Home / Pendekar / Si Buta Dari Sungai Ular / Chapter 751 - Chapter 760

All Chapters of Si Buta Dari Sungai Ular: Chapter 751 - Chapter 760

1284 Chapters

750. Part 17

"Siapa orang yang mengendalikan Jerangkong ini, Orang Tua?" tanya Manggala seraya membuang tubuhnya ke samping menghindari serangan si Jerangkong. Tanpa menjawab, Penyair Sinting bertindak serupa. Dengan sekali menghentakkan kakinya ke tanah, tahu-tahu tubuh tinggi kurusnya telah melompat ke samping. Sehingga, serangan si Jerangkong hanya menghantam gundukan tanah di belakangnya.Bummm...!Gundukan tanah itu hancur menciptakan kepulan debu amat pekat! Sisa-sisa gundukan tanah itu hangus terbakar, mengepulkan asap kekuningan!"Siapa lagi kalau bukan manusia laknat Iblis Pemanggil Roh! Lekas cari dia! Ia pasti berada di makam Penghuni Alam Maut di atas Bukit Menjangan tak jauh dari sini! Lekas sekalian bawa gadismu yang cantik itu! Biar aku bermain-main sebentar dengan benda edan ini," buru Penyair Sinting menjawab seraya memberi perintah.Si Buta dari Sungai Ular bukannya berjiwa pengecut. Tapi bila mengingat keadaan Pulasari yang mengkhawatirkan, kekerasa
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more

751. Part 18

Ternyata, si gadis masih terbaring di tempatnya. Manggala lega sekali. Padahal tadi ia khawatir sekali kalau-kalau ada orang jahat menculik gadis itu. Dengan sikap mantap Manggala segera berjongkok di samping gadis itu. Tangan kirinya buru-buru merogoh obat pulung kuning pemberian Penyair Sinting tadi. Lalu sambil memegangi daun talas berisi air ditangan kanan, Manggala berusaha menjejalkan obat itu ke dalam mulut Pulasari.Setelah obat itu masuk, baru Manggala menuangkan air dalam daun talas ke dalam mulut Pulasari. Namun apa yang terjadi? Ternyata obat kuning itu kembali mencelat keluar dari dalam mulut Pulasari. Buru-buru Manggala memungutnya dan membersihkannya dengan baju."Aneh...! Masa' sih, didorong pakai air obat ini malah menceliat keluar?" desah si pemuda sambil menggeleng-geleng. "Ah, coba ku ulang sekali lagi. Siapa tahu bisa."Habis menggumam begitu, Si Buta dari Sungai Ular kembali memasukkan obat pulung ke dalam mulut Pulasari. Lalu, segera ditua
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more

752. Part 19

"Hm...!" Pulasari menggumam tak jelas. Namun amarahnya masih belum reda. Dan ketika melihat baju bagian atasnya memang basah kuyup, hatinya jadi ragu-ragu.Maka seketika serangan-serangannya dihentikan. "Be... benar kau... kau tidak bermaksud kurang ajar padaku, Manggala?" tanya Pulasari ragu-ragu."Ya, ampun! Memangnya aku sudah gila! Orang yang memberi obat pemunah racun itulah yang gila!""Tapi kalau kau memang terbukti berlaku kurang ajar padaku, demi Tuhan aku akan membunuhmu, Manggala!" geram Pulasari akhirnya."Baik, baik! Kalau tidak percaya, tanyakan saja pada orang tua gila itu!" sungut Manggala kesal."Maksudmu, orang tua sakti bergelar Penyair Sinting?""Yah...! Siapa lagi!""Hm...! Baik! Nanti kalau aku bertemu dengannya, aku pasti akan menanyakan hal ini padanya," kata Pulasari. "Sekarang kita berada di mana? Dan mana Jerangkong yang telah mencelakakan ku itu?""Aku tidak tahu, di mana kita sekarang. Yang jelas, s
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more

