Apa yang akan Wisnu lakukan kepada Sarah?
🏵️🏵️🏵️ “Ini nggak seperti yang Mas pikirkan.” Sarah pun memberikan jawaban. “Apa pantas seorang istri bersentuhan seperti ini dengan pria lain?” tanya Wisnu sambil menunjuk foto di ponselnya. Laki-laki itu tidak ingat dengan apa yang dia lakukan di luar sana bersama wanita yang bukan istrinya. “Ini salah paham, Mas.” “Saya membenci laki-laki ini. Di mana dia?” Wisnu pun menjauhkan tangannya dari dagu Sarah. Laki-laki itu akhirnya beranjak dari kamar lalu segera mencari keberadaan Reno. Wisnu bertemu dengan Bi Inah yang sedang membersihkan ruang keluarga. Dia pun menanyakan keberadaan Reno kepada wanita itu. Bi Inah tampak heran melihat kemarahan yang terpancar dari wajah Wisnu. Asisten rumah tangga itu akhirnya meminta anak majikannya tersebut menuju taman belakang. “Reno!” teriak Wisnu memanggil adik sepupunya setelah dirinya berada di taman belakang. Bu Siska dan Reno sangat terkejut melihat keberadaan Wisnu. “Bukannya kamu udah berangkat ngantor?” tanya Bu Siska kepada ana
🏵️🏵️🏵️ “Nggak apa-apa, Mas. Oh, ya … Mas nggak ngantor?” Wisnu dan Sarah akhirnya duduk di tempat tidur. “Hari ini saya lagi malas. Saya mau istirahat di rumah.” Wisnu pun mulai membuka kancing kemeja yang dia kenakan. “Mas mau sesuatu? Saya ambilkan.” “Nggak perlu. Kamu di sini aja.” Sarah merasa aneh melihat sikap sang suami. Walaupun akhir-akhir ini Wisnu sudah menunjukkan perubahan sikapnya, tetapi kali ini benar-benar berbeda menurut Sarah. Tiba-tiba terdengar nada panggilan masuk dari ponsel Wisnu. Dia pun meraih benda pipih itu dari saku kemejanya. Setelah melihat layar, dia langsung menolak panggilan tersebut lalu mematikan ponsel, kemudian menyimpannya di laci nakas. 🏵️🏵️🏵️ Ketulusan cinta dan kelembutan hati Sarah secara perlahan akhirnya mampu mengubah sikap Wisnu yang kasar dan egois. Laki-laki itu kini makin menunjukkan perhatiannya kepada wanita yang dulu sangat dia benci. Dia bahkan sering mengabaikan telepon Sandra. Kebencian itu tumbuh karena menganggap S
🏵️🏵️🏵️ Sejak kehamilan Sarah memasuki empat bulan, selera makannya berkurang. Wanita itu tampak kurus sekarang. Sudah sebulan lamanya, Sarah mengomsumsi nasi hanya beberapa sendok setiap makan bersama keluarga. Bu Siska sangat khawatir melihat keadaan menantunya tersebut. Wanita paruh baya itu meminta Wisnu agar memberikan karbohidrat selain nasi untuk Sarah. Wisnu pun menyanggupi permintaan ibunya. Wisnu meminta Sarah mengonsumsi roti dan memperbanyak makan buah. Sarah pun berusaha menuruti permintaan suaminya walaupun kadang tetap muntah. Wisnu ingin anak dan istrinya tetap sehat-sehat saja. Dia juga merasa kasihan melihat wanita yang kini sedang mengandung anaknya tersebut terlihat lemas. “Badan kamu panas!” Wisnu terkejut merasakan tubuh Sarah panas setelah bangun tidur pagi ini. “Iya, Mas. Dari semalam bawaannya lemas banget.” Sarah pun memilih duduk dari rebahan. “Kenapa kamu nggak bilang? Kamu baring aja lagi.” Akhirnya Sarah kembali berbaring. Wisnu segera keluar dari
