Home / Pendekar / Si Buta Dari Sungai Ular / Chapter 831 - Chapter 840

All Chapters of Si Buta Dari Sungai Ular: Chapter 831 - Chapter 840

1284 Chapters

830. Part 17

"Serang...!!!" teriak lelaki yang tak lain Pangeran Pemimpin lantang Tangan kiri Pangeran Pemimpin pun segera menarik tali kekang, membuat kuda hitam tunggangannya mengangkat kedua kaki depan tinggi-tinggi sebelum akhirnya berlari cepat ke depan.Melihat Pimpinan Partai Kawula Sejati itu telah bertindak, berpuluh-puluh pengikutnya segera berlarian mencari lawan masing-masing diiringi teriakan-teriakan lantang."Hea..! Hea...!"Sementara itu beberapa sekutu Pangeran Pemimpin ikut mengiringi di belakang dengan teriakan-teriakan membahana. Begitu melihat pasukan Pangeran Pemimpin mulai bergerak menyerang, senopati itu pun segera meniup terompet di tangan kanan yang terbuat dari tanduk kerbau."Huuuunggg...! Huuuungggg...!"Terompet perang telah berbunyi. Suara riuh rendah ratusan prajurit Kadipaten Pleret menyambuti penuh semangat. Senopati yang memimpin prajurit Kadipaten Pleret segera memacu kudanya cepat-cepat. Di tangan kanannya kini telah tergeng
last updateLast Updated : 2024-04-04
Read more

831. Part 18

Dengan bantuan Putri Sekartaji, para pengeroyoknya dapat dipermainkan dengan mudah."Tak mungkin Pangeran Pemimpin bermaksud mengalah. Padahal kedudukannya belum terjepit. Pasti ini sebuah siasatnya!" gumam Manggala dalam hati.Dan ketika pertempuran mulai memasuki dataran tandus yang diapit dua bukit kecil di kanan kiri, ternyata dugaan Si Buta dari Sungai Ular. Tiba-tiba...."Suiiit...!"Pangeran Pemimpin bersuit nyaring. Sebentar kemudian, Pangeran Pemimpin berikut anak buahnya berlari meninggalkan tempat pertarungan. Dan bersamaan itu, tiba-tiba terdengar bunyi bergemuruh yang datang dari atas bukit!Si Buta dari Sungai Ular terkejut bukan main. Seketika kepalanya dipalingkan ke atas. Ternyata berpuluh-apuluh batu sebesar kerbau tengah meluncur cepat menyerang para prajurit-prajurit Kadipaten Pleret!"Ah...!" pekik Senopati Gajah Keling gusar bukan main. Keadaan kali ini benar-benar kurang menguntungkan bagi para prajurit. Ternyata merek
last updateLast Updated : 2024-04-04
Read more

832. Banjir Darah di Medan Laga

SEBUAH pembantaian besar-besaran mulai berlangsung. Batu-batu sebesar kerbau yang meluruk cepat dari atas bukit dan berpuluh-puluh batang anak pariah yang datang bak air hujan, rasanya sulit dihindari. Semua bergerak pada satu titik sasaran, yakni prajurit-prajurit gagah Kadipaten Pleret!Menyadari diri mereka masuk dalam jebakan, Senopati Gajah Keling murka bukan main. Lebih lagi ketika tadi mendengar tipuan sangkala yang saling susul. Jelas ini merupakan petaka bagi Kadipaten Pleret!Isyarat sangkala itu mengabarkan kalau keamanan Kadipaten Pleret terancam!"Bajingan pemberontak! Aku akan mengadu nyawa dengan kalian!" geram Senopati Gajah Keling tak dapat lagi mengendalikan amarah. Sekali menghentakkan kaki ke tanah, tahu-tahu tubuh tinggi kekar Senopati Gajah Keling telah mencelat tinggi ke udara. Kemudian dengan ilmu meringankan tubuh yang sudah mencapai tingkat tinggi, lelaki gagah ini terus berusaha naik ke atas bukit. Namun sayang, serangan-serangan batu
last updateLast Updated : 2024-04-05
Read more

