Semua Bab Si Buta Dari Sungai Ular: Bab 141 - Bab 150

1284 Bab

141. Part 20

SEORANG PEMUDA yang mengenakan baju dari kulit ular penuh sisik, tahu-tahu sudah berdiri di depan Branta Mudya. Seperti biasanya, kedua tangannya melipat di depan dada. Sedangkan bibirnya terkatup rapat dengan mata menatap tajam penuh sinar kebencian. Sejenak Branta Mudya menggeser kakinya ke samping. Dia segera bisa meraba, apa yang akan terjadi. Sebentar Branta Mudya melirik ke samping kiri. Dan di sana juga sudah berdiri seorang laki-laki tua berpakaian kumal memegang tongkat hitam. Branta Mudya pun segera mempersiapkan diri untuk menghadapi kedua tokoh yang sudah kondang namanya itu. "Manggala, apa maksudmu membuat kekacauan ini?" tanya Branta Mudya. "Jangan banyak tanya, Iblis Hitam" dengus Manggala geram. "He.. Apa yang kau katakan, Manggala?" Branta Mudya langsung tersentak kaget, karena Manggala sudah tahu nama julukannya dalam rimba persilatan. Tapi begitu matanya melirik pada Pengemis Tongkat Hitam, dia segera tahu siapa biang keladi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-15
Baca selengkapnya

142. Part 21

"Mampus kau, bocah setan Hiyaaa..." teriak Branta Mudya sambil melompat. "Hup Yeaaah...!" Dua tokoh kondang tersebut kemudian saling berlompatan dengan kedua tangan yang menjulur kedepan. Dan tepat pada satu titik, kedua telapak tangan mereka bertemu. Seketika terdengarlah satu ledakan keras, disusul dengan terlontarnya tubuh Branta Mudya. Sedangkan Manggala hanya terdorong dua langkah ke belakang. "Phuih!" Branta Mudya segera menyemburkan ludahnya yang bercampur darah. Dia pun kembali melompat dan berusaha berdiri. Namun tubuhnya masih sempoyongan. Kekuatan dari jurus 'Pukulan Tapak Wisa' yang dimilikinya masih jauh di bawah Si Buta dari Sungai Ular. Kalau saja Branta Mudya tidak memiliki jurus pukulan itu, mungkin dia telah tewas karena racun dahsyat yang ada di dalam 'Pukulan Tapak Wisa'. "Ayo kita mulai lagi, Bocah" bentak Branta Mudya geram. "Kau memang sudah tidak pantas untuk hidup lagi, Iblis Hitam Bersiaplah untuk mati" sambut Manggal
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-15
Baca selengkapnya

143. Part 22

"Manggala..., aku mohon padamu. Jangan memandangku seperti yang dulu. Aku bukan lagi Iblis Hitam, tapi aku Branta Mudya. Iblis Hitam sudah mati. Aku mohon padamu, Manggala. Bawalah mayatku..., dan kuburkan dekat tempat tinggal Raja Siluman Ular Putih. Aku mohon...," Branta Mudya tidak mampu lagi melanjutkan kata-katanya. Dia tersentak, dan langsung diam dan tak bergerak-gerak lagiManggala hanya bisa diam memandangi. Hatinya masih diliputi kebimbangan dengan kata-kata terakhir laki-laki tua itu. Sementara itu pertempuran antara Pengemis Tongkat Hitam dengan si Kembar Iblis Biru sudah terhenti sejak tadi. Dan Manggala tidak menyadari, kalau mereka semua mendengarkan apa yang barusan dibicarakan. Kini dia baru tersadar saat dua orang kembar itu berlari dan menubruk mayat Branta Mudya."Guru...""Hhh..." Manggala menarik napas panjang. Manggala tampak menundukkan kepalanya dalam-dalam. Dia tidak tahu lagi, apa yang harus dilakukannya. Sementara dua orang laki-laki
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-15
Baca selengkapnya