753. Part 20

Jarak antara padang rumput tempat Si Buta dari Sungai Ular dan Pulasari beristirahat dengan Bukit Menjangan memang tidak begitu jauh. Tak heran kalau dalam waktu yang tidak lama kedua anak muda ini telah tiba di bukit yang dimaksudkan.Di atas Bukit Menjangan, matahari tampak mulai rebah di pangkuan cakrawala. Sinarnya yang merah tembaga menyinari sebagian puncak bukit. Manggala dan Pulasari terus melangkah mencari makam Penghuni Alam Maut. Selang beberapa saat, sepuluh tombak dari mereka menghadang dua pohon beringin tua yang telah tumbang."Menilik keadaannya, bisa jadi baru beberapa hari belakangan ini kedua pohon beringin itu tumbang. Kalau memang iya, berarti ada orang sakti yang telah menumbangkannya," gumam pemuda dari sungai ular itu dalam hati."Ada apa, Manggala? Kok malah bengong saja?" tanya Pulasari, heran dengan sikap Si Buta dari Sungai Ular."Sssst...!" Manggala memalangkan telunjuk jari ke depan mulut, mengisyaratkan gadis itu untuk diam.
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more

754. Part 21

Iblis Pemanggil Roh menahan gerakannya, lalu mendarat empuk di tanah. Sepasang matanya langsung menatap gadis cantik di hadapannya seksama."Kalau memang iya, kau mau apa!" tantang Iblis Pemanggil Roh."Bedebah! Kalau begitu aku akan menuntut pertanggungjawaban mu, Orang Tua!"Habis membentak begitu, kini Pulasari yang menyerang hebat Iblis Pemanggil Roh. Kedua telapak tangannya yang berobah jadi merah menyala menghentak, melontarkan pukulan 'Pulung Geni'.Wesss! Wesss!Bersamaan dengan melesatnya dua larik sinar merah menyala dari kedua telapak tangannya, gadis itu pun segera meluruk dengan kedua tangan membuat beberapa gerakan. Cepat dikirimkannya totokan-totokan maut ke ubun-ubun kepala Iblis Pemanggil Roh. Hebat bukan main serangan-serangan Pulasari.Namun yang dihadapinya kali ini bukanlah tokoh kemarin sore. Begitu dua larik sinar merah menyala hampir menghantam tubuhnya, Iblis Pemanggil Roh pun segera menghentakkan tangan kirinya yang
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

755. Part 22

Wajahnya kontan pucat pasi. Darah segar tampak menyembur keluar!Manggala tersenyum gembira. Sementara Iblis Pemanggil Roh dan Pulasari sendiri pun tidak habis pikir. Karena, ternyata celana hitam lelaki tua itu masih tetap seperti semula. Tidak melorot seperti yang dikatakan Manggala!Lelaki sesat dari Lembah Duka ini menggeram penuh kemarahan. Sepasang matanya mencorong beringas ke arah Si Buta dari Sungai Ular. Namun ketika hendak meloncat bangun, tubuhnya kembali limbung ke samping. Tangan kanannya buru-buru mendekap dadanya yang terasa mau jebol. Dan...."Hoooeeekh...!"Sedangkan Pulasari yang menyangka kalau Iblis Pemanggil Roh hendak kembali menyerang kembali, segera melepas pukulan 'Pulung Geni'.Wesss! Wesss!Bukkk! Bukkk!"Aaakh...!"Tanpa ampun lagi, dua larik sinar merah menyala yang melesat dari kedua telapak tangan Pulasari kembali menghantam dada, membuat Iblis Pemanggil Roh berteriak menyayat. Tubuhnya terpental
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

756. Dendam Pelajar Agung

PAGI MASIH BERKABUT. Udara dingin menyebar ke segenap penjuru. Sinar matahari di ufuk timur tampak malas beranjak dari garis edarnya. Sinarnya yang kuning keemasan tersuruk-suruk menembus tebalnya kabut. Yang tampak di ufuk timur sana hanyalah bulatan besar berwarna kuning kemerahan.Di Lembah Kalierang embun pagi masih membasahi ranting-ranting serta dedaunan pohon, membuat suasana pagi terasa beku. Tak jauh dari batang pohon asem tua yang tumbuh rindang di sebelah barat lembah, tampak seorang pemuda tampan tengah giat berlatih jurus-jurus silat.Pemuda itu bertubuh tinggi kekar. Wajahnya agak bulat. Sepasang matanya tajam dengan alis tebal bak sayap rajawali. Hidungnya mancung. Kulit tubuhnya putih kekuning-kuningan. Rambutnya yang panjang digelung sebagian ke belakang. Sedang tubuhnya yang kekar terbalut pakaian rapi seperti seorang yang terpelajar pada masa itu.Tak jauh dari pemuda itu berlatih, tampak berdiri memperhatikan seorang kakek. Usia kakek itu kir
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