833. Part 2

Sungguh nyali mereka jadi ciut. Apalagi mereka baru saja digempur habis-habisan oleh pasukan Pangeran Pemimpin dalam jebakan tadi."Sontoloyo! Rupanya Pangeran Pemimpin itu pintar juga mengatur siasat perang!" gerutu Manggala kesal.Sepasang mata si pemuda tertumbuk pada pasukan-pasukan Pangeran Pemimpin yang mulai datang menyerang dari empat penjuru. Senopati Gajah Keling dan Putri Sekartaji pun tampak gelisah sekali."Putri! Mari kita menghadang jalan Pangeran Pemimpin! Biar Senopati Gajah Keling dan prajuritnya menggempur pasukan-pasukan itu!" teriak Manggala tiba-tiba."Baik," sahut Putri Sekartaji penuh semangat."Harap kalian hati-hati! Pangeran Pemimpin dan antek-anteknya sangat berbahaya!" pesan Senopati Gajah Keling."Terima kasih, Paman," sahut Putri Sekartaji hampir bersamaan dengan Manggala.Manggala dan Putri Sekartaji segera berkelebat cepat menghadang Pangeran Pemimpin beserta beberapa orang sekutunya. Bahkan saat ini R
last updateLast Updated : 2024-04-05
Read more

834. Part 3

"Ha ha ha...! Apa lagi yang ingin kau pamerkan, Bocah! Kematian kalian sudah di depan mata! Tak ada gunanya berkoar. Kalian tetap saja akan modar!" Pangeran Pemimpin tertawa bergelak. Wajahnya yang berkulit putih bersih kini tampak menyiratkan kekejian luar biasa."Makanlah pukulan 'Pelebur Bumi'-ku, Bocah!" Pangeran Pemimpin segera mengempos tenaga dalamnya. Dan baru saja pemuda dari sungai ular itu hendak mendorongkan kedua telapak tangan ke depan, mendadak...."Manusia laknat! Sungguh memalukan perbuatanmu ini! Kau tak pantas mengumbar maut dengan pukulan 'Pelebur Bumi'-mu di sini!"Mendadak terdengar bentakan keras menggelegar yang disusul berkelebatnya berpuluh-puluh bayangan ke arah pertarungan.Sepasang mata culas Pangeran Pemimpin berkilatkilat penuh kemarahan, menatap serombongan orang berpakaian sebagaimana kaum persilatan yang sepertinya dari golongan putih; Sementara orang yang tadi membentak sekaligus mengenali pukulan maut Pangeran Pemimpin
last updateLast Updated : 2024-04-05
Read more

835. Part 4

Si Buta dari Sungai Ular kewalahan bukan main. Napasnya mendadak sesak. Tubuhnya menyentak-nyentak seperti orang menjelang menemui ajal. Sedang sepasang matanya melotot tak berkedip!"Nggghhh...! Nggghhh...!"Si Buta dari Sungai Ular terus melejang-lejang sembari menggerak-gerakkan kepalanya ke sana kemari."Manggala...!" pekik Putri Sekartaji cemas bukan main. Sejenak gadis cantik murid Pendekar Bintang Emas itu terpana melihat dua sosok bayi aneh dari kedua telapak tangan Pangeran Pemimpin yang tengah menyerang Si Buta dari Sungai Ular. Putri Sekartaji tak tahan lagi melihat penderitaan Si Buta dari Sungai Ular. Maka dengan lengkingan tinggi, tubuhnya berkelebat cepat meninggalkan lawannya. Pedang di tangan kanannya dikibaskan untuk menebas sosok bayi aneh yang tengah menjerat leher Si Buta dari Sungai Ular.Wessss!"Heh...!"Putri Sekartaji melongo. Tebasan pedangnya seperti menebas angin. Sedang dua sosok bayi aneh itu tetap saja menceng
last updateLast Updated : 2024-04-05
Read more

836. Part 5

Habis mengejek, Rantai Kumala telah mendahului menyerang. Rantai baja berwarna kuningnya kembali diputar-putar hingga menimbulkan suara menderu, siap meremukkan tubuh Ki Demang Jarakan.Meski dengan susah payah, akhirnya Ki Demang Jarakan dapat keluar dari tekanan-tekanan Rantai Kumala. Namun ketika Bajing Sura dan Bajing Biru ikut turut mengeroyok, keadaan benar-benar jadi berubah. Jangankan untuk membalas. Untuk keluar dari tekanan-tekanan ketiga orang pengeroyoknya pun sulit!Rupanya keadaan ini pun tak jauh berbeda dengan prajurit-prajurit Kadipaten Pleret lain. Ibarat laron bertemu api, satu persatu para prajurit gagah kadipaten menemui ajal. Jumlah mereka lambat laun menyu- sut, benar-benar mencemaskan!Meski demikian, semangat juang para prajurit Kadipaten Pleret patut diacungi jempol. Demi menegakkan kebenaran di muka bumi, mereka terus berusaha bertahan. Sebaliknya, tokoh-tokoh sesat yang menjadi sekutu Pangeran Pemimpin tak segan-segannya terus membant
last updateLast Updated : 2024-04-05
Read more

