Home / Pendekar / Si Buta Dari Sungai Ular / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Si Buta Dari Sungai Ular: Chapter 71 - Chapter 80

1284 Chapters

71. Pusaka Terkutuk

Jiran langsung mengangguk. Matanya menebar takut-takut ke setiap penjuru, seakan sedang diintai maut."Ketakutan itu tak perlu disimpan. Aku akan berusaha melindungimu. Lagi pula, bukankah kau ingin bertobat? Inilah saatnya untuk membuktikan kesungguhanmu pada Tuhan. Paling tidak, kau telah berusaha menebus sedikit dosamu...," desak Manggala, berusaha menekan ketakutan Jiran.Lama Jiran meremas-remas tangannya sendiri."Baiklah, Tuan Pendekar. Aku harap ini bisa menebus sedikit kesalahanku...," desah Jiran, akhirnya.Manggala lega. Bibirnya menawarkan senyum senang pada keputusan Jiran yang berani menanggung akibat demi tobatnya."Silakan," ucap Manggala. "Aku senang sekali mendengarnya.""Sebenarnya, seluruh bencana yang terjadi di kadipaten ini tidak ada hubungan sama sekali dengan Perguruan Ular Iblis," Jiran memulai ceritanya."Perguruan itu memang tertutup dan penuh kerahasiaan, tapi tidak pernah melakukan tindak kerusuhan...."
last updateLast Updated : 2023-09-21
Read more

72. Bahaya Mengintai

Di kamar yang disediakan Adipati Tunggul Manik bocah itu akhirnya tertidur. Cukup lama kamar Walet tampak damai. Kuakan jendela tempat angin melintas masuk mengirim cahaya siang ke dalam kamar yang ditata apik ini. Di sebelah jendela tampak lemari besar berukir berdiri.Di sudut lain, sepasang meja dan kursi berukir terpaku bisu. Tirai putih yang menutup tempat tidur yang selama hidup baru dinikmati Walet, merambai halus ketika angin menerpa. Semua itu tak sedikit pun menampakkan ancaman bagi Walet. Namun, tanpa disadari sepasang mata bengis tampak mengamatinya dari balik dinding. Dari sang Pengintai itulah bahaya maut siap mencengkeram jiwa Walet.Saat berikutnya, lemari besar berukir bergeser perlahan. Suara geserannya begitu halus, sehingga tak mengusik kenyenyakan tidur Walet. Namun begitu, kalaupun suaranya terdengar lebih keras, Walet sepertinya tetap melayang dalam mimpi. Dia memang sudah begitu lelah, membuat tidurnya amat nyenyak.Grrr...!Setela
last updateLast Updated : 2023-09-22
Read more

73. Seraaang!

Sementara Tumenggung Adiguna bertubuh agak gemuk. Badannya ditutup pakaian kebesaran seorang tumenggung. Dia berbaju dan bertopi hitam, seperti milik Adipati. Bentuk topinya yang seperti tabung meninggi itu, dihiasi garis-garis lurus berwarna emas. Begitu pula ujung-ujung bajunya, dihiasi ukiran berwarna emas. Celananya berwarna putih susu, dibalut batik dan diikat kain bergaris merah putih. Wajah Tumenggung Adiguna agak bulat, tanpa ditumbuhi kumis atau cambang bauk. Usianya cukup tua, membuat matanya agak abu-abu. Namun, wajahnya memancarkan kewibawaan tinggi. Bibirnya yang agak tipis berlawanan dengan hidungnya yang agak tebal."Tuan Senapati dan Tuan Tumenggung," mulai Manggala kembali, "Aku sangat menghormati kalian, selaku pembesar terhormat. Jadi kuharap kalian tidak menghalangiku untuk meringkus Adipati Tunggul Manik.""Bagaimana mungkin kami membiarkan begitu saja junjungan kami diusik orang?" sanggah Tumenggung Adiguna tegas."Kalian harus mempercayaik
last updateLast Updated : 2023-09-22
Read more

