Dewa Pemarah mendengus seraya maju selangkah. Dengan suara yang selalu keras dan kedua mata selalu melotot dia berseru, "Urusan kau mencintaiku atau tidak urusan belakangan! Tetapi yang jelas, kau tak bisa melarikan diri dari kenyataan itu, Kunti! Aku sudah mendengar semuanya! Apakah kau masih menyangsikan pendengaranku ini, hah! Sontoloyo! Muridmu itu menjadi saksi!""Lalu urusan apa yang harus kulakukan bila kau sudah mendengar semua itu, hah!" sentak Dewi Pedang sambil menindih perasaan geloranya."Jangan membentak sontoloyo begitu! Kau tahu, sejak dulu aku selalu mencintaimu! Dan kau ternyata mencintaiku! Kita masih punya waktu untuk saling mencintai. Kalau kau menolak juga, benar-benar sontoloyo!"Si Buta dari Sungai Ular nyengir mendengar kata-kata Dewa Pemarah. "Aneh! Mengucapkan isi hati kok dengan cara marah-marah seperti itu. Dasar tidak ada otaknya!""Setan pemarah bau tanah! Apakah kau pikir kendati aku memang mencintaimu lalu aku mau menerima
Last Updated : 2024-02-26 Read more