Semua Bab Si Buta Dari Sungai Ular: Bab 211 - Bab 220

1284 Bab

211. Part 20

"Tidak tahu sama sekali suasana dikotaraja?""Tidak""Aneh...," gumam Manggala pelan, hampir tidak terdengar suaranya. Manggala kembali terdiam. Keterangan yang diperoleh dari Seruni membuatnya berpikir keras. Dirasakan adanya kejanggalan dan keanehan. Tapi itu tidak mungkin dapat terungkap jika tidak mencari keterangan lain di kotaraja. Hanya di sanalah semuanya bisa terungkap, sekaligus mengetahui maksud dan tujuan Paman Nampi yang sebenarnya.Manggala jadi ragu-ragu dengan kebenaran cerita Paman Nampi. Sebab keterangan yang didapatnya dari laki-laki tua berjubah putih itu banyak yang tidak cocok dengan cerita Seruni sendiri. Terutama tentang keluarga kerajaan. Semuanya masih membingungkan. Hal ini jadi pertanyaan besar di benak Si Buta dari Sungai Ular. Manggala bangkit berdiri dari duduknya, kemudian melangkah kepintu yang sudah hancur daunnya."Benahi pakaianmu, kita pergi sekarang," kata Manggala seraya melangkah keluar."Kemana...?" tanya Se
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-10
Baca selengkapnya

212. Part 21

Tampak sebuah taman indah, terhampar di bagian belakang rumah penginapan ini. Mereka terus berjalan melintasi taman itu, dan baru berhenti setelah tiba pada satu bangunan yang tidak begitu besar, namun kelihatan terawat rapi. Letaknya memang menyendiri, di antara bangunan-bangunan lain."Silakan," kata Ki Rampit seraya membuka pintu.Manggala mengamati keadaan di dalam. Sungguh indah sekali. Seruni mengayunkan kakinya masuk ke dalam. Dia memutari ruangan yang tidak begitu besar, namun ditata sangat indah. Bangunan itu memang hanya berupa satu kamar saja. Sedangkan Manggala tetap berdiri di ambang pintu. Di sampingnya Ki Rampit masih berdiri menunggu."Bukankah ini kamar khusus?" tanya Manggala."Benar. Khusus untukmu, Kisanak," sahut Ki Rampit."Untukku...?!" Manggala tersentak kaget.Ki Rampit hanya tersenyum saja, kemudian melangkah masuk ke dalam. Sejenak Manggala masih berdiri di ambang pintu, kemudian ikut masuk ke dalam. Ki Rampit menu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-11
Baca selengkapnya

213. Part 22

Langkah kakinya bergegas melintasi taman, langsung menuju kamar khusus itu. Ki Rampit mengetuk pintu yang sedikit terbuka. Tak ada sahutan dari dalam. Perlahan-lahan didorongnya daun pintu itu. Matanya membeliak lebar begitu mendapati kamar sudah kosong. Buntalan kain milik Seruni masih teronggok di atas pembaringan. Bergegas Ki Rampit berlari meninggalkan kamar itu."Raden...! Raden...!" teriaknya memanggil.Pada saat Ki Rampit hampir mencapai pintu lorong, Raden Bantar Gading muncul dengan tergesa-gesa. Ki Rampit segera menjatuhkan diri berlutut. Napasnya tersengal, seolah baru saja berlari jauh."Ada apa?!" tanya Raden Bantar Gading setengah membentak."Celaka, Raden. Mereka kabur...." sahut Ki Rampit dengan napas terengah-engah."Apa...? !""Mereka kabur, Raden," ulang Ki Rampit."Bodoh!"Plak!Ki Rampit mengaduh begitu telapak tangan Raden Bantar Gading mendarat dipipinya. Laki-laki tua itu terjungkal jatuh. Belum s
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-11
Baca selengkapnya

