Semua Bab Si Buta Dari Sungai Ular: Bab 511 - Bab 520

1284 Bab

510. Part 14

Sementara gadis berpakaian biru ketat sudah mencelat dan mengirimkan satu pukulan ke dada Mata Dewa. Orang tua berbaju hijau penuh tambalan itu terhuyung ke belakang. Dari hidungnya mengalir darah segar. Anehnya, dia tak berbuat apa-apa. Justru berdiri tegak dengan kepala ditelengkan dan cuping hidung yang bergerak-gerak."Tak mungkin dia.... Tak mungkin.... Tetapi... aroma wangi itu... aku yakin, aku yakin sekali sangat mengenalnya. Aroma itu tentunya berasal dari ilmu 'Terobos Bumi Tumbangkan Langit'. Dan suara-suara ledakan seperti sebuah tenaga yang menerobos tanah dan mencelat ke atas, tentunya.... Okh!"Kata-kata hati Mata Dewa terputus tatkala dirasakan satu gebahan dahsyat menderu ke arahnya. Rupanya Bocah Maut tak mau melewatkan kesempatan di depan matanya. Kendati dia cukup keheranan melihat Mata Dewa terdiam dan seolah tak berkeinginan lagi untuk mempertahankan nyawanya, dia tak mau peduli.Wusss!Tanpa bergerak dari tempatnya, Mata Dewa mengib
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-30
Baca selengkapnya

511. Part 15

"Permata! Di manakah kau!” seruan Mata Dewa memutus desisan hati si nenek berkonde seraya menelengkan kepalanya berulang kali. "Lama kucari. Apakah sekarang kau tak ingin menjelaskan mengapa kau memutuskan hubungan denganku?"Suara itu parau, dan cukup membuat hati trenyuh. Tetapi Dewi Pedang justru mendengus. "Tak ku sangka, kalau urusan cinta sedemikian rumitnya. Mata Dewa salah seorang yang masuk dalam petaka cinta sialan."Selagi orang-orang di sana bertanya-tanya siapa gerangan orang yang dimaksudkan Mata Dewa, tiba-tiba terdengar suara, pelan, dingin namun penuh getaran, "Upasara. Aku berada di sini.... Lama kita tak bertemu dan kita sudah sama-sama tua sekarang."Masing-masing orang segera mengalihkan pandangan pada Sandang Kutung yang barusan berkata-kata. Orang berpupur putih dengan mengenakan pakaian coklat gombrang itu, nampak berusaha tegar. Diusahakan untuk tak membalas tatapan orang-orang di sana. Sementara Mata Dewa menelengkan kepalanya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-30
Baca selengkapnya

512. Part 16

"Dalam usia yang sudah di ambang malam, urusan masih tertahan. Apakah tak ada keinginan di hatimu untuk mengemukakannya sekarang?"Sepasang mata Dewi Segala Impian mengerjap-ngerjap, menyusul air bening yang mengembang. Kejap lain, buru-buru dia berkata sambil menindih kegalauan yang mendadak meraja di hatinya, "Jangan paksa aku, Upasara. Bila kukatakan belum waktunya, maka kau harus menunggu.""Dewi....""Persoalan cinta bukan urusanku! Kau harus tetap mampus, Mata Dewa!" terdengar suara keras itu dan menyusul gebahan tubuh pada pasir-pasir putih. Rupanya, Bocah Maut yang dihajar oleh Mata Dewa tadi tak mau membuang waktu. Dia sudah berguling siap mengirimkan hajaran keras. Orang-orang di sana terpana. Mata Dewa siap menggerakkan tongkatnya. Namun satu deru angin yang sangat hebat menderu dan menahan sekaligus melabrak gulingan tubuh Bocah Maut. Memekik keras manusia cebol yang sama sekali tidak menduga akan ada serangan dari orang yang dianggap kawannya. Tubuh
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-31
Baca selengkapnya

