Semua Bab Melahirkan Anak untuk Bos Arogan: Bab 11 - Bab 20

46 Bab

Belum Terbiasa

🏵️🏵️🏵️ “Mas Wisnu lagi sibuk, Yah.” Sarah memberikan alasan. “Tapi hubungan kalian baik-baik saja, ‘kan?” Sang ayah merasakan sesuatu yang aneh dengan kedatangan Sarah tanpa Wisnu. Setelah Wisnu dan Sarah menikah, kedua insan itu belum pernah sekali pun mengunjungi rumah Pak Dimas dan Bu Ratna. Sarah tidak berani mengajak sang suami berkunjung ke rumah orang tuanya. “Iya, Ayah. Ayah tenang aja. Sarah dan Mas Wisnu baik-baik saja.” Sarah berusaha meyakinkan Pak Dimas. “Syukurlah kalau kalian baik-baik saja. Ya, sudah, Ayah berangkat kerja dulu.” Sarah dan ibunya pun mencium punggung tangan Pak Dimas. Laki-laki paruh baya itu segera menyalakan mesin motornya lalu meluncur. Sarah tidak kuasa menahan kesedihannya di depan Bu Ratna. Dia langsung menumpahkan bening kristal dari pelupuk matanya lalu memeluk wanita itu. Sarah pun menceritakan apa yang terjadi sebenarnya hingga dia berada di rumah orang tuanya saat ini. “Apa reaksi mertuamu, Sayang?” tanya Bu Ratna. Dia berusaha menen
Baca selengkapnya

Positif Hamil

🏵️🏵️🏵️ “Sarah ingat hampir tiga bulan nggak haid, Buk.” Sarah memberikan jawaban. “Apa? Jadi, kamu nggak cerita ke Wisnu?” Sang ibu sangat terkejut. “Sarah juga nggak ingat, Buk. Baru ingat saat di taksi pas mau ke sini.” “Hal seperti ini harus diketahui suamimu.” “Iya, Buk. Maafin Sarah.” Bu Ratna sangat percaya kalau Sarah sedang mengandung benih Wisnu. Namun, wanita itu juga ingin memastikannya dengan mengajak Sarah ke rumah sakit. Bu Ratna berharap semoga apa yang Sarah alami saat ini menjadi petunjuk untuk anaknya tersebut agar kembali bersatu dengan Wisnu. Saat menuju rumah sakit, Sarah tidak sengaja melihat Wisnu dan wanita pujaanya sedang menyeberang jalan sambil bergandengan tangan. Sarah berusaha mengalihkan pandangan ibunya agar tidak melihat sang suami. Wanita pemilik senyum indah itu kembali bersedih. Dia merasa kalau Wisnu benar-benar tidak mengingat dirinya. Sarah membayangkan betapa bahagianya berada di posisi Sandra, dicintai laki-laki seperti Wisnu. Akan
Baca selengkapnya

Perhatian

🏵️🏵️🏵️ Waktu menunjukkan jam lima sore, Sarah memilih berbaring di ruang TV sambil menonton acara favorit. Dia tidak menyadari kalau Wisnu dan Bu Ratna sedang berjalan ke arahnya. Ternyata sang suami kini datang menjemputnya. “Sayang. Ada Nak Wisnu, nih. Katanya mau jemput kamu.” Sarah terkejut mendengar suara ibunya. Dia juga hampir tidak percaya kalau sang suami kini ada di dekatnya. Dia pun segera duduk. Wisnu memandangi wanita yang telah dia usir dari rumahnya kemarin pagi. Wisnu tidak menyangka kalau saat ini sang istri sedang mengandung anaknya, padahal dia sudah tidak mengharapkan perempuan itu setelah Sandra kembali dalam hidupnya. Rencana Wisnu untuk segera melamar Sandra, kini pupus sudah. Dia harus menunggu sampai Sarah melahirkan anaknya. Wisnu tetap ingat apa yang pernah dia ucapkan kepada Sarah kala itu. Setelah anak mereka lahir, maka sang istri harus segera pergi dari rumah. “Silakan duduk, Nak Wisnu. Ibu akan ambilkan minum.” Bu Ratna pun beranjak ke dapur. Wan
Baca selengkapnya

