Home / Pendekar / Si Buta Dari Sungai Ular / Chapter 231 - Chapter 240

All Chapters of Si Buta Dari Sungai Ular: Chapter 231 - Chapter 240

1284 Chapters

231. Part 9

PAGI-PAGI sekali sebelum matahari terbit, Raden Bantar Gading telah memacu kudanya keluar dari Istana Gantar Angin. Keputusannya mantap untuk meninggalkan segala yang dimiliki dan dinikmati. Tekadnya bulat. Dia harus menemukan kembali wanita yang selama ini telah mengisi hari-harinya. Wanita yang begitu memperhatikannya.“Raden….tunggu!”Raden Bantar Gading terkejut ketika mendengar suara panggilan dari belakang. Padahal dia baru saja melewati pintu gerbang istana. Terpaksa dihentikannya laju kudanya, dan menoleh. Tampak Patih Luminta memacu cepat kudanya.“Raden…. Raden akan ke mana?” tanya Patih Luminta.“Pergi,” sahut Raden Bantar Gading singkat. Kembali dipacu kudanya dengan cepat.Patih Luminta mengikuti memacu kudanya di samping pemuda itu. Sebentar dia menoleh ke belakang. Tampak dua perajurit yang berdiri di samping pintu gerbang tengah memandanginya. Sementara Raden Bantar Gading terus mema
last updateLast Updated : 2023-11-20
Read more

232. Part 10

Raden Bantar Gading mengalihkan pandangannya pada laki-laki yang tangannya buntung sampai ke bahu. Usianya hampir sebaya dengannya. Dia ingat, laki-laki itu bernama Jalak Sewu. Tangannya buntung karena terbabat pedangnya, ketika Jalak Sewu menolak untuk bekerja di Bukit Batu. Jalak Sewu sebenarnya putra seorang pembesar istana yang setia kepada Ratu Kunti Boga. Seluruh keluarganya habis terbantai. Hanya dia yang masih selamat.Raden Bantar Gading juga kenal dengan tiga orang lainnya. Mereka adalah bekas panglima setia Ratu Kunti Boga. Dan Ki Maruta sendiri sebenarnya adalah bekas penasehat pribadi Ratu Kunti Boga yang sempat melarikan diri saat Prabu Abiyasa menyerbu dan menggulingkan tahta Kerajaan Gantar Angin.Pandangan mata Raden Bantar Gading beralih pada satu-satunya wanita yang berdiri di antara lima orang laki-laki pemimpin pemberontak itu. Wanita yang amat dikenalnya, sekaligus mengisi hari-harinya selama ini. Wanita yang selalu dirindukan dalam beberapa hari
last updateLast Updated : 2023-11-20
Read more

233. Part 11

Raden Bantar Gading membuka matanya. Dipandanginya pemuda tampan berbaju kulit ular di sampingnya. Dia seperti tidak percaya kalau dirinya masih hidup. Sementara pemuda berbaju kulit ular berdiri tegak, dan melangkah tegak ke depan.Dua puluh lima orang di atas pohon sudah kembali menyiapkan panah. Pemuda tampan berbaju kulit ular yang memang adalah Manggala itu menatap tajam pada Ki Maruta. Laki-laki tua itu sedikit bergidik menerima sorot mata putih Si Buta dari Sungai Ular.“Aku melihat semua yang terjadi, dan aku mendengar semua percakapan kalian. Sungguh sangat disayangkan niat yang suci ternyata ternoda oleh perasaan sakit hati dan dendam,” dingin dan lugas kata-kata Manggala.“Kisanak! Kau sudah mengatakan tidak akan ikut campur. Sekarang mengapa kau mencampuri urusan kami?” lantang suara Ki Maruta.“Aku memang tidak akan mencampuri urusan kalian di Gantar Angin ini. Tapi aku tidak bisa diam melihat kekejaman di depan
last updateLast Updated : 2023-11-21
Read more