837. Part 6

"Wanita sundal! Kaulah yang harus membayar nyawa guruku!"Bajing Biru menggeram. Kedua pelipisnya bergerak-gerak, pertanda tak dapat lagi mengendalikan amarah. Sehabis menggeram, kembali diterjangnya Ken Umi dan Ken Sari.Wutt...! Wuuttt...!Tebasan-tebasan pedang Bajing Biru makin membahayakan. Namun percuma saja menjadi murid Ki Rombeng kalau Ken Umi dan Ken Sari tidak dapat melayaninya. Dengan satu gerakan nyilang, tiba-tiba pedang di tangan Ken Umi telah mengancam leher Bajing Biru."Akh...!"Bajing Biru terperangah. Sulit rasanya menghindari serangan itu. Namun tentu saja tubuhnya tidak sudi jadi sasaran empuk serangan Ken Umi. Dengan gerakan tidak terduga, Bajing Biru nekat mengayunkan pedang ke arah Ken Umi dari arah berlawanan."Ah...!"Kini ganti Ken Umi yang terperangah kaget. Si gadis sadar, ternyata Bajing Biru bermaksud mengadu nyawa. Namun untuk menghindar jelas tidak mungkin. Tak ada pilihan, karena memang itu jalan sat
last updateLast Updated : 2024-04-06
Read more

838. Part 7

Aneh! Seketika air Sendang Kenjeran mendadak bergolak. Makin lama golakannya makin menghebat, laksana ada naga besar tengah mengguncang dasar sendang! Selang beberapa saat, tampak sesosok bayangan berpakaian hitam-hitam muncul ke permukaan sendang masih dalam keadaan bersemadi! Kedua kakinya dilipat rapat. Kedua telapak tangannya bersedekap dengan mata terpejam. Sosok lelaki tua inilah yang tadi dipanggil Pangeran Pemimpin. Siapa lagi kalau bukan Eyang Pamekasan! Kakek sekaligus guru Pangeran Pemimpin!Perlahan-lahan Eyang Pamekasan pun membuka kelopak matanya. Parasnya yang pucat tampak kemerah-merahan. Sepasang matanya bersinar nyalang!Berkilat-kilat penuh kemarahan. Panggilan cucu tersayangnya itulah yang membuatnya bangun dari semadi."Cucuku...! Aku datang...!"Hanya itu yang diucapkan Eyang Pamekasan. Kemudian sosok yang masih bersemadi itu terus meluncur ketepian sendang dalam sikap bersemadi."Hup!"Baru ketika mendekati bibir senda
last updateLast Updated : 2024-04-06
Read more

839. Part 8

"Kuakui, jurus 'Tulisan Maut Dewa Kayangan'-mu memang hebat, Bocah. Tapi sayang, kau tetap tidak mampu mengalahkanku," oceh Raja Penyihir."Setan alas! Jangan dikira kau sudah di atas angin, Tua Bangka Keparat! Aku belum kalah!""Bagus! Kalau begitu, kau masih ingin merasakan gebukan tongkatku, he! Majulah! Sebenarnya aku mudah saja merobohkanmu. Dengan kekuatan sihirku, kujamin kau pasti merangkak-rangkak memohon ampun padaku. Tapi, itu tidak kulakukan. Aku tidak akan mengerahkan kekuatan sihirku. Aku malah lebih senang mempermainkan manusia pengecut macammu! Hayo, majulah!""Setan alas! Kuakui, tua bangka di hadapanku ini memang lihai. Baik ilmu sihir maupun ilmu silatnya. Rasanya tak mungkin aku dapat mengalahkannya. Tapi, apa boleh buat? Kalau memang terpaksa, tak ada pilihan lain. Aku harus melarikan diri...," kata hati Pelajar Agung."Hey" Kenapa berhenti? Hayo, serang aku! Apa kau takut? Baik. Kalau begitu, aku yang akan menghajarmu. Hitung-hitung
last updateLast Updated : 2024-04-06
Read more
PREV
1
...
8283848586
...
129
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status