🏵️🏵️🏵️ Sarah kini merasa menjadi wanita paling beruntung. Setelah sekian lama, akhirnya Wisnu bersedia mengakui calon bayinya sebagai anaknya, padahal selama ini, Sarah selalu dimarah jika dia mengakui bayi yang belum lahir itu sebagai anaknya. Wanita itu sangat bersyukur melihat perubahan sikap suaminya. Dia tidak menemukan lagi sisi kasar Wisnu sekarang. Namun, satu hal yang belum dapat Sarah lakukan hingga saat ini, mengubah perasaan laki-laki itu agar melupakan Sandra. Cinta tulus dan kesetiaan yang Sarah berikan kepada Wisnu belum mampu menembus dinding hati laki-laki itu. Sarah tidak tahu sampai kapan dirinya akan tetap bersabar menerima kenyataan hubungan yang terjalin antara Wisnu dan Sandra. “Anak kita, Mas?” Sarah ingin memastikan apa yang dikatakan suaminya. “Iya. Kenapa?” Wisnu tampak heran melihat Sarah. Dia seolah-olah tidak mengerti apa maksud ucapan wanita itu. “Mas nggak marah lagi kalau saya mengatakan anak ini sebagai anak saya?” Sarah mengusap-usap perutnya
🏵️🏵️🏵️ Wisnu tidak mengerti dengan hatinya saat ini. Di satu sisi, dia tidak ingin menyakiti Sandra. Namun, di sisi lain, laki-laki itu merasa tidak tega setelah mengetahui apa yang Sarah rasakan selama ini. Baginya, ini merupakan dilema yang sangat besar. Pria tampan itu memandang wajah wanita yang kini mengandung anaknya. Wisnu sadar dengan apa yang telah dia lakukan selama ini terhadap Sarah. Dia selalu melampiaskan semua kekesalah dalam hatinya kepada sang istri. Kepergian Sandra tanpa kabar, telah menumbuhkan kebencian di hati Wisnu untuk kaum Hawa. Apalagi kedua orang tuanya meminta laki-laki itu agar segera memiliki keturunan hingga akhirnya harus menikahi Sarah, wanita yang tidak dia cintai kala itu. Akan tetapi, apa yang Wisnu rasakan kini terhadap Sarah sungguh jauh berbeda. Benih-benih cinta mulai tumbuh di hati laki-laki itu sejak sang istri mengandung anaknya. Wisnu tidak mampu menepiskan pesona yang terpancar dari calon ibu anaknya. “Saya mau muntah, Mas.” Sarah t
🏵️🏵️🏵️ “Dia udah siuman, Mih. Tadi pingsan karena mengaku sesak aja.” Pak Wildan memberikan penjelasan kepada istrinya. Bu Siska pun langsung duduk di tepi tempat tidur, lalu memegang tangan Jessy. Wanita paruh baya itu melihat ada kesedihan terpancar dari wajah putrinya. Dia tidak mengerti kenapa gadis tersebut akhir-akhir ini bersikap aneh. “Kamu kenapa, Sayang? Kamu sakit?” Bu Siska memegang dahi Jessy. Anak bungsunya tersebut hanya menggeleng. “Biarkan dia istirahat, Mih.” Pak Wildan memberikan pengertian kepada istrinya. “Tapi Mami juga pengen tahu kenapa anak kita sampai pingsan, Pih.” Bu Siska masih menunjukkan kekhawatirannya. “Kita kasih waktu untuk dia, Mih. Sepertinya dia belum bersedia untuk cerita. Tadi Papi udah coba tanya, dia hanya bilang karena merasa sesak.” Pak Wildan menyampaikan apa yang Jessy ucapkan tadi kepadanya. Bu Siska akhirnya mengikuti saran Pak Wildan. Dia berusaha untuk tidak memaksa Jessy memberikan penjelasan saat ini. Namun, satu hal yang me
🏵️🏵️🏵️ “Maaf, Mas. Saya hanya ingin menghargainya karena dia lebih tua dari saya.” “Saya udah sering ngingetin kamu, tapi tetap aja nggak ngerti. Padahal kamu itu cerdas.” “Saya minta maaf, Mas.” Sarah pun tiba-tiba menitikkan air matanya. Sejak usia kehamilannya memasuki empat bulan, Sarah tidak mampu melawan perasaannya yang jauh berbeda dengan sebelumnya. Dia lebih mudah sedih jika hatinya tersakiti. Sudah sebulan lamanya, wanita tersebut bersikap seperti itu. “Nangis lagi. Kenapa kamu secengeng ini sekarang?” Wisnu pun mengusap air mata Sarah. Sarah tidak memberikan respons sama sekali. Dia beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi. Dirinya ingat belum mandi sejak bangun tidur tadi. Dia juga ingin menenangkan hati dan pikiran. Wisnu bingung melihat sikap yang ditunjukkan istrinya, padahal dia baru saja merasa kagum melihat ketegaran Sarah selama ini, tetapi wanita itu tiba-tiba menunjukkan tingkah yang berbeda dari bayangannya. Wisnu menyadari adanya perubahan sikap