234. Part 12

Tidak mudah mendapat kesempatan seperti itu sekali lagi. Manggala menghentikan lari kuda setelah yakin betul tidak ada lagi yang mengejarnya. Bergegas dia melompat turun sambil memondong tubuh Patih Luminta. Tombak yang menancap di punggung laki-laki setengah baya itu masih menembus dadanya. Wajah Patih Luminta sudah pucat pasi, dan napasnya tersendat-sendat.“Kisanak. Tindakan ini sangat membahayakan dirimu,” kata Patih Luminta tersendat.“Tenanglah, jangan banyak bicara. Aku akan mencabut tombak ini,” kata Manggala seraya membaringkan tubuh Patih Luminta.“Percuma Kisanak. Tidak ada gunanya… Ugh, ugh!” Patih Luminta mulai terbatuk, dan wajahnya semakin pucat pasi.Manggala membaringkan miring laki-laki setengah baya itu. Melihat tombak yang tembus dari punggung ke dada, memang tidak ada harapan lagi bagi Patih Luminta untuk bertahan lama. Sudah pasti tombak telah menyayat jantungnya. Manggala diam tidak bertind
last updateLast Updated : 2023-11-21
Read more

235. Part 13

“Aku memang menunggumu di sini. Tadinya aku akan menemuimu langsung, tapi Seruni mencegah,” sahut Raden Bantar Gading.“Aku menyesal tidak bisa melindunginya,” desah Manggala.“Kau sudah berbuat banyak, Kakang,” sergah Seruni.Manggala tersenyum tipis.“Aku sama sekali tidak tahu kalau selama ini hanya dijadikan boneka mainan,” pelan suara Raden Bantar Gading.“Sudahlah! Yang penting, sekarang kalian sudah tahu diri masing-masing,” kata Manggala bijaksana.“Kisanak…”“Panggil saja aku Manggala,” potong Manggala.“Terima kasih.”“Apa yang ingin kau katakan?” tanya Manggala.“Entahlah. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Aku….” Suara Raden Bantar Gading terputus.“Kau ingin membalas kematian ayahmu?” tanya Manggala.Raden Bantar Gading tidak men
last updateLast Updated : 2023-11-22
Read more

236. Part 14

“Raden, Gusti Prabu tidak akan melarang Raden memiliki calon istri. Gusti Prabu hanya menghendaki Raden kembali ke istana. Hal itu bisa dibicarakan nanti, Raden,” bujuk Panglima Jambak.“Apa kata-kataku kurang jelas, Paman? Berapa kali aku harus mengatakan? Aku tidak akan pernah kembali lagi ke istana!”“Maaf, Raden. Gusti Prabu memerintahkan padaku untuk membawamu dengan cara apapun.”“Kau yang memulainya, bukan?” sinis nada suara Raden Bantar Gading.“Maaf, Raden. Salah seorang prajuritku tidak bisa menahan diri. Seharusnya hal itu tidak perlu terjadi, juga tidak akan terulang jika Raden bersedia kembali ke istana,” kata Panglima Jambak.“Sekali aku katakan tidak, tetap tidak selamanya! Jelas, Paman Panglima?!” tegas jawaban Raden Bantar Gading.Panglima Jambak menarik napas panjang dan berat, lalu melangkah mundur tiga tindak. “Sebenarnya aku enggan menerima tug
last updateLast Updated : 2023-11-22
Read more

237. Part 15

“Akh!” tiba-tiba Seruni memekik tertahan. Tubuhnya terjajar ke belakang dengan tangan kiri menekap bahu kanannya. Darah merembes keluar dari sela-sela jarinya. Rupanya salah seorang jago itu berhasil melukai bahu kanan Seruni. Dan sebelum wanita itu sempat berbuat banyak, satu tendangan keras mendarat di punggungnya. Kembali Seruni memekik, dan tubuhnya terjungkal ke tanah.“Haaat…!” Salah seorang jago dari seberang mengayunkan senjatanya ke arah tubuh Seruni yang tak berdaya di tanah. Hanya sedikit saja Seruni mampu bergerak, tapi senjata orang itu telah membedah perutnya.“Aaa…!” Seruni menjerit melengking.“Seruni…!” seru Raden Bantar Gading terperanjat.Baru saja Raden Bantar Gading melompat hendak memburu Seruni, satu tendangan keras Panglima Jambak membuatnya terjajar mencium tanah. Belum lagi Raden Bantar Gading mampu berdiri tegak, satu pukulan keras telah mendarat di dadanya. Ta
last updateLast Updated : 2023-11-23
Read more

