Home / Pendekar / Si Buta Dari Sungai Ular / Chapter 221 - Chapter 230

All Chapters of Si Buta Dari Sungai Ular: Chapter 221 - Chapter 230

1284 Chapters

221. Part 30

“Aku telah mencoba menembus benteng istana.”“Kau bertemu dengan Panglima Nampi?”“Tidak. Aku hanya bertemu Raden Sangga Alam. Dari dialah aku tahu kalau Panglima Nampi ditangkap. Bahkan sampai saat ini tidak jelas nasibnya.”“Kakang, apa yang harus kita lakukan sekarang?”“Aku tidak tahu, Seruni. Orang satu-satunya yang kita harapkan, entah bagaimana nasibnya sekarang. Rasanya kita menghadapi jalan buntu,” keluh Manggala.“Hanya ada satu cara, Kakang…!” sentak Seruni tiba-tiba.Manggala menatap wanita di sebelahnya.“Ratu Kunti Boga.”“Mustahil…! Tidak ada seorangpun yang tahu, di mana Ratu Kunti Boga disekap. Lagi pula, kita tidak tahu apakah masih hidup atau sudah mati!” ujar Manggala seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Nada suaranya menyiratkan kepasrahan.“Tapi banyak orang yang bilang, kalau Ratu K
last updateLast Updated : 2023-11-15
Read more

222. Part 31

“Hanya ada satu cara untuk mengetahui siapa Seruni sebenarnya, Kisanak. Bebaskan Paman Nampi atau Gusti Ratu Kunti Boga! Hanya mereka yang tahu persis jati diri Seruni,” sambung Ki Maruta.“Hal itu memang sudah kupikirkan. Hanya masalahnya, aku tidak tahu di mana mereka berada sekarang. Hidup dan matinya pun aku tidak tahu,” sahut Manggala bernada mengeluh.Ki Maruta menatap dalam-dalam pada pemuda itu. Dirasakan ada nada lain pada suara Si Buta dari Sungai Ular. Dia sering mendengar sepak terjang Si Buta dari Sungai Ular. Dan kini, setelah berhadapan langsung, laki-laki tua itu merasakan adanya perbedaan yang sangat mencolok.“Kisanak, boleh aku tahu. Mengapa kau sangat berkeinginan mengetahui diri Seruni sesungguhnya?” tanya Ki Maruta bernada curiga.Manggala  tersentak mendengar pertanyaan itu. ditatapnya dalam-dalam wajah laki-laki tua di depannya. Sangat sulit untuk menjawabnya. Dia sendiri tidak tahu, mengapa
last updateLast Updated : 2023-11-15
Read more

223. Kemelut Kerajaan Gantar Angin

MANGGALA dan Braga yang berniat meninggalkan Kerajaan Gantar Angin, tiba-tiba dihadang oleh Raden Bantar Gading dan para prajuritnya. Kini keduanya sudah dikepung oleh puluhan orang prajurit bersenjata lengkap. “Sudah kukatakan, tidak mudah keluar dari sini,” kata Braga setengah berbisik.“Kau takut?” nada suara Manggala terdengar mengejek.“Huh Tak seberapa. Dua kali lipatpun aku masih mampu mengahadapinya” dengus Braga pongah.“Mereka pasti sudah sangat terlatih.”“Hampir tiga purnama aku di sini, jadi tahu betul kalau prajurit Gantar Angin tidak ada yang memiliki kepandaian tinggi. Para panglimanya saja bisa dihitung dengan jari yang memiliki kepandaian tinggi.”“Tapi jangan menganggap remeh mereka. Setiap lawan harus dihadapi hati-hati. Sikap memandang rendah lawan akan membuat kelengahan, dan berakibat fatal,” kata Manggala mengingatkan.Braga diam saja
last updateLast Updated : 2023-11-16
Read more