🏵️🏵️🏵️ “Saya Aliyah dan ini anak saya, Ayu.” Wanita yang mengaku bernama Aliyah itu mengulurkan tangannya kepada Wisnu. Laki-laki itu pun menerima jabatan tersebut. “Mari bicara di dalam.” Wisnu menunjuk ke arah pintu rumahnya. “Maaf, kita ngobrol di sini aja. Saya tidak lama, Pak.” Aliyah menolak tawaran Wisnu. Wisnu akhirnya mengikuti kemauan wanita itu, mereka pun duduk di teras. Wisnu merasakan sesuatu yang aneh setelah melihat wajah tamunya. Aliyah tiba-tiba mengeluarkan bening kristal dari pelupuk matanya. “Maaf, Ibu kenapa menangis?” tanya Wisnu penasaran. “Hati saya sakit karena perbuatan Jessy, Pak.” Aliyah menyebut nama adik Wisnu. “Ada apa dengan adik saya, Buk?” Wisnu kembali bertanya. “Dia telah bermain api dengan suami saya, Pak.” Wajah Wisnu tampak berubah setelah mendengar pengakuan Aliyah. “Maksud Ibu?” “Jessy memiliki hubungan spesial dengan suami saya yang juga merupakan direktur di kantor yang sama dengannya. Dia tidak memiliki perasaan sesama perempuan
🏵️🏵️🏵️ “Walaupun dulu Mas selalu kasar sama saya, tapi saya tetap bangga menjadi istri Mas.” “Saya merasa menjadi wanita paling beruntung karena dinikahi pria tampan seperti Mas. Saya nggak pernah menyesal hidup bersama Mas, walaupun pernikahan kita berawal dari sebuah janji.” “Janji itu telah menyadarkan saya kalau Mas suami idaman saya. Mas tetap yang terbaik.” “Bangun, Mas. Apa Mas nggak ingin merasakan keberadaan calon anak kedua kita?” Sarah mendekatkan tangan Wisnu ke perutnya. “Rasakanlah keberadaan anak kita, Mas. Dia sama seperti Wira, sangat membutuhkan papanya.” Wisnu belum memberikan respons sedikit pun. Sarah akhirnya membenamkan wajahnya ke dada sang suami tercinta. Dia belum mampu membendung air matanya agar tidak jatuh. Wanita itu sangat takut karena setelah beberapa menit berlalu, Wisnu masih terdiam sama seperti saat dirinya baru tiba di ruangan itu. “Kamu kenapa, Sayang?” Sarah terkejut mendengar suara Wisnu. Dia pun segera mengangkat wajah dari dada laki-
🏵️🏵️🏵️ “Salah satunya Kevin, yang sekarang jadi adik ipar kita. Terus, Reno. Karyawan-karyawan di kantor. Satu lagi ... kata Tasya teman satu sekolah kalian.” Wisnu menyebutkan orang-orang yang mengagumi istrinya sambil meruncingkan bibir. “Itu nggak benar, Mas.” “Itu kenyataan, Sayang. Tapi nggak masalah. Toh, yang berhasil milikin kamu hanya aku. Kamu menyerahkan diri seutuhnya hanya padaku.” Wisnu pun turut berbaring di samping Sarah lalu memeluk wanita itu. Wisnu kini menyadari bahwa hidup bersama Sarah merupakan anugerah terindah untuknya. Walaupun laki-laki itu awalnya menolak perasaannya untuk Sarah dan yakin hanya mencintai Sandra, tetapi pada kenyataan saat ini, dia justru bersatu dengan wanita yang dulu sangat dia benci tersebut. 🏵️🏵️🏵️ Keesokan hari .... Setelah Wisnu dan ayahnya berangkat ke kantor, Sarah kembali mengalami mual seperti kemarin. Namun kali ini, rasa itu muncul lebih sering dari sebelumnya. Sarah pun menyerahkan Wira kepada sang ibu mertua lalu
