Home / Pendekar / Si Buta Dari Sungai Ular / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of Si Buta Dari Sungai Ular: Chapter 191 - Chapter 200

1284 Chapters

191. Part 23

"Bila saja saat ini aku tidak terluka dalam akibat pengaruh Tulang Ekor Naga Emas yang dilepaskan oleh Ratu Tengkorak tadi, akan kuteruskan pertarungan ini. Tetapi sangat berbahaya bila aku nekat. Manusia Mayat Muka Kuning sudah tak berdaya. Yang mengherankan, mengapa serangannya yang tak terasa ada angin panas justru sangat menyiksa panasnya pada tubuh? Aneh! Julukan pemuda ini memang bukan omong kosong." Lalu dengan suara geram Dewi Kematian berkata."Si Buta dari Sungai Ular... untuk saat ini aku mengaku kalah. Tetapi, tidak dalam pertemuan berikutnya!""Urusan sudah harus diselesaikan. Tetapi bila belum puas, masih banyak waktu mendatang!"Dengan susah payah dan agak terhuyung, Dewi Kematian mendekati Manusia Mayat Muka Kuning."Kita tinggalkan tempat ini.""Tidak! Pemuda itu harus mampus!""Jangan bodoh! Masih banyak waktu untuk kita membalas!"Lalu katanya dengan suara ditekan."Apakah dalam kondisi seperti ini kau akan b
last updateLast Updated : 2023-10-31
Read more

192. Pesanggrahan Keramat

TAR!Suara cambuk menggeletar membelah angkasa. Seorang laki-laki muda terjungkal dengan punggung sobek panjang tersengat lidah cambuk. Sosok tubuh muda yang hanya ditutupi celana sebatas lutut itu berusaha bangkit berdiri. Namun satu sengatan cambuk kembali memaksanya menggelepar sambil merintih lirih."Pemalas! Bangun, bangsat!" terdengar suara bentakan keras, disusul dengan geletarnya ujung cambuk yang menyengat kulit punggung laki-laki muda itu.Tar! Tar!"Akh...!" laki-laki muda itu memekik tertahan.Dua kali cambukan membuatnya jatuh lunglai tidak sadarkan diri. Dan kini, sebuah tendangan keras membuat tubuhnya terlempar sejauh dua batang tombak. Kejadian itu disaksikan oleh berpuluh-puluh pasang mata dengan kepala tertunduk dan lutut gemetar. Seorang laki-laki muda berwajah tampan, namun sorot matanya menyiratkan kebengisan, duduk angkuh di atas punggung kuda putih. Bibirnya yang tipis selalu tersenyum menyaksikan kekejaman yang sedang berla
last updateLast Updated : 2023-11-01
Read more

193. Part 2

Pemuda tampan yang ternyata bernama Raden Sangga Alam itu hanya diam saja. Kata-kata Paman Nampi tadi memang tidak bisa disalahkan. Ayahnya, Raja Abiyasa yang memerintah Kerajaan Gantar Angin sudah memberinya tugas untuk membangun jalan menuju ke Pesanggrahan Keramat pada kakaknya. Dan Raden Sangga Alam hanya diberikan tugas sebagai pendamping saja. Tapi dia tidak pernah melakukan apa-apa. Kakaknya memang tidak pernah memberi satu pun tugas ke padanya, karena menganggapnya masih anak-anak.Raden Sangga Alam memang menyadari kalau kakaknya lebih tegar dan tegas. Apalagi tingkat kepandaiannya cukup tinggi. Meskipun demikian, Raden Sangga Alam tidak pernah kalah jika sedang berlatih ilmu olah kanuragan.Sangat disayangkan kalau Ayahanda Prabu Abiyasa lebih menyukai Raden Bantar Gading. Baik bentuk tubuh, sifat, dan segala tingkah laku kedua kakak beradik putra mahkota itu memang sangat berbeda. Di antara ke duanya selalu saja ada pertentangan. Namun demikian mereka saling
last updateLast Updated : 2023-11-01
Read more