74. Kendi berisi telaga

"Aku tak mau mereka celaka, karena diperalat Adipati Tunggul Manik""Lumpuhkan saja kalau begitu Totok saja mereka. Tok, tok, tok, bereskan?""Dengkulmu beres. Jumlah mereka terlalu banyak untuk ditotok satu persatu Apa matamu buta?""Kalau begitu, gimana ya?" tanya Walet santai seraya menaikkan kedua bola matanya."Jangan banyak tanya Kau bisa bantu apa tidak?""Tentu saja. Kenapa tidak?" sahut Walet, tetap acuh."Ayo lakukan! Kenapa masih tunggu-tunggu lagi" bentak Manggala, buru-buru manakala melihat seluruh prajurit kini malah turut menyerbunya.Walet hanya menggeleng-gelengkan kepala santai."Kenapa Kakang tidak bilang dari tadi. Salah sendiri....""Cepaaat!" sergah Manggala mangkel tak ketolongan.Walet nyengir sebentar, kemudian mulai bersila seraya memejamkan mata. Seketika daya pengaruh batin bocah kecil itu pun memancar ke sekitarnya bagai gelombang air yang kian membesar. Kekuatan tak terlihat itu lalu
last updateLast Updated : 2023-09-22
Read more

75. Adipati Tunggul Manik VS Manggala

Adipati Tunggul Manik benar-benar terperangah, menyaksikan jurusnya yang aneh. Bagaimana Adipati Tunggul Manik tidak menilai seperti itu, kalau gerakan yang diperlihatkan lawannya lebih mirip terjangan orang yang kalap?Belum sempat wajah keterkejutan adipati itu hilang, tangan kanan Si Buta dari Sungai Ular sudah tiba di dekat wajahnya. Dan ini membuat Adipati Tunggul Manik serba salah. Maka diusahakannya untuk menyelamatkan wajah dari sampokan tangan Si Buta dari Sungai Ular. Tapi tangan pemuda itu tiba-tiba saja berbelok arah ke dada. Seolah-olah tangan itu bisa berubah arah, hanya karena tiupan angin tak menentu."Gila Jurus sial macam apa itu?" maki Adipati Tunggul Manik dongkol.Tubuh Si Buta dari Sungai Ular mendadak terhuyung deras ke arah Adipati Tunggul Manik. Bahu kanannya siap dibenturkan ke dada. Berbareng pelototan matanya karena terkesiap, Adipati Tunggul Manik merunduk sedalam-dalamnya.Hanya itu yang bisa dilakukan, karena dia sudah berad
last updateLast Updated : 2023-09-23
Read more

76. Sayembara lubang kematian

Si Buta dari Sungai Ular tak mampu lagi merasakan siksaan itu. Tubuhnya melemah, lalu terkulai. Belum lama Manggala terdiam, tanpa gerak, dua larik sinar merah dan hijau keluar dalam keadaan menyatu.Di udara, sinar itu saling menghimpit, hingga menimbulkan sayatan-sayatan cahaya beraneka warna. Lama kejadian itu berlangsung sampai akhirnya cahaya hijau menelan habis cahaya merah membara.Bersamaan dengan menghilangnya cahaya merah, Pusaka Terkutuk sirna di tangan Adipati Tunggul Manik. Lelaki itu sendiri terpental deras ke belakang, langsung menghantam tembok beton setebal tiga jengkal. Tembok itu hancur menciptakan lubang besar menganga, bersama hancurnya seluruh tulang punggung Adipati Tunggul Manik. Penguasa lalim itu tewas dengan mata terbeliak dan darah merah membasahi mulutnya. -o0o-Ada terpaan hangat pada wajah Manggala. Ada lantunan seruling mendayu mengusik telinganya. Si Buta dari Sungai Ular membuka mata perlahan. Dia tidak berh
last updateLast Updated : 2023-09-23
Read more

77. Si Elang Emas

Murid Perguruan Elang Putin dengan kepala diikat pita merah itu maju selangkah. Matanya memandang tajam kakek pendek itu. Namun belum sempat dia bersuara...."Dua cecurut tua! Beraninya kalian cuma menjual lagak di hadapan bocah kemarin sore! Memalukan sekali!" Terdengar bentakan lain yang begitu keras menggelegar, yang pasti dialiri tenaga dalam tingkat tinggi. Malah beberapa orang murid Perguruan Elang Putih langsung gemetaran dengan wajah pucat pasi. Gendang telinga mereka terasa mau robek. Maka seketika itu kedua telapak tangan mereka menutup lubang telinga."Kelelawar Setan! Di hadapanmu pun aku akan mengobral lagak!" sahut Lelaki Berkumis Kucing penuh tenaga dalam, seraya menatap lelaki berwajah lonjong berjubah merah."Benar apa yang dikatakan sobatku orang tua pendek ini. Justru kaulah yang menjual lagak di hadapan kami. Apa kau belum pernah merasakan tajamnya pedangku, he!" bentak lelaki tua berjubah hitam yang dikenal sebagai Bayangan Malaikat, diserta
last updateLast Updated : 2023-09-23
Read more