144. Part 23

MALAM sudah demikian larut. Kegelapan kini menyelimuti seluruh Desa Gampil. Keadaan seluruh pelosok desa itu sunyi senyap. Angin bertiup agak keras malam ini, dan menebarkan hawa dingin seperti menusuk kulit. Namun suasana malam itu tidak mempengaruhi keadaan di dalam sebuah rumah besar di desa itu. Pada salah satu kamar di rumah itu, tampak seorang gadis cantik tengah duduk merenung di tepi pembaringan. Gadis itu tidak menyadari kalau ada seseorang yang masuk ke dalam kamarnya. Seorang laki-laki gemuk berkepala gundul dan berjubah kuning gading. Gadis itu baru sadar setelah laki-laki itu duduk di sampingnya. "Mau apa kau?" sentak gadis itu sengit. Dia segera menggeser duduknya menjauh. "He he he...," laki-laki yang ternyata adalah Pendeta Pasanta itu hanya terkekeh. Matanya yang liar terus merayapi wajah gadis itu. Dan gadis cantik itu semakin menggeser duduknya menjauh. Tapi pendeta gundul itu segera bangkit, dan melangkah pelan-pelan menghampiri. Senyumnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-16
Baca selengkapnya

145. Part 24

"Mampus kau, bocah setan" bentak Pendeta Pasanta. Bersamaan dengan itu, Pendeta Pasanta mengangkat tangannya tinggi-tinggi, dan langsung mengebutkan senjatanya dengan kuat. Namun pada saat itu, dia jadi tersentak. Pecut di tangannya tiba-tiba terbetot, sepertinya ada tangan yang menariknya. Sejenak Pendeta Pasanta mendongak ke atas. Dan tubuhnya langsung gemetaran. Manggala sendiri juga terpana melihatnya. Di atas kepala Pendeta Pasanta, melayanglah seorang laki-laki muda dan tampan, serta berbaju putih bersih. Tangan kanannya tampak menggenggam ujung cambuk dengan kuat. Dan dengan sekali tarik saja, pegangan Pendeta Pasanta pada cambuk itu langsung terlepas. Seketika Pendeta Pasanta melompat mundur. Wajahnya kini jadi berubah pucat, melihat pemuda itu melayang turun dan hinggap di atap. Sementara Manggala masih terpana melihat kedatangan Prabu Dewata Cengkar yang begitu tiba-tiba, dan bisa melayang bagai burung. Sementara pertarungan di halaman depan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-16
Baca selengkapnya

146. Part 25

Dan tanpa membuang-buang kesempatan, Manggala langsung melompat dan mengirimkan tendangan geledeknya ke arah tubuh Pendeta Pasanta. Kontan saja tubuh gemuk itu terjungkal keras menghantam tanah. Lalu sekali lagi Si Buta dari Sungai Ular itu mengebutkan tangan kanannya, dan senjatanya itu kembali menghantam deras ke arah tubuh yang sudah menggeletak itu.Dagghh!Seketika Tulang Ekor Naga Emas menghantam perut lawannya. Dan hampir bersamaan pula, Manggala segera melompat dengan tangan bergerak cepat merampas sabuk yang sudah terpotong senjatanya. Dengan disertai pengerahan tenaga dalam tinggi, kali ini dia berhasil mencopot sabuk itu dari pinggang Pendeta Pasanta."Mampus kau..., hih..."Sekali lagi Manggala menghantamkan pukulan mautnya ke arah dada. Sebentar Pendeta Pasanta masih berkelojotan, lalu diam dan tak bergerak lagi.Manggala masih berdiri tegak sambil memandangi mayat lawannya. Lalu dia mendongakkan kepalanya ke atas. Tampak bayangan tubu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-16
Baca selengkapnya

147. Misteri Angkara Si Buta dari Sungai Ular

PAGI itu langit kelihatan cerah. Matahari bersinar penuh, tanpa sedikit pun awan yang menghalangi. Burung-burung berkicau riang sambil berlompatan dari dahan ke dahan. Sementara anak-anak pun tampak ceria bermain air di sungai yang mengalir jernih, membawa berkah kehidupan dan kemakmuran. Gadis-gadis desa juga bergembira merendam tubuhnya sambil mencuci. Di sepanjang sungai Desa Galuhung tak seorang pun yang berwajah murung. Tidak jauh dari sungai itu, tampak seorang pemuda gagah dan berbaju kulit ular tengah berdiri tegak sambil memandang ke arah sungai. Tatapan mata putihnya terus tertuju pada seorang gadis yang tengah bercanda ria bersama gadis-gadis lain. Kain basah yang membelit tubuhnya, hampir melorot turun, sehingga menampakkan kulit dadanya yang putih halus. Dua gundukan di dadanya menyembul hampir keluar. Tak lama kemudian, gadis itu pun membetulkan kainnya, dan mengangkat keranjang cuciannya. "Aku duluan, ya...!" seru gadis itu dengan nada ceria. Sedang ga
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-17
Baca selengkapnya