757. Part 2

"Bagus! Kau benar-benar mengalami kemajuan pesat, Prameswara. Aku bangga sekali mempunyai murid sepertimu!"Prameswara meloncat bangun. Kedua telapak tangannya ditangkupkan sebentar di depan hidung seraya sedikit membungkukkan badan."Kau terlalu memujiku, Guru," sahut Prameswara santun. Tampak sekali pemuda tampan itu enggan mendengar pujian guru barunya.Kalau saja Pendidik Ulung lebih seksama memperhatikan kilatan sepasang mata Prameswara, tentu kakek itu akan tersentak kaget. Apalagi jika ia mengetahui sepak terjang pemuda itu sebelumnya. Belum tentu Pendidik Ulung akan bersedia menurunkan ilmu-ilmu andalannya pada Prameswara. Sayang Pendidik Ulung tidak tahu masa lalu murid barunya itu."Tidak, Prameswara. Aku tidak memujimu. Memang kenyataannya demikian," kata Pendidik Ulung"Kuharap kau dapat mengamalkan ilmu-ilmu yang kau peroleh demi tegaknya kebenaran. Jurus 'Tangan Maut Dewa Kayangan' dan jurus 'Tulisan Maut Dewa Kayangan' yang telah dig
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

758. Part 3

Prameswara tersenyum sinis. Sedikit pun tidak mempedulikan bentakan para penghadangnya. Masih dengan senyum sinis terkembang di bibir Prameswara kembali meneruskan langkah."Bajingan! Kau berani bertindak ayal-ayalan dihadapan anggota Partai Kawula Sejati!" bentak lelaki berkumis cablang garang.Prameswara mengangkat dagunya tinggi-tinggi. Ekor matanya melirik angkuh. Sedikit pun ia tidak gentar menghadapi kelima penghadangnya yang mengaku anggota Partai Kawula Sejati. Saat itu memang tersiar kabar munculnya partai baru yang dipimpin oleh Samber Nyawa. Partai ini berkeinginan meruntuhkan Kadipaten Pleret. Anggota Partai Kawula Sejati tengah jadi buruan para prajurit Kadipaten Pleret. Namun, Prameswara yang tinggi hati mana sudi tunduk di bawah gertakan mereka."Manusia-manusia tak tahu diri! Aku sudah bersikap mengalah. Tapi kalian malah menjual lagak. Apa kalian tidak tahu tengah berhadapan dengan siapa, he! Jangankan berlima, seluruh anggota Partai Kawula Seja
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

759. Part 4

"Bagus! Rupanya kau memang pantas mendapat gelar Samber Nyawa. Dan seperti yang kau ucapkan, kau pun akan menyesal telah bertemu aku. Kau akan mampus di tanganku!"Samber Nyawa tak menyahuti ucapan Prameswara. Ia hanya mengeluarkan gerengan marah. Dengan menggunakan jurus 'Tangan Maut Dewa Kayangan'Samber Nyawa menerjang Prameswara."Hea...! Hea...!"Tubuh Samber Nyawa berkelebat lincah mengurung pertahanan Prameswara. Berkali-kali kedua tangannya bergerak cepat mengancam bagian-bagian tubuh yang mematikan.Diam-diam Prameswara mengeluh dalam hati. Tidak menyangka kalau Samber Nyawa sedemikian hebatnya. Perlahan namun pasti ia mulai terdesak."Sialan! Tak kusangka manusia pemberontak ini demikian lihainya. Aku memang belum mengenal Jurus serangannya. Namun dari hawa dingin yang menyambar tubuhku, jelas pemberontak ini tidak bisa dianggap main-main. Kukira aku harus lebih berhati-hati," pikir Prameswara dalam hati.Prameswara segera m
last updateLast Updated : 2024-03-21
Read more
PREV
1
...
7475767778
...
129
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status