78. Rahasia lubang Kematian

"Sayang sekali guru sedang menderita sakit parah, Paman. Aku diperkenankan turun gunung untuk meminta bantuannya Tabib Agung," jelas Kumbara.Orang tua bertubuh pendek itu sempat terkejut. Namun buru-buru dapat mengendalikan perasaannya."Ya ya ya...! Aku mengerti. Nanti kubantu kau mencari Tabib Agung. Sekarang, cepat kembali ke tempatmu. Dan, dengarkan orang tua itu melanjutkan ceritanya!" kata lelaki bertubuh pendek itu seraya menudingkan tongkatnya ke arah Elang Emas.Jidat Elang Emas makin berkernyit. Nampak sekali kalau kedatangan orang tua bertubuh pendek itu tidak disukainya."Hem...! Rupanya aku sedang berhadapan dengan Lelaki Berkumis Kucing yang sangat terkenal di wilayah timur itu. Benar-benar tak kusangka kalau kau dapat meloloskan diri dari gebukan Cantrik Tudung Pandan. Sebab terus terang, aku menyangka kau sudah mati di tangan tokoh sakti dari Gunung Anjasmoro itu."Lelaki tua bertubuh pendek itu tertawa sumbang. "Ah...! Bicaramu te
last updateLast Updated : 2023-09-24
Read more

79. Ilmu Antaboga

SEORANG pemuda mengenakan pakaian yang terbuat dari kulit ular dan celana penuh sisik tampak tengah berbaring santai diatas sebuah batu cadas. Wajahnya tidak tergolong tampan, tapi garis-garis kejantanan tergambar jelas pada raut wajahnya. Matanya terlihat menatap menatap kosong ke arah bulan yang berada tepat diatas kepalanya. Astaga! Ternyata kedua bola mata pemuda itu berwarna putih. Dia Buta. Melihat sosok penampilannya, kita tentu mengenalinya, karena dia memang tak lain dan tak bukan adalah Manggala. Sosok pendekar kita yang akhir-akhir ini terkenal dengan julukannya sebagai Si Buta dari Sungai Ular.Walaupun kedua matanya terbuka, saat ini Manggala tengah tenggelam dalam lamunan pikirannya. Banyak yang dipikirkannya, tentang masa lalunya? Kenapa dirinya mau dibunuh oleh orang-orang Istana Dasar Samudra sendiri? Siapa yang ingin dirinya mati? Apakah benar, Raja Samudra bukan ayahnya? Lalu siapa dirinya sebenarnya? Siapa kedua orangtuanya?Banyak sekali pertanyaan
last updateLast Updated : 2023-09-24
Read more

80. Pekarangan Terlarang

"Ah...! Rasa-rasanya aku pernah mendengar irama ini. Kalau tidak salah, kira-kira dua puluh tahun yang lalu, sewaktu sedang lewat di pinggiran Hutan Cemoro Grimpil. Dari kejauhan aku dapat melihat dua sosok berpakaian hitam dan putih sedang duduk berhadap-hadapan. Satu di antara kedua orang itu sedang meniup suling yang lagunya mirip benar dengan yang kudengar kali ini. Ya ya ya...! Lagunya memang persis seperti yang kudengar kali ini. Tapi..., tapi mungkinkah orang itu lagi berada di dalam lubang Kematian?" gumam lelaki tua bertubuh pendek itu lagi, kebingungan sendiri."Paman! Apakah Paman tahu asal usulnya dua orang itu?" tanya Kumbara. Lelaki Berkumis Kucing itu menggeleng lemah. "Aku sudah berlari mengejarnya. Namun hanya dalam sekejapan mata saja telah kehilangan jejak mereka. Kedua orang itu seperti lenyap ditelan bumi"Kumbara menggeleng-geleng heran. "Dengan kepandaian yang sudah mencapai tingkat tinggi, apakah Paman tidak dapat juga menduga siapa orang yang d
last updateLast Updated : 2023-09-24
Read more
PREV
1
...
678910
...
129
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status