Beranda / Pendekar / Si Buta Dari Sungai Ular / 76. Sayembara lubang kematian

Share

76. Sayembara lubang kematian

last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-23 01:02:57

Si Buta dari Sungai Ular tak mampu lagi merasakan siksaan itu. Tubuhnya melemah, lalu terkulai. Belum lama Manggala terdiam, tanpa gerak, dua larik sinar merah dan hijau keluar dalam keadaan menyatu.

Di udara, sinar itu saling menghimpit, hingga menimbulkan sayatan-sayatan cahaya beraneka warna. Lama kejadian itu berlangsung sampai akhirnya cahaya hijau menelan habis cahaya merah membara.

Bersamaan dengan menghilangnya cahaya merah, Pusaka Terkutuk sirna di tangan Adipati Tunggul Manik. Lelaki itu sendiri terpental deras ke belakang, langsung menghantam tembok beton setebal tiga jengkal. Tembok itu hancur menciptakan lubang besar menganga, bersama hancurnya seluruh tulang punggung Adipati Tunggul Manik. Penguasa lalim itu tewas dengan mata terbeliak dan darah merah membasahi mulutnya.

-o0o-

Ada terpaan hangat pada wajah Manggala. Ada lantunan seruling mendayu mengusik telinganya. Si Buta dari Sungai Ular membuka mata perlahan. Dia tidak berh

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Si Buta Dari Sungai Ular   77. Si Elang Emas

    Murid Perguruan Elang Putin dengan kepala diikat pita merah itu maju selangkah. Matanya memandang tajam kakek pendek itu. Namun belum sempat dia bersuara...."Dua cecurut tua! Beraninya kalian cuma menjual lagak di hadapan bocah kemarin sore! Memalukan sekali!" Terdengar bentakan lain yang begitu keras menggelegar, yang pasti dialiri tenaga dalam tingkat tinggi. Malah beberapa orang murid Perguruan Elang Putih langsung gemetaran dengan wajah pucat pasi. Gendang telinga mereka terasa mau robek. Maka seketika itu kedua telapak tangan mereka menutup lubang telinga."Kelelawar Setan! Di hadapanmu pun aku akan mengobral lagak!" sahut Lelaki Berkumis Kucing penuh tenaga dalam, seraya menatap lelaki berwajah lonjong berjubah merah."Benar apa yang dikatakan sobatku orang tua pendek ini. Justru kaulah yang menjual lagak di hadapan kami. Apa kau belum pernah merasakan tajamnya pedangku, he!" bentak lelaki tua berjubah hitam yang dikenal sebagai Bayangan Malaikat, diserta

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-23
  • Si Buta Dari Sungai Ular   78. Rahasia lubang Kematian

    "Sayang sekali guru sedang menderita sakit parah, Paman. Aku diperkenankan turun gunung untuk meminta bantuannya Tabib Agung," jelas Kumbara.Orang tua bertubuh pendek itu sempat terkejut. Namun buru-buru dapat mengendalikan perasaannya."Ya ya ya...! Aku mengerti. Nanti kubantu kau mencari Tabib Agung. Sekarang, cepat kembali ke tempatmu. Dan, dengarkan orang tua itu melanjutkan ceritanya!" kata lelaki bertubuh pendek itu seraya menudingkan tongkatnya ke arah Elang Emas.Jidat Elang Emas makin berkernyit. Nampak sekali kalau kedatangan orang tua bertubuh pendek itu tidak disukainya."Hem...! Rupanya aku sedang berhadapan dengan Lelaki Berkumis Kucing yang sangat terkenal di wilayah timur itu. Benar-benar tak kusangka kalau kau dapat meloloskan diri dari gebukan Cantrik Tudung Pandan. Sebab terus terang, aku menyangka kau sudah mati di tangan tokoh sakti dari Gunung Anjasmoro itu."Lelaki tua bertubuh pendek itu tertawa sumbang. "Ah...! Bicaramu te

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-24
  • Si Buta Dari Sungai Ular   79. Ilmu Antaboga