513. Part 17

Mata Dewa menarik napas panjang, "Begitu pula denganku...."Lalu kedua orang itu segera berkelebat ke arah perginya Dewi Segala Impian. Dewi Pedang sampai keluarkan dengusan berkali-kali. Dia benar-benar tak mengerti tentang urusan cinta. Tetapi mendadak saja dia teringat pada Dewa Pemarah, lelaki pemarah yang sampai setua ini masih mencintainya. Diam-diam si nenek berkonde jadi resah sendiri. Namun di kejap lain, dia sudah menyumpah-nyumpah dan menindih segala ingatan yang muncul tentang Dewa Pemarah.Lima tarikan napas berlalu dan Padang Seratus Dosa kembali dirajam sepi, mendadak saja pasir-pasir berjarak dua puluh tombak dari tempat pertarungan tadi terangkat perlahan. Satu sosok tubuh tinggi besar keluar dari sana.Orang berkepala plontos yang baru muncul dari pasir-pasir panas itu menggeram. Bibirnya tebal dengan hidung besar. Mata kirinya, tertutup sebuah kulit warna putih yang dikaitkan di belakang kepala. Dia mengenakan pakaian putih yang terbuat dari b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-31
Baca selengkapnya

514. Part 18

"Bukan mencari Si Buta dari Sungai Ular yang kau cemaskan?" Wajah Dewi Berlian memerah di'tembak' seperti itu. Apa yang dikatakan si kakek memang benar. Karena di sudut hatinya yang paling dalam, asmara telah merebak. Asmara yang membuatnya cemas dan sangat merindukan Si Buta dari Sungai Ular.Tetapi hanya sesaat Dewi Berlian tergugu, di kejap lain dia sudah membuka mulut, "Kau ini keterlaluan, Kek! Kenapa jadi urusan itu yang dibawa-bawa. Mau kucari dia atau tidak kan bukan urusan mu!""Huh! Sontoloyo! Mau berdusta pula! Tetapi urusan cinta atau tidak urusan belakangan! Cuma saja aku tak mau kau menjadi dungu seperti Mata Dewa yang rela menyiksa diri, bersumpah memejamkan kedua matanya hanya gara-gara cinta tolol hingga saat ini! Si Buta dari Sungai Ular memang patut dicintai oleh gadis-gadis sepertimu! Sama halnya dengan muridku. Huh! Suatu saat, aku akan memperkenalkan muridku yang kuinginkan berjodoh dengan Si Buta dari Sungai Ular! Hmm,... Bocah Ayu! Aku melihat k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-31
Baca selengkapnya

515. Part 19

Wussss!Tangan kanan Dewa Pemarah sudah bergerak dan seketika menghampar angin cukup kencang. Tetapi sosok perempuan bertopeng perak itu sudah lenyap dari pandangannya. Dan ranggasan semak belukar di belakang di mana tadi Dewi Topeng Perak berdiri, terpapas ujungnya hingga rata."Sontoloyo! Ingin rasanya menghajar perempuan sialan itu! Tetapi, urusan menghajar atau tidak urusan belakangan! Bocah Ayu! Apakah kau lupa jalan keluar dari ranggasan semak belukar itu? Atau... kau sedang mempergunakan kesempatan untuk membuang hajat!”Dewi Berlian berdiri dengan bersungut-sungut. Masih bersungut-sungut dia melangkah keluar."Kek! Kau ini tidak pernah sopan rupanya seumur hidupmu, ya? Bicaramu suka ngaco, meskipun aku tahu kau baik hati! Tetapi, suaramu yang selalu membentak dan matamu yang selalu melotot, terkadang bikin jengkel juga!""Benar-benar sontoloyo! Baru kali ini aku dilecehkan oleh anak gadis! Huh! Kalau saja aku tidak teringat pada murid
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-31
Baca selengkapnya

516. Part 20

Pendekar Judi memandang ke depan sejenak, lalu mengalihkan pandangannya pada Angin Racun Barat dan menganggukkan kepalanya."Kupikir, memang tempat itulah yang disebut Padang Seratus Dosa, Diah."Angin Racun Barat yang bernama Diah Srinti mengalihkan pandangan pada pemuda tampan yang berdiri di sisinya. Sesaat dirasakan gemuruh hatinya yang mendadak bertalu-talu. Tetapi buru-buru ditindihnya rasa galau yang muncul tiba-tiba."Kang Cakra... kita gagal mengikuti jejak Dewa Pemarah dan Dewi Berlian yang telah membuka mata kita kalau ada orang yang menyamar sebagai dirimu. Rasanya, lebih baik kita meneruskan langkah saja."Dewi Kembang Maut yang mendengarkan percakapan itu mengerutkan keningnya."Ada orang yang menyamar sebagai Pendekar Judi? Hmm... siapakah orang itu? Apakah Pendekar Judi yang pertama kali kulihat saat aku dikalahkan oleh Si Buta dari Sungai Ular adalah Pendekar Judi palsu?"Sesaat gadis berbaju biru ketat itu terdiam, menimban
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-31
Baca selengkapnya