224. Part 2

Sementara itu, si Manusia Raksasa sudah melompat menerjang sambil mengayunkan goloknya. Braga membanting tubuhnya ke samping dan bergulingan beberapa kali. Golok raksasa itu menghantam tanah kosong dengan kerasnya.Braga langsung melesat bangkit. Segera dia melompat sambil mengirimkan dua pukulan geledek disertai satu tendangan bertenaga dalam tinggi.Manusia raksasa itu hanya terdorong satu langkah. Dia menggeram dahsyat, dan berbalik. Braga benar-benar terkesiap karena pukulan dan tendangan beruntunnya tidak berarti bagi manusia raksasa itu.“Edan! Ilmu apa yang dimilikinya…?!” dengus Braga keheranan.Manusia raksasa itu kembali menggeram dahsyat. Dikibaskan goloknya dengan cepat ke arah tubuh Braga. Pembunuh bayaran itu melompat ke belakang, sehingga sambaran golok itu tidak menemui sasaran. Dan belum sempat Braga berbuat sesuatu, kembali manusia raksasa menyerang bagai topan. Braga hanya bisa berkelit berlompatan tanpa mampu membala
last updateLast Updated : 2023-11-16
Read more

225. Part 3

Manggala geleng-geleng kepala melihat daya tahan lawannya yang begitu luar biasa. Manusia raksasa itu kembali menerjang seraya mengayunkan goloknya yang sangat besar. Kali ini dia memang mendapat lawan sangat tangguh.Gerakan Manggala ketika berkelit, memang sangat cepat. Bahkan dibarengi dengan satu serangan mengandung tenaga dalam hampir sempurna. Setiap pukulan dan tendangan Si Buta dari Sungai Ular, membuat manusia raksasa itu menggereng keras.“Hup! Hiyaaa…!”Sambil berteriak keras, Manggala memiringkan tubuhnya dan sedikit membungkuk. Lalu dengan cepat tangannya bergerak ke belakang punggung. Rupanya Manggala melepaskan senjata andalannya, Tulang Ekor Naga Emas. Dengan tongkat Tulang Ekor Naga Emas-nya, Manggala berkelebat cepat kedepan. Jurus Tongkat Ular dikerahkan memukul dada si Manusia Raksasa itu.Bugh!Satu suara keras terdengar saat Tulang Ekor Naga Emas menghantam telak dada si Manusia Raksasa.“Aaargh
last updateLast Updated : 2023-11-17
Read more

226. Part 4

Masih dalam keadaan tubuh di udara, orang itu memiringkan tubuhnya ke samping. Tapi patukan tangan Manggala sempat menggores bahu kanannya.Orang berwajah pucat itu kembali turun ke bumi. Darah mengucur dari pundak yang tergores cukup dalam oleh serangan Manggala.“Yeaaah…!” Manggala berteriak lantang.Baru saja orang berwajah pucat itu menjejakkan kakinya di tanah, Si Buta dari Sungai Ular sudah melompat sambil mengirimkan serangan dahsyat beruntun. Jurus ‘Terjangan maut ular putih’ digelar. Orang itu berusaha menghindar, tapi serangan beruntun Manggala membuatnya terdesak dan akhirnya serangan Manggala berhasil bersarang di dadanya.Dadanya terasa remuk akibat pukulan keras bertenaga dalam hampir sempurna. Tubuhnya terdorong ke belakang sejauh dua batang tombak.“Mampus kau! Hiyaaa…!” pekik Manggala melengking. Secepat tangannya bergerak ke depan, secepat itu pula sinar kuning keemasan bergulung-g
last updateLast Updated : 2023-11-17
Read more

227. Part 5

Raden Bantar Gading tertegun meihat ibunya tengah duduk dikelilingi tujuh orang dayang di taman kaputren. Pemuda itu ingin berbalik, tapi ibunya sudah keburu melihat dan memanggil. Raden Bantar Gading melangkah menghampiri. Kemurungan di wajahnya sulit untuk disembunyikan.Permaisuri Pramita Wardani memandangi wajah anaknya yang kelihatan murung. Tangannya menggapai lembut dan menggamit jari-jari tangan pemuda itu, lalu membawanya duduk di sampingnya. Raden Bantar Gading tidak tahu harus berkata apa lagi. Semula dia ingin mengatakan adegan yang disaksikan di kamar peristirahatan pribadi ayahnya. Tapi, saat melihat keanggunan dan senyum ibunya, hatinya langsung luluh. Rasanya tidak sanggup untuk menghancurkan hati wanita yang lembut dan anggun ini.“Ada apa, Anakku? Kau kelihatan murung sekali,” lembut suara Permaisuri Pramita Wardani.“Tidak apa-apa, Bunda. Nanda hanya ingin bertemu saja,” jawab Raden Bantar Gading pelan. Disembunyikannya
last updateLast Updated : 2023-11-18
Read more