    SEORANG pemuda mengenakan pakaian yang terbuat dari kulit ular dan celana penuh sisik tampak tengah berbaring santai diatas sebuah batu cadas. Wajahnya tidak tergolong tampan, tapi garis-garis kejantanan tergambar jelas pada raut wajahnya. Matanya terlihat menatap menatap kosong ke arah bulan yang berada tepat diatas kepalanya. Astaga! Ternyata kedua bola mata pemuda itu berwarna putih. Dia Buta. Melihat sosok penampilannya, kita tentu mengenalinya, karena dia memang tak lain dan tak bukan adalah Manggala. Sosok pendekar kita yang akhir-akhir ini terkenal dengan julukannya sebagai Si Buta dari Sungai Ular.Walaupun kedua matanya terbuka, saat ini Manggala tengah tenggelam dalam lamunan pikirannya. Banyak yang dipikirkannya, tentang masa lalunya? Kenapa dirinya mau dibunuh oleh orang-orang Istana Dasar Samudra sendiri? Siapa yang ingin dirinya mati? Apakah benar, Raja Samudra bukan ayahnya? Lalu siapa dirinya sebenarnya? Siapa kedua orangtuanya?Banyak sekali pertanyaan

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-24
  • Si Buta Dari Sungai Ular   80. Pekarangan Terlarang

    "Ah...! Rasa-rasanya aku pernah mendengar irama ini. Kalau tidak salah, kira-kira dua puluh tahun yang lalu, sewaktu sedang lewat di pinggiran Hutan Cemoro Grimpil. Dari kejauhan aku dapat melihat dua sosok berpakaian hitam dan putih sedang duduk berhadap-hadapan. Satu di antara kedua orang itu sedang meniup suling yang lagunya mirip benar dengan yang kudengar kali ini. Ya ya ya...! Lagunya memang persis seperti yang kudengar kali ini. Tapi..., tapi mungkinkah orang itu lagi berada di dalam lubang Kematian?" gumam lelaki tua bertubuh pendek itu lagi, kebingungan sendiri."Paman! Apakah Paman tahu asal usulnya dua orang itu?" tanya Kumbara. Lelaki Berkumis Kucing itu menggeleng lemah. "Aku sudah berlari mengejarnya. Namun hanya dalam sekejapan mata saja telah kehilangan jejak mereka. Kedua orang itu seperti lenyap ditelan bumi"Kumbara menggeleng-geleng heran. "Dengan kepandaian yang sudah mencapai tingkat tinggi, apakah Paman tidak dapat juga menduga siapa orang yang d

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-24
  • Si Buta Dari Sungai Ular   81. Masuk ke dalam lubang kematian

    "Sobatku Lelaki Berkumis Kucing..," panggilnya dengan suara perlahan."Tutup mulutmu, Elang Emas!"Elang Emas tidak jadi melanjutkan kata-katanya, saat lelaki tua pendek itu seperti tak ingin diganggu. Malah Lelaki Berkumis Kucing kini mengangkat kepalanya, memandang tajam Elang Emas. Kedua bibirnya yang bergetar-getar dengan napas mendengus-dengus dari lubang hidung. Dan sebelum perhatian Lelaki Berkumis Kucing kembali ke lubang, mendadak...."Aaakh...!"Tiba-tiba saja dari dalam Lubang Kematian terdengar satu pekikan yang teramat menyayat hati. Buru-buru Lelaki Berkumis Kucing melongokkan kepalanya lagi ke dalam Lubang Kematian. Dan ia melihat satu bayangan hitam tengah berkelebat naik ke atas dengan susah payah. Lelaki tua pendek ini tahu kalau Kumbara sudah sampai di dasar, dan sedang berusaha naik."Elang Emas! Lihat! Kumbara sedang berusaha naik ke atas dengan membawa kotak daun Lontar Merahmu!" teriak Lelaki Berkumis Kucing kegirangan.