214. Part 23

Kesamaan nasib antara dirinya dengan Seruni, membuat hati Si Buta dari Sungai Ular itu tergerak untuk membantu. Terlepas sampai kapan Manggala bisa mengungkap asal-usul wanita itu. Sedangkan orang-orang yang ingin memanfaatkan kepolosan Seruni saja belum bisa dipastikan. Saat ini Manggala menghadapi dua persoalan yang hampir berlawanan. Dan itu pasti menyangkut keluarga Kerajaan Gantar Angin.Manggala tersentak dari lamunannya ketika tiba-tiba Seruni menubruk dan memeluknya dengan erat. Sebentar Manggala gelagapan. Buru-buru dilepaskan pelukan wanita itu. Tapi Seruni malah memperketat pelukannya. Bahkan tanpa sungkan-sungkan lagi, diciuminya wajah Si Buta dari Sungai Ular itu.Tentu saja hal ini membuat hati Manggala tidak menentu."Seruni...," desah Manggala agak tersengal. Dengan halus, Manggala melepaskan pelukan wanita itu. Digeser kakinya dua langkah kebelakang. Sedangkan Seruni tidak melepaskan genggaman tangannya pada tangan Si Buta dari Sungai Ular itu.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-12
Baca selengkapnya

215. Part 24

"Aneh...!" desis pemuda itu. Tanpa menghiraukan cegahan gadis putri Ki Rampit, pemuda berbaju kulit ular bersisik hijau itu mendekati mayat Ki Rampit, lalu mengangkatnya. Gadis itu seperti terpaku dan tidak mencegah lagi. Malah diikutinya pemuda yang membawa mayat laki-laki tua pemilik kedai dan rumah penginapan itu. Langkah pemuda itu berhenti di samping kamar sewa khusus. Mayat Ki Rampit diletakkan di atas balai balai bambu yang beralaskan tikar daun pandan.Tanpa menghiraukan putri Ki Rampit, pemuda itu mengambil cangkul di belakang, dan mulai menggali lubang..Agak lama juga dia membuat lubang yang cukup besar di samping rumah sewa itu. Setelah dirasakan cukup dalam, diangkatnya tubuh Ki Rampit untuk dikuburkan. Gadis berbaju biru muda itu mulai terisak begitu tubuh ayahnya mulai tertimbun tanah."Ayah...," rintihnya lirih.Pemuda berbaju kulit ular bersisik hijau itu menghampiri putri Ki Rampit setelah selesai mengubur mayat Ki Rampit Gadis itu diajak masuk
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-12
Baca selengkapnya

216. Part 25

Sementara pesta kembali dilanjutkan. Raden Bantar Gading sibuk memberi keterangan tentang ciri-ciri Si Buta dari Sungai Ular pada sepuluh orang jago dari seberang itu. Bahkan para patih dan panglima juga menanyakan ciri-ciri Si Buta dari Sungai Ular. Mereka juga tertarik dengan hadiah yang dijanjikan Raden Bantar Gading. Tentu saja hal ini membuat putra mahkota itu gembira."Ayah. Bolehkah Ananda beristirahat? Rasanya kepala ini pening," kata Raden Sangga Alam yang sudah tidak tahan lagi berada di ruangan itu."Pergilah," sahut Prabu Abiyasa.Raden Sangga Alam beranjak bangkit. Diajaknya Paman Nampi. Laki-laki tua berjubah putih itu memberi hormat pada Prabu Abiyasa, kemudian beranjak pergi mengikuti langkah Raden Sangga Alam. Mereka bergegas meninggalkan ruangan yang besar itu. Raden Sangga Alam langsung masuk ke dalam kamar peristirahatannya. Sedangkan Paman Nampi menunggu didepan pintu. Dia baru melangkah masuk setelah Raden Sangga Alam memanggilnya. Paman Na
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-13
Baca selengkapnya

217. Part 26

"Maaf, aku tidak bisa mengatakannya di sini." Secepat Manggala berkata, secepat itu pula jari tangannya bergerak menotok jalan darah laki-laki tua itu. Ki Maruta hanya sempat mengeluh sedikit, sedangkan tubuhnya langsung melorot turun. Manggala cepat-cepat menyangga, dan memanggulnya di pundak. Saat itu juga dia melompat meninggalkan rumah berdinding papan itu. Begitu cepat gerakannya, sehingga dalam sekejap saja bayangan tubuhnya lenyap ditelan ke gelapan malam.Tepat, pada saat bayangan tubuh Si Buta dari Sungai Ular yang membawa Ki Maruta pergi, Paman Nampi tiba dengan menunggang kuda. Panglima Perang Kerajaan Gantar Angin itu langsung melompat turun dari punggung kudanya.Dengan langkah tergesa-gesa dia menerobos masuk ke rumah Ki Maruta."Ki...! Ki Maruta...!" panggil Paman Nampi.Keningnya agak berkerut ketika melihat keadaan rumah yang sunyi senyap. Paman Nampi membuka pintu sebuah kamar. Kosong! Tak ada seorang pun dikamar itu. Kemudian dibukanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-13
Baca selengkapnya