517. INTI ROH DEWA PETIR

GUGUSAN batu kapur mulai diselimuti keremangan senja. Angin semakin lebih kuat bertiup. Kalau sebelumnya udara tak segar, kali ini semakin tak segar. Beberapa kapur putih beterbangan terhembus angin. Samar-samar menguar aroma wangi dari satu tempat yang sulit ditentukan.Si Buta dari Sungai Ular yang melangkah mendahului, menghentikan langkah. Sepasang matanya yang tajam memperhatikan sekelilingnya seraya membatin,"Hmm... aroma wangi cukup santer tercium. Aroma yang mendadak saja muncul. Dan seperti aroma kemenyan, yang dibaluri bau-bau kapur yang membuat udara tidak sedap. Aku seolah menyirap akan ada bahaya yang datang."Berjarak sepuluh tombak di sisi kiri pemuda dari Sungai Ular itu, Iblis Seribu Muka yang menyamar sebagai Pendekar Judi mencium aroma yang sama. "Kupikir... ini salah satu tanda tentang adanya Iblis Sesat di sekitar gugusan batu kapur ini. Entah dari mana asal aroma wangi kemenyan ini. Yang jelas... mungkin dari salah satu gugusan batu kapur
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-01
Baca selengkapnya

518. Part 2

"Mengapa harus seperti itu!” seru Iblis Seribu Muka yang kendati mulai meraba apa yang diinginkan Si Buta dari Sungai Ular, tetapi masih belum bisa menemukan maksud seluruhnya."Ini permainan judi! Siapa yang beruntung dan siapa yang kurang beruntung! Karena aku yakin, di salah satu gugusan batu kapur di sini Goa Seratus Laknat berada. Setelah kita tak menemukan, kita berganti tempat dan mencari lagi. Dengan cara seperti itu, kita bisa saling bantu bila ada sesuatu yang tak mengenakan!""Bagaimana dengan jumlah gugusan batu kapur yang lima lagi?" tanya Iblis Seribu Muka pula."Kita akan menyelidiki bersama!""Apakah tidak sebaiknya kita menyelidiki dulu dari mana aroma wangi kemenyan ini?""Kau ini membuatku malu, Cakra. Kau benar-benar hendak mengujiku rupanya. Cakra! Secara tidak langsung, kita akan menyelidik dari mana asalnya aroma wangi kemenyan itu! Kupikir, tentunya berasal dari Goa Seratus Laknat yang belum kita ketahui di mana tempat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-01
Baca selengkapnya

519. Part 3

Untuk sesaat Si Buta dari Sungai Ular memperhatikan orang yang baru muncul itu. Lalu berbisik, "Cakra... kenalkah kau siapa orang aneh ini?"Iblis Seribu Muka yang menyamar sebagai Pendekar Judi menggelengkan kepala. "Aku tak pernah mengenalnya. Manggala... jangan-jangan, orang inilah Iblis Sesat?" Lalu sambungnya dalam hati, "Celaka! Mengapa dia muncul di sini pada saat yang tidak tepat?"Manggala yang pernah berjumpa dengan Iblis Sesat terdiam. Sepasang matanya lurus pada orang yang baru muncul itu yang sedang tertawa pendek sambil menatap tajam pada Iblis Seribu Muka.Kendati kedua matanya sipit, namun sorot matanya keras dan penuh dendam pada Iblis Seribu Muka. Mulut besar yang mencuat ke atas itu membuka sedikit, sejurus kemudian terdengar suaranya menggembor keras, "Pendekar Judi! Kita berjumpa lagi di sini! Kalau dua bulan lalu kau membuat istriku malu, kali ini kau tak akan kuberi kesempatan untuk hidup lebih lama!"Si Buta dari Sungai Ular berbis
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-01
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5051525354
...
129
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status