🏵️🏵️🏵️ “Ada perlu apa ke sini?” tanya Wisnu dengan nada tegas. Sarah bingung melihat sikap sang suami. Dia juga tidak mengenal pria yang kini ada di depannya. Laki-laki yang merupakan tamu di rumah Wisnu itu pun segera berdiri, kemudian menyerahkan sepucuk surat kepada masa lalu istrinya tersebut. Wisnu awalnya tidak memberikan respons, tetapi karena mendapat isyarat dari Sarah, dia akhirnya menerima surat itu. “Itu mewakili permintaan maaf Sandra. Semoga kalian bersedia memaafkan almarhumah istri saya.” Wisnu kembali terkejut mendengar pengakuan laki-laki yang berdiri di depannya. Wisnu pun akhirnya mulai membaca surat yang telah dia terima. Sebelumnya, dia meminta asisten rumah tangga membawa Wira memasuki rumah. Isi surat itu menjelaskan bahwa Sandra meminta maaf atas apa yang pernah dia lakukan. Sandra mengaku tidak pernah memiliki niat sedikit pun untuk mengusik kehidupan rumah tangga Wisnu. Tujuan wanita itu hanya satu, dia berharap agar Wisnu menyadari perasaannya terhad
🏵️🏵️🏵️ “Sebelum mereka jadian, Reno mengatakan langsung padaku kalau dia mencintaimu. Saat itu, aku sangat marah padanya.” Wisnu kembali memberikan penjelasan kepada Sarah. “Saya berharap semoga hubungan kalian kembali akur seperti dulu lagi.” Sarah berharap agar keharmonisan antara Wisnu dan Reno kembali terjalin. “Iya, Sayang. Itu pasti.” “Terus, cowok yang ngantar saya ke kampus waktu magang namanya Rey. Dia udah sering ngungkapin perasaannya, tapi selalu saya tolak.” “Terima kasih karena kamu menolaknya. Berkat penolakan itu, akhirnya gadis ingusan yang telah bersemayam dalam hatiku, kini mendampingi hidupku. Aku sangat mencintaimu, Bidadariku.” Wisnu pun mencium puncak kepala Sarah. “Kenapa Mas kembali menyebut saya anak ingusan?” Sarah sedikit kesal terhadap Wisnu. “Eh, ternyata sekarang bukan anak ingusan lagi, tapi udah punya anak. Anaknya sekarang berusia empat bulan. Tampan banget.” Wisnu menyunggingkan senyumnya. Wisnu sangat bahagia karena dirinya telah berhasil
🏵️🏵️🏵️ “Nanti aku pasti ceritakan.” Wisnu mencium tangan istrinya. “Aku mandi dulu, ya, Sayang.” Wisnu pun beranjak menuju kamar mandi. Rasa penasaran akhirnya menghampiri Sarah. Wanita itu merasa kalau Wisnu kini menyembunyikan sesuatu. Namun, Sarah berusaha untuk yakin kalau sesuatu yang belum dia ketahui saat ini, bukan hal serius yang akan mengusik kehidupan rumah tangganya bersama Wisnu. Sarah juga yakin kalau Wisnu yang dulu dan sekarang sangat berbeda. Dia percaya kalau sang suami benar-benar telah berubah dan kini sangat mencintai istri dan anaknya. Sarah berusaha berpikiran positif. 🏵️🏵️🏵️ Hari ini, keluarga Wisnu tampak sangat bahagia. Pak Wildan dan Bu Siska sangat bersyukur karena putri bungsu mereka telah menemukan sang pujaan hati. Dia tidak lain adalah Jessy. Wajah wanita itu terlihat berseri-seri bersanding dengan Kevin di pelaminan. Wisnu dan Sarah menghampiri pasangan yang baru resmi menjadi pasangan suami istri tersebut. Wisnu tidak pernah menyangka bahwa
🏵️🏵️🏵️ “Saya nggak apa-apa, Mas?” Sarah tetap tidak ingin memberikan jawaban yang sebenarnya. Wisnu pun melepas pelukan lalu menangkupkan tangannya di kedua pipi Sarah. “Kalau memang nggak apa-apa, kenapa kamu nangis?” “Ini tangis bahagia, Mas.” Sarah menunduk karena tidak kuasa memandang wajah sang suami. “Aku perhatiin sejak kamu sadar, kamu tidak berani menatapku. Kamu lebih sering menunduk dan kadang memalingkan muka. Ada apa?” “Nggak apa-apa, Mas. Maaf, saya mau mandi dulu.” Sarah pun mengalihkan pembicaraan. “Dari tadi jawaban kamu itu aja. Kamu bersikap seolah-olah ingin menutupi sesuatu dari suamimu.” “Nggak, Mas. Maaf, saya mau mandi.” Sarah menggeser posisi lalu turun dari tempat tidur. Sebelum wanita itu melangkah, Wisnu pun meraih tangannya. “Tunggu, Sayang. Kita mandinya bareng.” Sarah terkejut mendengar keinginan Wisnu. “Nggak, Mas.” Sarah segera menarik tangannya dari genggaman Wisnu lalu masuk kamar mandi. Dia tidak pernah menyangka akan mendengar permintaa