194. Part 3

"Raden...," Seruni menolakkan tubuh Raden Bantar Gading yang hendak memeluknya.Pemuda itu tidak peduli. Tetap saja tubuh ramping itu direngkuh ke dalam pelukannya. Dengan liar diciuminya wajah dan leher wanita itu. Seruni mendesah dan merintih lirih. Dia tidak kuasa lagi menolak ketika tubuhnya direbahkan. Seruni menggeliat, berusaha melepas pelukan putra mahkota itu."Kenapa? Tidak biasanya kau menolakku, Seruni," suara Raden Bantar Gading agak tersengal."Raden, aku...."Seruni tidak bisa melanjutkan kata-kata, karena bibirnya sudah tersumpal bibir Raden Bantar Gading. Dia hanya bisa mendesah lirih dan menggumam tidak jelas. Kembali wanita itu menggeliat, namun kali ini pelukan Raden Bantar Gading demikian kuat. Seruni merintih lirih tidak mampu lagi menolak. Gairahnya mulai bangkit, dan kini malah membalas kehangatan itu.Tak ada lagi yang bicara, tak ada lagi kata-kata terdengar. Hanya desah napas dan rintihan tertahan yang mengusik sepinya ma
last updateLast Updated : 2023-11-02
Read more

195. Part 4

"Siapa laki-laki yang kau temui di atas bukit sana?" tanya Raden Bantar Gading tajam."Laki-laki mana?" suara Seruni jadi bergetar. Sungguh tidak diduga kalau Raden Bantar Gading tahu bahwa dirinya barusan menemui seseorang di atas bukit sana. Wajah Seruni berubah merah seketika. Matanya tajam menatap langsung ke bola mata putra mahkota itu."Kau tidak perlu berpura-pura lagi, Seruni. Kau pikir aku tidak tahu? Kau keluar diam-diam, lalu menunggu di atas bukit. Di sana kau bicara dengan seseorang. Siapa dia?" agak keras suara Raden Bantar Gading."Dia kakekku," sahut Seruni tidak bisa berpura-pura lagi."Kau tidak bohong, Seruni?""Siapa yang bohong? Dia benar-benar kakekku!" sentak Seruni gusar."Sejak kapan kau punya kakek? Sejak kapan kau punya keluarga?" sinis kata-kata Raden Bantar Gading.Seruni tidak langsung menjawab. Dia hanya menatap tajam dengan sinar mata yang menusuk sampai ke sudut hati yang paling dalam. Perlahan-lahan w
last updateLast Updated : 2023-11-02
Read more

196. Part 5

"Tunggu...!"Satu bentakan keras membuat laki-laki tinggi tegap berwajah bengis itulangsung menoleh. Raut wajahnya tampak terkejut melihat kehadiran seorang pemuda berwajah tampan dengan kulit putih halus bagai wanita, yang kini telah berdiri tidak jauh dari tempat itu. Dia mengenakan baju sutra halus yang indah dengan sulaman benang emas. Disampingnya berdiri seorang laki-laki tua berjubah putih."Raden Sangga Alam...," suara laki-laki tegap yang memegang cambuk itu agak tergetar.Pemuda tampan itu bergegas melangkah menghampiri laki-laki tinggi tegap itu. Langkahnya berhenti tepat setengah depa di depannya. Tatapan matanya tajam. Sedangkan laki-laki yang memegang cambuk itu hanya menundukkan kepala saja.Plak!"Akh!" laki-laki tinggi tegap itu memekik tertahan.Wajahnya memerah dan terasa panas kena gamparan tangan yang halus bagai tangan perempuan itu. Tubuhnya sampai berputar sedikit terdorong kebelakang, namun kembali berdiri te
last updateLast Updated : 2023-11-03
Read more

197. Part 6

Belum sempat ada yang menyadari, bayangan hitam itu sudah berkelebat kembali. Kali ini sasarannya adalah delapan orang memegang cambuk yang berdiri berkelompok. Gerakan bayangan hitam itu sangat luar biasa cepatnya, sehingga dua orang yang memegang cambuk langsung ambruk dengan leher hampir terpenggal. Saat itu juga, enam orang bertubuh tinggi tegap serentak berlompatan mengepung. Sedangkan Braga dan Kinca masih tetap berdiri memperhatikan.Trang! Tring!"Aaakh...!"Jerit dan pekik kematian terdengar saling susul. Bayangan hitam itu terus berkelebatan dengan cepat, sehingga sukar untuk diikuti dengan mata biasa. Orang-orang yang bertubuh tinggi tegap itu pun tampak ke repotan. Mereka harus membanting diri atau mencelat kebelakang jika terlihat bayangan hitam itu berkelebat menuju ke arahnya."Setan! Siapa dia...?" geram Braga melihat dua orang temannya menggeletak tak bernyawa. Tanpa berkata apa-apa lagi, Braga segera melompat menerjang bayangan hitam itu
last updateLast Updated : 2023-11-03
Read more