Sikap Aneh

🏵️🏵️🏵️ Kadang sikap seseorang tidak dapat ditebak, itu yang terjadi terhadap Wisnu. Setelah laki-laki itu mengetahui kehamilan Sarah, dia masih sanggup berbuat kasar kepada wanita itu. Entah apa yang ada dalam pikiran Wisnu saat ini. Dia seolah-olah tidak memiliki perasaan sama sekali. Wisnu selalu menganggap Sarah sebagai penghalang bersatunya hubungannya dengan Sandra, padahal sangat jelas kalau Wisnu yang meminta Sarah untuk menikah dengannya empat bulan yang lalu. Jika memang laki-laki itu terpaksa mengikat hubungan sakral dengan Sarah, kenapa dirinya justru sangat ingin agar segera memiliki keturunan. Ya, walaupun harapan itu berawal dari permintaan kedua orang tuanya. Setelah melihat hasil pemeriksaan Sarah di rumah orang tuanya tadi, Wisnu merasa bahagia mengetahui ada benihnya di rahim sang istri. Namun, dia tetap sanggup menyakiti wanita yang akan melahirkan anaknya. Jalan pikiran Wisnu benar-benar susah untuk dimengerti. Akan tetapi, Wisnu tiba-tiba merasa kasihan mel
Baca selengkapnya

Perasaan Aneh

🏵️🏵️🏵️ [Suamimu hobby banget berduaan sama, nih, cewek. Kenapa kamu diam aja, Rah?] Isi pesan dari Tasya. [Itu namanya Mbak Sandra, Sya. Sahabat karib Mas Wisnu.] Sarah tetap menutupi perbuatan suaminya. [Sahabat apaan? Pegangan tangan mulu. Sampai cium tangan dan pelukan. Aku nggak percaya, Rah. Kamu jangan polos gitu.] Tasya tetap tidak percaya dengan alasan yang Sarah berikan. [Aku percaya pada suamiku, Sya.] Sarah kembali mengirimkan balasan yang membuat Tasya sangat kesal membaca pengakuan sahabatnya. Sarah baru sadar sekarang, kenapa tadi Wisnu buru-buru saat berangkat ke kantor bahkan tidak sempat menikmati sarapan seperti biasanya. Ternyata laki-laki itu telah merencanakan sarapan di luar bersama wanita yang dia cintai. “Kamu kenapa, Rah? Kok, diam?” Reno memegang pundak Sarah. “Maaf, Kak, saya ke dalam dulu, ya.” Sarah pun beranjak meninggalkan Reno menuju kamar. Sarah tidak tahu bahwa seseorang tengah mengambil fotonya saat tadi Reno memegang bahunya. Dia tidak mer
Baca selengkapnya

Berdebat

🏵️🏵️🏵️ “Ini nggak seperti yang Mas pikirkan.” Sarah pun memberikan jawaban. “Apa pantas seorang istri bersentuhan seperti ini dengan pria lain?” tanya Wisnu sambil menunjuk foto di ponselnya. Laki-laki itu tidak ingat dengan apa yang dia lakukan di luar sana bersama wanita yang bukan istrinya. “Ini salah paham, Mas.” “Saya membenci laki-laki ini. Di mana dia?” Wisnu pun menjauhkan tangannya dari dagu Sarah. Laki-laki itu akhirnya beranjak dari kamar lalu segera mencari keberadaan Reno. Wisnu bertemu dengan Bi Inah yang sedang membersihkan ruang keluarga. Dia pun menanyakan keberadaan Reno kepada wanita itu. Bi Inah tampak heran melihat kemarahan yang terpancar dari wajah Wisnu. Asisten rumah tangga itu akhirnya meminta anak majikannya tersebut menuju taman belakang. “Reno!” teriak Wisnu memanggil adik sepupunya setelah dirinya berada di taman belakang. Bu Siska dan Reno sangat terkejut melihat keberadaan Wisnu. “Bukannya kamu udah berangkat ngantor?” tanya Bu Siska kepada ana
Baca selengkapnya

Terharu

🏵️🏵️🏵️ “Nggak apa-apa, Mas. Oh, ya … Mas nggak ngantor?” Wisnu dan Sarah akhirnya duduk di tempat tidur. “Hari ini saya lagi malas. Saya mau istirahat di rumah.” Wisnu pun mulai membuka kancing kemeja yang dia kenakan. “Mas mau sesuatu? Saya ambilkan.” “Nggak perlu. Kamu di sini aja.” Sarah merasa aneh melihat sikap sang suami. Walaupun akhir-akhir ini Wisnu sudah menunjukkan perubahan sikapnya, tetapi kali ini benar-benar berbeda menurut Sarah. Tiba-tiba terdengar nada panggilan masuk dari ponsel Wisnu. Dia pun meraih benda pipih itu dari saku kemejanya. Setelah melihat layar, dia langsung menolak panggilan tersebut lalu mematikan ponsel, kemudian menyimpannya di laci nakas. 🏵️🏵️🏵️ Ketulusan cinta dan kelembutan hati Sarah secara perlahan akhirnya mampu mengubah sikap Wisnu yang kasar dan egois. Laki-laki itu kini makin menunjukkan perhatiannya kepada wanita yang dulu sangat dia benci. Dia bahkan sering mengabaikan telepon Sandra. Kebencian itu tumbuh karena menganggap S
Baca selengkapnya