238. Part 16

“Kakang…” Seruni menengahi.“Baiklah…” desah Manggala. “Apa yang harus kulakukan?”“Selamatkan Raden Sangga Alam! Mereka bisa saja menempuh jalan damai dan membagi daerah kekuasaan masing-masing. Kerajaan Gantar Angin tidak mustahil akan runtuh kalau hal itu terjadi. Lebih parah lagi kalau sampai masing-masing ingin berkuasa. Mereka adalah orang-orang kejam dan selalu mementingkan diri sendiri. Rakyat akan selalu sengsara bila salah satu dari mereka menjadi raja. Hanya Raden Sangga Alam yang berhak menduduki tahta!” ujar gadis itu mantap.Manggala menatap gads itu dengan sinar mata penuh tanda tanya. Ketika ditemukannya di rumah penginapan, gadis itu hendak membunuhnya. Bahkan mengaku sebagai putri pemilik penginapan yang tewas terbunuh Raden Bantar Gading. Dan ketika pertama dibawa ke tempat ini, terlihat masih lugu.Tapi sekarang, kata-katanya begitu tegas dan teratur rapi. Kata-kata itu melu
last updateLast Updated : 2023-11-23
Read more

239. Part 17

Paman Nampi terdiam dengan kepala tertunduk.“Maafkan aku, Paman. Tidak seharusnya aku menjebloskanmu dalam penjara ini,” ucap Raden Bantar Gading penuh penyesalan. “Aku malu! Segala tekad dan tindakan sucimu ku nodai oleh kepicikanku sendiri.”“Kau tidak picik, Anak Muda. Juga, tidak bodoh. Kau tidak bersalah dalam hal ini. Kau hanya salah satu korban dari permainan manusia-manusia berhati culas, haus kekuasaan, harta benda dan kesenangan duniawi. Hhh… aku sendiri juga kotor, penuh dengan noda.”Raden Bantar Gading menatap laki-laki tua itu dalam-dalam.“Aku memang ingin mengembalikan tahta kepada yang lebih berhak. Tapi jalan yang kutempuh sangat kotor. Entah, setan mana yang telah menutupi hati dan mataku. Aku mengambil seroang anak perempuan yang belum genap berusia tujuh tahun, lalu berkerja sama dengan Durati si Selendang Sakti untuk mendidik dan merawat anak itu. Dia kujejali dengan cerita-cerita kos
last updateLast Updated : 2023-11-24
Read more

240. Part 18

Pemuda bernama Manggala itu melangkah mendekati pintu. Tangannya menggenggam dua jeruji besi. Sebentar ditarik napas dalam-dalam lalu mulai ditarik jeruji besi itu.“Hup!”Si Buta dari Sungai Ular mengerahkan seluruh tenaga dalamnya untuk membongkar pintu berjeruji besi itu. wajahnya nampak memerah saga, dan otot-ototnya bersembulan ke luar. Jelas sekali kalau dia tengah mengerahkan tenaga dalam sepenuhnya. Raden Bantar Gading terlongong begitu pintu jeruji besi terangkat dan terbuka lebar. Si Buta dari Sungai Ular bergegas masuk, lalu memutuskan rantai yang membelenggu tangan dan kaki Raden Bantar Gading dengan Tongkatnya.“Cepat keluar sebelum mereka memergoki kita,” kata Si Buta dari Sungai Ular.“Terima kasih,” ucap Raden Bantar Gading seraya cepat melangkah ke luar.“Bagaimana kau bisa sampai ke sini?”“Dua hari aku menyelidiki tempat ini,” sahut Manggala.“Dua har
last updateLast Updated : 2023-11-24
Read more
PREV
1
...
2223242526
...
129
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status