198. Part 7

Begitu terdengar derap kaki kuda dipacu, Raden Bantar Gading bergegas melangkah keluar. Tampak debu mengepul di kejauhan. Sebentar putra mahkota itu memandangi dua orang bayarannya yang memacu kuda dengan cepat menuju ke Bukit Batu. Raden Bantar Gading segera menghampiri kudanya yang tertambat di bawah pohon kenanga. Dengan satu gerakan yang ringan dan indah, tubuhnya melenting dan hinggap di atas punggung kuda putihnya."Yeah! Hiya...!"Raden Bantar Gading langsung menggebah kudanya, agar berlari cepat. Bagaikan sebatang anak panah lepas dari busurnya, kuda putih itu melesat meninggalkan pondok kecil tempat bernaung sementara Raden Bantar Gading.Debu mengepul ke udara terhantam derap kaki kuda. Raden Bantar Gading terus memacu kudanya dengan cepat menuju kearah Utara.-o0o-Sementara itu di Bukit Batu, puluhan orang tengah mengerang meregang nyawa. Darah berceceran di segala tempat. Bahkan tidak sedikit yang menggelimpang tidak bernyawa lagi. Tak
last updateLast Updated : 2023-11-04
Read more

199. Part 8

"Tapi, bagaimanapun juga, Raden harus bisa mencegah pembuatan jalan itu," kata Paman Nampi."Apa lagi yang harus kulakukan, Paman? Pembantaian di Bukit Baru sudah menandakan kalau ada orang lain yang juga tidak senang dengan pembuatan jalan ke Pesanggrahan Keramat itu. Dan sepertinya, Kanda Bantar Gading mencurigaiku. Ditambah kini, Ayahanda Prabu sudah tidak percaya lagi padaku," keluh Raden Sangga Alam."Jangan putus asa dulu, Raden. Masih banyak cara yang bisa ditempuh," kata Paman Nampi memberi semangat."Cara apa lagi, Paman? Semua cara yang kutempuh tidak pernah mengorbankan rakyat. Tapi sekarang...," nada suara Raden Sangga Alam terdengar putus asa."Yah..., aku sendiri juga menyesalkan kejadian di Bukit Batu itu, Raden," desah Paman Nampi pelan."Siapa orang itu, Paman?" tanya Raden Sangga Alam."Menurut keterangan yang kudengar, dia muncul dengan menggunakan baju serba hitam. Orang itu juga telah memberi peringatan sebelumnya," sahu
last updateLast Updated : 2023-11-04
Read more

200. Part 9

Paman Nampi memilih tempat di tepi sungai untuk mendirikan tenda-tenda. Para prajurit segera mendirikan tenda setelah mendapat perintah Paman Nampi. Sebuah tenda yang cukup besar terpancang dalam waktu sebentar saja, dan dikelilingi beberapa tenda kecil-kecil. Raden Sangga Alam masuk ke dalam tenda yang paling besar itu. Di dalamnya dua orang prajurit yang tengah merapikan, segera membungkukkan badan, dan segera bergegas keluar setelah pekerjaannya selesai.Saat itu Paman Nampi tengah memberikan beberapa perintah pada para prajurit. Laki-laki tua berjubah putih itu baru melangkah masuk ke tenda tempat beristirahat Raden Sangga Alam, setelah selesai memberi beberapa perintah, dan membagi tugas kepada para prajuritnya. Paman Nampi membungkuk memberi hormat, kemudian duduk di atas permadani yang digelar didalam tenda besar itu. Raden Sangga Alam duduk di atas peraduan yang beralaskan permadani dan bantal-bantal bulat pipih terbungkus kain sutra halus."Raden sebaiknya ist
last updateLast Updated : 2023-11-05
Read more
PREV
1
...
1819202122
...
129
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status