228. Part 6

“Maafkan Nanda, Bunda. Bukan maksud Nanda ingin menggurui. Tapi Nanda tidak bisa terus menerus melihat Bunda begini. Nanda hanya ingin melihat Bunda tersenyum bahagia,” kata Raden Sangga Alam.“Bunda sudah bahagia, Anakku. Bunda selalu tersenyum bila bersamamu. Hanya kau yang bisa membuat Bunda bahagia, Anakku.”“Hhh… kalau saja Gusti Ratu Kunti Boga tidak tergulingkan…” desah Raden Sangga Alam bergumam lirih.“Untuk apa kau berkata demikian?” tegur Permaisuri Pramita Wardani.“Bunda! Apakah keadaan ini bisa berubah jika Gusti Ratu Kunti Boga keluar dari kamar tahanan bawah tanah?” tanya Raden Sangga Alam.“Entahlah…” desah Permaisuri Pramita Wardani.“Kerajaan Gantar Angin bakal runtuh kalau keadaannya seperti ini terus.”“Sudahlah, Anakku. Kau tidak perlu memikirkan kerajaan. Aku tak mau kehilanganmu. Penderitaanku sudah cu
last updateLast Updated : 2023-11-18
Read more

229. Part 7

Prabu Abiyasa memutar kudanya, lalu menggebahnya meninggalkan Bukit Batu. Patih Luminta berbalik memandang Raden Bantar Gading. Pemuda itu masih menghunus pedangnya di depan dada. Tatapan matanya tetap tajam menusuk. Sementara dua jago dari sebrang melangkah mendekati Patih Luminta.“Sarungkan kembali peedangmu, Raden. Hamba bersedia mendengar semua keluhan Raden,” bujuk Patih Luminta lagi.Trek!Raden Bantar Gading menyarungkan pedangnya. Raut wajahnya masih merah meyimpan amarah. Dia berbalik dan melangkah tanpa bicara sedikitpun. Patih Luminta bergegas mengikuti dari belakang. Sempat diperintahkan pada para prajurit untuk kembali menyuruh orang-orang bekerja.“Raden…!” panggil Patih Luminta terus melangkah cepat membuntuti.Raden Bantar Gading tidak menyahut. Dia terus saja melangkah menghampiri kudanya, kemudian melompat naik ke atasnya. Sekali gebah saja, kuda putih itu berlari cepat membelah angin. Patih Luminta
last updateLast Updated : 2023-11-19
Read more

230. Part 8

Seruni hanya mengangguk saja, kemudian kakinya terayun meninggalkan tempat itu. Ki Maruta bergegas kembali menemui dua orang pemuda yang bertugas mengamati keadaan di sekitar Bukit Batu. Dia ingin mengajak dua orang pemuda itu untuk kembali ke Hutan Danaraja, tempat mereka berkumpul menyusun kekuatan untuk menggulingkan tahta Prabu Abiyasa.Saat itu, matahari sudah condong ke barat. Dan rakyat yang bekerja paksa memecah batu di Bukit Batu mulai berbenah diri untuk kembali ke barak.Sementara sebagian prajurit juga sudah kembali ke tenda masing-masing. Tak terlihat wajah ceria di antara sekian banyak orang itu. Bahkan para prajurit pun tidak menampakkan wajah yang menyenangkan. Mungkin mereka jenuh, karena seharian hanya berdiam diri tanpa melakukan sesuatu di atas bukit yang gersang dan panas ini.-o0o-Susah payah Patih Luminta membujuk, dan pada akhirnya Raden Bantar Gading bersedia kembali ke istana. Tapi Raden Bantar Gading tetap tidak ingin bertemu a
last updateLast Updated : 2023-11-19
Read more
PREV
1
...
2122232425
...
129
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status