Menunjukkan Perhatian

🏵️🏵️🏵️ Sejak kehamilan Sarah memasuki empat bulan, selera makannya berkurang. Wanita itu tampak kurus sekarang. Sudah sebulan lamanya, Sarah mengomsumsi nasi hanya beberapa sendok setiap makan bersama keluarga. Bu Siska sangat khawatir melihat keadaan menantunya tersebut. Wanita paruh baya itu meminta Wisnu agar memberikan karbohidrat selain nasi untuk Sarah. Wisnu pun menyanggupi permintaan ibunya. Wisnu meminta Sarah mengonsumsi roti dan memperbanyak makan buah. Sarah pun berusaha menuruti permintaan suaminya walaupun kadang tetap muntah. Wisnu ingin anak dan istrinya tetap sehat-sehat saja. Dia juga merasa kasihan melihat wanita yang kini sedang mengandung anaknya tersebut terlihat lemas. “Badan kamu panas!” Wisnu terkejut merasakan tubuh Sarah panas setelah bangun tidur pagi ini. “Iya, Mas. Dari semalam bawaannya lemas banget.” Sarah pun memilih duduk dari rebahan. “Kenapa kamu nggak bilang? Kamu baring aja lagi.” Akhirnya Sarah kembali berbaring. Wisnu segera keluar dari
Baca selengkapnya

Makin Peduli dan Perhatian

🏵️🏵️🏵️ Sarah kini merasa menjadi wanita paling beruntung. Setelah sekian lama, akhirnya Wisnu bersedia mengakui calon bayinya sebagai anaknya, padahal selama ini, Sarah selalu dimarah jika dia mengakui bayi yang belum lahir itu sebagai anaknya. Wanita itu sangat bersyukur melihat perubahan sikap suaminya. Dia tidak menemukan lagi sisi kasar Wisnu sekarang. Namun, satu hal yang belum dapat Sarah lakukan hingga saat ini, mengubah perasaan laki-laki itu agar melupakan Sandra. Cinta tulus dan kesetiaan yang Sarah berikan kepada Wisnu belum mampu menembus dinding hati laki-laki itu. Sarah tidak tahu sampai kapan dirinya akan tetap bersabar menerima kenyataan hubungan yang terjalin antara Wisnu dan Sandra. “Anak kita, Mas?” Sarah ingin memastikan apa yang dikatakan suaminya. “Iya. Kenapa?” Wisnu tampak heran melihat Sarah. Dia seolah-olah tidak mengerti apa maksud ucapan wanita itu. “Mas nggak marah lagi kalau saya mengatakan anak ini sebagai anak saya?” Sarah mengusap-usap perutnya
Baca selengkapnya

Cinta dalam Diam

🏵️🏵️🏵️ Wisnu tidak mengerti dengan hatinya saat ini. Di satu sisi, dia tidak ingin menyakiti Sandra. Namun, di sisi lain, laki-laki itu merasa tidak tega setelah mengetahui apa yang Sarah rasakan selama ini. Baginya, ini merupakan dilema yang sangat besar. Pria tampan itu memandang wajah wanita yang kini mengandung anaknya. Wisnu sadar dengan apa yang telah dia lakukan selama ini terhadap Sarah. Dia selalu melampiaskan semua kekesalah dalam hatinya kepada sang istri. Kepergian Sandra tanpa kabar, telah menumbuhkan kebencian di hati Wisnu untuk kaum Hawa. Apalagi kedua orang tuanya meminta laki-laki itu agar segera memiliki keturunan hingga akhirnya harus menikahi Sarah, wanita yang tidak dia cintai kala itu. Akan tetapi, apa yang Wisnu rasakan kini terhadap Sarah sungguh jauh berbeda. Benih-benih cinta mulai tumbuh di hati laki-laki itu sejak sang istri mengandung anaknya. Wisnu tidak mampu menepiskan pesona yang terpancar dari calon ibu anaknya. “Saya mau muntah, Mas.” Sarah t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status