki Rombeng, dan juga para pendekar lain. Nanti kalau ada kabar baik, aku pasti akan mengutus seorang prajuritku untuk memberi tahu kalau kalian di puncak Gunung Kelud," ujar Adipati Pleret akhirnya."Baik," sahut Pendekar Bintang Emas singkat.Adipati Pleret mengangguk-angguk penuh kepuasan.-o0o-Pangeran Pemimpin gusar b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-02
Baca selengkapnya

824. Part 11

Bajing Sura tersenyum dingin. Tampak sekali kalau uneg-unegnya sebenarnya ingin sekali dikeluarkan. Namun entah kenapa, ia tidak berani."Tidak ada pilihan lain, Pangeran. Sebelum kekuatan menyusut, terpaksa kita harus secepatnya menyerbu kadipaten! Itulah jalan satu-satunya yang terbaik!" tutur Bajing Sura akhirnya dengan hati kecut.Pangeran Pemimpin terdiam, seperti mempertimbangkan usul Bajing Sura. Sejurus kemudian kepalanya manggut-manggut dengan kening berkernyit."Kali ini kita tidak ada pilihan lain. Kukira memang itulah jalan satu-satunya yang terbaik, Pangeran," timpal Raja Racun, menyetujui usul Bajing Sura.Tiba-tiba semangat Pangeran Pemimpin yang mengendur kembali menggebu-gebu. Namun sampai di sini lelaki setengah baya itu belum membuka suara. Garis-garis keningnya tampak makin berlipat-lipat."Kenapa harus bingung, Pangeran? Kalau itu memang satu-satunya jalan terbaik, kenapa tidak lekas-lekas dilakukan?" kali ini yang angkat bicar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-03
Baca selengkapnya

825. Part 12

Eyang Pamekasan melipat gandakan tawanya. Wajahnya yang tirus tampak demikian mengerikannya."Ketahuilah, Cucuku! Sebenarnya kau adalah anak dari Prabangkoro, yakni anakku sendiri. Dan berhubung juga mencintai Sundari, mendiang ibumu, maka Cokro Ningrat pun memfitnah Prabangkoro hingga dihukum gantung! Akhirnya ia berhasil memperistri mendiang ibumu, Cucuku!" tutur Eyang Pamekasan dengan kemarahan meluap."Keparat! Jadi Cokro Ningrat yang telah membunuh ayahku, Eyang" Kenapa Eyang baru menceritakannya sekarang?" sentak Pangeran Pemimpin, tak kalah gusar."Kusengaja, Cucuku. Karena waktu itu kau masih kecil. Tak mungkin aku menceritakan rahasia besar ini. Namun ketika aku hendak bertapa di Sendang Kenjeran ini, bukankah aku telah memerintahkanmu untuk bersiap-siap memberontak?" tukas Eyang Pamekasan tajam."Benar, Eyang. Tapi, terus terang aku menyayangkan kenapa baru sekarang rahasia besar ini diceritakan," keluh Pangeran Pemimpin sedih."Sudahlah!
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-03
Baca selengkapnya

826. Part 13

PUNCAK GUNUNG KELUD masih berselimut awan. Padahal matahari telah menapak jauh. Namun, sinarnya tak kuasa menembus tebalnya kabut, hingga udara dingin masih terus bergelayut. Di hadapan para pendekar yang masih berkumpul di puncak Gunung Kelud, seorang lelaki berusia enam puluh tahun tengah bercakap-cakap dengan seseorang. Meski berusia senja, namun tubuh tinggi besarnya tampak masih kekar dengan otot-otot lengan bertonjolan. Rambutnya yang gondrong dibiarkan tergerai sampai ke bahu. Pakaiannya putih bersih. Dua gelang akar bahar besar di pergelangan tangan menambah angker penampilannyaSementara orang yang diajak bercakap-cakap adalah lelaki tua renta berusia delapan puluh tahun. Tubuhnya tinggi kurus. Pakaiannya tambal-tambalan mirip pengemis. Wajahnya tirus dengan sepasang bibir hitam. Dari tadi tongkat di tangan kanannya terus diketuk-ketukkan dengan sikap gelisah."Raja Penyihir! Aku maklum kalau kau tampak gelisah. Semua yang berada di puncak Gunung Kelud ini jug
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-03
Baca selengkapnya