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-25
  • Si Buta Dari Sungai Ular   82. Pekarangan Terlarang

    Lelaki Berkumis Kucing mengeluh. Kekuatan gaib dari sepasang mata Elang Emas begitu kuatnya mempengaruhi batinnya. Dan tanpa sadar, dadanya makin bergetar-getar hebat. Wajahnya makin pias seperti mayat. Dan dari kedua bibirnya yang bergetar-getar..."Elang Emas! Kau... kau...!" Lelaki Berkumis Kucing tak dapat lagi meneruskan ucapannya. Kedua lututnya goyah pegangan pada sosok mayat yang dikepit dan kotak kecil berisi daun Lontar Merah itu melemah. Dan akhirnya, kedua benda itu kembali terjatuh ke dalam lubang Kematian. Sepasang mata Elang Emas begitu kuatnya mempengaruhi batinnya. Sehingga, membuat sukmanya seolah melayang entah ke mana.Namun biar bagaimanapun juga, Lelaki Berkumis Kucing bukanlah tokoh sembarangan. Meski dalam keadaan sangat berbahaya, kedua lututnya yang goyang masih dapat dikendalikan. Kemudian tanpa banyak pikir lagi segera kedua kakinya ditutulkan, lalu meloncat keluar dari Lubang Kematian.Sembari meloncat demikian, sebelah tangan Lelaki

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-25
  • Si Buta Dari Sungai Ular   83. Jurus 'Cakar Maut Elang Emas'!

    "Hup!"Kedua kaki Gayatri mendarat manis di jalan setapak tanpa menimbulkan suara sama sekali. Sekali menutulkan kedua kakinya ke tanah, tahu-tahu tubuhnya melesat cepat menuju mulut gua yang tertutup. Begitu sampai, sejenak Gayatri memperhatikan tonjolan batu kecil yang tadi digunakan oleh keempat orang murid Perguruan Elang Putih.Tanpa ragu-ragu lagi segera diraih dan ditariknya tonjolan itu. Seketika itu juga, terdengar suara menggemuruh dari batu sebesar kerbau yang perlahan-lahan bergeser ke kiri, sehingga menampakkan mulut gua yang menganga lebar.Begitu mulut gua terbuka, mendadak hawa anyir yang bukan alang kepalang menyeruak keluar membuat perut si gadis terasa mual. Buru-buru Gayatri memencet hidungnya rapat-rapat.Hampir saja ia tidak kuat menahan gejolak dalam perutnya. Namun ia segera berkelebat masuk kedalam mulut gua. Begitu sampai, Gayatri kontan membelalakkan matanya. Dilihatnya di dalam gua itu banyak sekali dijumpai tumpukkan ten

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-25
  • Si Buta Dari Sungai Ular   84. Pembunuh itu orang sendiri

    "Siapa?""Aku memang belum mengetahui sepenuhnya. Tapi, aku tahu. Pembunuh keji itu pasti orang-orang sekitar Perguruan Elang Putih sendiri," jawab Gayatri berapi-api."Jangan sembarangan menuduh, Anakku!" desis wanita cantik berpakaian putih-putih itu."Tidak, Ibu. Tadi aku sudah memeriksa mayat Kakang Jalu, Kakang Permadi, Kakang Simo dan Kakang Suro yang dibuang di gua tersembunyi tak jauh dari Curug Kuripan di mana aku biasa berlatih!"Sampai di sini Gayatri menghentikan bicaranya sebentar. Matanya kembali memerah begitu teringat mayat orang yang dicintainya. Namun buru-buru perasaannya dikendalikan.Diam-diam wanita cantik berpakaian putih-putih itu mengeluh dalam hati. Entah mengapa tiba-tiba hatinya jadi berdebar tidak karuan. Ada satu perasaan cemas menghantui pikirannya."Tahukah Ibu" Me..., mereka semua mati karena terkena pukulan jurus-jurus sakti 'Cengkeraman Maut Elang Sakti' dan jurus-jurus sakti 'Cakar Maut Elang Emas'..."

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26

Bab terbaru

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1283. Part 20

    Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1282. Part 19

    Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1281. Part 18

    Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1280. Part 17

    Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1279. Part 16

    "Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1278. Part 15

    Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1277. Part 14

    Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1276. Part 13

    "Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1275. Part 12

    Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana

DMCA.com Protection Status