148. Part 2

Dan masih dengan hati ragu-ragu, gadis itu pun berbalik dan langsung berlari cepat. Namun baru saja dia berlari, laki-laki berbaju kulit ular yang mengaku Si Buta dari Sungai Ular itu, langsung melompat mengejar. Pemuda gagah dengan dada telanjang, segera melompat memapaknya."Hiya...!" Teriak pemuda itu seraya melancarkan dua kali pukulan yang beruntun, namun dengan manis sekali laki-laki berbaju kulit ular bisa mengelakkannya. Dan tanpa diduga sama sekali, kakinya mendadak bergerak cepat menyepak. Tentu saja pemuda itu terperangah, buru-buru dia berkelit, namun sepakan kaki laki-laki berbaju kulit ular berhasil bersarang di pundaknya."Akh!" pemuda itu langsung memekik tertahan. Tubuhnya terjungkal ke tanah."Kakang Saka...!" jerit Murti terkejut melihat pemuda yang menolongnya bergulingan di tanah."Cepat pergi, Murti!" bentak pemuda bernama Saka itu. Dia segera melompat bangkit. Bibirnya tampak menyeringai merasakan sakit pada pundaknya.Namun
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-17
Baca selengkapnya

149. Part 3

Si Buta dari Sungai Ular melangkah semakin dekat, dan tangannya sudah terkepal erat. Saka Dipta tampak pasrah, namun matanya bersorot tajam penuh kebencian. Tiba-tiba dengan satu teriakan melengking tinggi, Si Buta dari Sungai Ular melompat deras, dan menghajar kepala Saka Dipta dengan satu pukulan keras bertenaga dalam sempurna.Prak!"Aaa...!" seketika Saka Dipta menjerit melengking tinggi. Sebentar tubuhnya menggelepar, lalu diam dengan kepala retak.Si Buta dari Sungai Ular masih memandangi mayat lawannya. Bibirnya segera menyunggingkan senyum sinis dan dingin. Tapi mendadak kepalanya terangkat ke atas. Dia mendengar suara langkah-langkah kaki menghampiri. Tanpa membuang-buang waktu lagi, pemuda berbaju kulit ular itu melesat cepat.Tidak lama setelah pemuda itu pergi, tampak Ki Sandak berlari-lari diikuti oleh beberapa orang dibelakangnya. Mereka semua memegang senjata bermacam-macam. Malah ada di antaranya yang memegang cangkul. Mereka memang rata-r
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-17
Baca selengkapnya

150. Part 4

"Saudaraku, Pendekar Pedang Emas. Aku juga belum pernah bentrok dengan Si Buta dari Sungai Ular, tapi aku punya bukti kuat, kalau semua kekacauan yang terjadi akibat ulahnya!" kata Ki Sandak.Kembali terdengar suara menggumam bagai lebah diusik sarangnya."Orang-orang yang selamat dari cengkeraman mautnya. Mereka semua mengatakan, bahwa orang itu Si Buta dari Sungai Ular. Seorang pemuda yang mengenakan baju dari kulit ular. Kedua matanya buta. Bukankah itu ciri-ciri Si Buta dari Sungai Ular ?" sambut Ki Sandak mantap.“Saudara Pendekar Pedang Emas, kami semua juga punya bukti kuat, kalau tindakan Si Buta dari Sungai Ular sudah melampaui batas kemanusiaan. Sejak kemunculannya di Pesisir Pantai Selatan, dia sudah meminta banyak korban!" celetuk seorang laki-laki tua yang memegang sebatang tongkat berbentuk ular.Pendekar Pedang Emas kembali duduk. Dia tidak bisa berkala apa-apa lagi. Semua bukti memang menyatakan, kalau semua perbuatan dan kejadian ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-18
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
129
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status