827. Part 14

"Ketahuilah, Ki! Juga, semua yang berada di puncak Gunung Kelud ini. Buka telinga kalian lebar-lebar." Lanjut Rondo Kasmaran bersungguh-sungguh. "Seperti yang tengah kalian bicarakan di tempat ini, saat ini sesungguhnya Pangeran Pemimpin telah menggerakkan pasukannya menuju ke Kadipaten Pleret. Untuk apa? Tentu saja ingin menggulingkan kekuasaan Adipati Reksopati!"Ki Rombeng dan semua yang berada di puncak Gunung Kelud kontan melengak kaget. Paras mereka menegang penuh gejolak amarah."Kau jangan main-main, Rondo Kasmaran!" ingat Raja Penyihir mendesis tak percaya."Tua bangka jelek! Mulutmu bau! Siapa sudi bicara denganmu! Pokoknya kalau kalian tidak percaya, ya sudah! Lebih baik kulaporkan saja pada Adipati Pleret!" dengus Rondo Kasmaran jengkel."Eh... tunggu! Kau hendak ke mana?" teriak Raja Penyihir begitu melihat Rondo Kasmaran bermaksud meninggalkan puncak Gunung Kelud.Namun Rondo Kasmaran yang sedang kesal tak sudi bagi menuruti perintah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-03
Baca selengkapnya

828. Part 15

"Pasti mata-mata Pangeran Pemimpin! Kalau tidak, siapa sudi kelayapan malam-malam begini di dalam lingkungan kadipaten!" duga pemuda dari sungai ular dalam hati.Maka tanpa banyak pikir panjang lagi, Manggala pun segera mengempos tenaganya. Seketika tubuhnya telah melesat lewat jendela, berkelebat menyusul sosok bayangan tadi. Dengan ilmu meringankan tubuh 'Jejak Kilat', pemuda dari sungai ular pun telah menyusul sosok bayangan."Berhenti!"Sosok bayangan yang ternyata berpakaian hijau tua itu terperanjat. Ia tadi memang merasakan berhembusnya angin kencang. Namun baru saja menyadari, tahu-tahu kini di hadapannya telah berdiri seorang pemuda gagah berpakaian dari kulit ular bersisik warna kehijauan.Manggala sendiri juga tak kalah terkejutnya. Sama sekali tidak disangka kalau sosok berpakaian hijau tua di hadapannya adalah seorang wanita cantik bertubuh amat menggiurkan. Apalagi pakaian yang dikenakan pun sedikit seronok, menampakkan lekuk-lekuk dua buah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-03
Baca selengkapnya

829. Part 16

"Kalau memang iya, kau mau apa?" sahut Manggala."Yah...! Setidak-tidaknya, bolehkan aku berkenalan. Kukira aku tidak rugi berkenalan dengan pemuda gagah macammu,?" oceh Rondo Kasmaran makin mengumbar senyum.Manggala sebenarnya jengkel sekali. Namun manakala sepasang matanya tertumbuk pada lekuk-lekuk sepasang payudara wanita cantik di hadapannya, entah kenapa sikapnya jadi berubah."Boleh! Tapi sayang, kau mata-mata. Mungkin aku harus berpikir seribu kali untuk berkenalan denganmu, Rondo Kasmaran.""Kau akan menyesal dengan ucapanmu, Manggala.""Mungkin. Tapi mungkin juga aku senang sekali melihat kecantikanmu. Terutama sekali, tubuhmu yang teramat menggiurkan itu," kata Manggala terus terang. Perasaan Rondo Kasmaran jadi melambung tinggi. Tingkahnya makin dibuat-buat genit."Kau memang pintar merayu seorang wanita, Manggala. Pantas gadis tadi marah-marah pad...'"Hush...!"Manggala memalangkan telunjuk jarinya di depan bibir
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-04
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8182838485
...
129
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status