218. Part 27

Sementara itu, jauh di perbatasan Kerajaan Gantar Angin. Tepatnya di sebuah hutan yang cukup lebat, Manggala berdiri tegak memandang laki-laki tua bernama Ki Maruta yang duduk bersila diatas tumpukan dedaunan. Tidak jauh dari Ki Maruta duduk, dua orang wanita juga duduk berdampingan. Mereka semua memandang pada laki-laki tua itu."Aku tidak tahu, apakah kau salah seorang pemimpin atau hanya pengikut kaum pemberontak. Tapi bukan itu yang ingin kuketahui darimu...," kata Manggala tegas.Ki Maruta mengangkat kepalanya. Tatapan matanya langsung tertuju pada wajah Pemuda berpakaian kulit ular bersisik hijau di depannya. Manggala menggeser kakinya sedikit ke kanan, lalu duduk di atas batu pipih, tidak jauh dari Seruni dan Rintan duduk."Kau kenal dengan kedua wanita ini?" tanya Manggala."Aku hanya kenal satu," sahut Ki Maruta. "Rintan.""Satunya lagi?"Ki Maruta tidak segera menjawab. Dipandanginya wajah Seruni lekat-lekat. Tapi kepalanya menggel
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-14
Baca selengkapnya

219. Part 28

"Aku mengerti perasaanmu, Seruni. Cobalah mengendalikan diri dan berpikir dengan tenang. Tidak mudah untuk mengetahui asal-usulmu. Sedangkan saat ini nyawamu terancam," bujuk Manggala."Kakang! Benarkah aku putri Ratu Kunti Boga?" tanya Seruni pelan."Kita akan mencari jawabannya, Seruni.""Kapan?"Manggala tidak segera menjawab, dan hanya mendesah panjang sambil mengajak wanita itu kembali ke dalam goa. Sementara Rintan hanya memandang saja dengan tatapan tidak mengerti. Gadis belia itu hanya duduk tanpa mengucapkan satu patah kata pun."Seruni! Bukan hanya kau saja yang menderita. Coba lihatlah Rintan. Dia juga sangat menderita karena baru kehilangan ibunya. Bahkan kini ayahnya menyusul. Aku yakin, Rintan juga ingin membalas sakit hatinya. Sama seperti kau. Mungkin juga masih banyak yang lebih menderita lagi darimu. Kau harus berpikir dengan tenang, Seruni. Kendalikan dirimu," lemah lembut Manggala menasehati.Seruni hanya diam saja. Kata-
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-14
Baca selengkapnya

220. Part 29

“Maaf! Urusanku tidak ada sangkut pautnya dengan suasana di sini,” selak Manggala cepat.“Senang atau tidak, kau telah tersangkut. Ayahanda Prabu dan Kakang Bantar Gading sudah mencap-mu sebagai ancaman besar melebihi kaum pemberontak. Dan sekarang kau datang hendak mencari Panglima Nampi… Tanpa disadari, kau telah melibatkan dirimu sendiri dalam arus yang terjadi di sini, Kisanak,” lembut namun tegas kata-kata Raden Sangga Alam.Manggala jadi tertegun mendengar kata-kata itu. Sungguh tidak disadari akan sejauh itu jadinya. Si Buta dari Sungai Ular itu tersentak ketika mendengar suara pintu diketuk. Tanpa berpikir banyak lagi, bergegas dia melompat ke palang atap. Raden Sangga Alam tersenyum dan beranjak turun dari pembaringan, lalu melangkah menghampiri pintu dan membukanya.Ternyata Raden Bantar Gading telah berdiri di ambang pintu dan membukanya bersama dua orang berpakaian aneh dan memegang senjata aneh pula yang berdiri di bel
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2021222324
...
129
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status