🏵️🏵️🏵️ “Terima kasih, Mas,” ucap Sarah kepada Wisnu. Wanita itu berusaha memalingkan wajah karena canggung. “Terima kasih untuk apa, Sayang?” Sarah terbuai mendengar kelembutan yang keluar dari mulut sang suami. Sarah akhirnya memberanikan diri untuk menyampaikan apa yang tersimpan dalam hatinya kepada Wisnu. “Terima kasih atas perhatian Mas.” “Sudah sepantasnya aku melakukan ini sejak dulu. Aku beruntung memiliki istri seperti dirimu yang sangat sabar menghadapi sikapku. Maaf karena aku baru menyadarinya setelah kehamilan kamu berjalan beberapa bulan. Kamu hebat, Sayang. Kamu sukses membuka hatiku untuk mencintaimu.” Wisnu mengusap pipi Sarah. Sarah tidak sanggup memandang wajah Wisnu. Wanita itu kembali menunduk karena merasa malu setelah kembali mendengar kalimat cinta dari mulut sang suami. Sarah masih belum percaya sepenuhnya dengan apa yang dia saksikan saat ini. Laki-laki yang dulu sangat kasar dan pernah Sarah benci ketika masih menjalankan pratik kerja lapangan, kini
🏵️🏵️🏵️ Ketakutan makin menghantui pikiran Sarah. Dia bahkan berharap tidak ingin bertemu Wisnu lagi, asalkan dirinya tetap bersama dengan sang buah hati. Bagi Sarah, anak yang kini berada di dekatnya adalah pengobat hati. Sarah tidak berharap agar Wisnu menerima dirinya sebagai istri yang diinginkan karena dalam pikiran wanita itu, sang suami hanya mencintai Sandra. Sarah merasa tidak mampu merebut hati suami tercinta dari Sandra. Hanya satu hal yang Sarah harapkan saat ini, tidak dipisahkan dengan anak yang telah dia lahirkan. Sarah tidak peduli jika dirinya harus diusir dari rumah Wisnu, yang penting tetap berada di dekat sang buah hati. “Saya mohon, Mas. Jangan pisahkan saya dengan anak saya. Mas bisa mendapatkan keturunan dari wanita yang Mas cintai.” Sarah makin takut setelah Wisnu duduk di sampingnya. Dia membelakangi laki-laki itu. “Kenapa kamu mikirnya seperti itu? Siapa yang berniat misahin kamu dan anak kita?” Wisnu memegang pundak istrinya. “Mas pernah mengucapkan k
🏵️🏵️🏵️ Sarah dengan polosnya tetap tidak mengerti maksud dari ucapan Wisnu. Dia justru yakin bahwa sang suami yang telah dia cintai hanya memikirkan Sandra. Pikiran seperti itulah yang telah menyebabkan dirinya tertekan hingga mengalami koma setelah melahirkan buah hati tercinta. Sarah tidak tahu bahwa saat hari dia ingin melarikan diri dari rumah Wisnu, sang suami sudah yakin akan segera mengakui perasaan cinta untuknya. Namun, kadang kenyataan tidak seindah harapan. Sebelum Wisnu mengungkapkan cinta kepada Sarah, wanita itu justru mengalami musibah hingga tidak sadarkan diri. Wisnu merasa menyesal karena tidak mengakui apa yang dia rasakan dari awal terhadap Sarah. Sekarang, laki-laki itu tetap berharap agar dirinya dan sang istri beserta sang buah hati kembali bersatu menjadi keluarga utuh yang sangat bahagia. Lamunan Wisnu buyar seketika setelah mendengar nada panggilan masuk dari ponselnya. Dia pun meraih benda pipih itu dari saku kemejanya. Ternyata telepon daru dokter yan