Home / Romansa / Jerat Gairah Paman Kekasihku / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of Jerat Gairah Paman Kekasihku: Chapter 181 - Chapter 190

279 Chapters

Bab 181 - Menua Bersama ...

“Ayo masuk,” ajak Stevan dengan wajah semringah sambil meraih tangan Elisa. Akan tetapi, wanita itu justru terpaku seolah kedua kakinya terpancang di sana. Tak bisa digerakkan sejengkal pun. Senyum di wajah Stevan menghilang. Dia mengurungkan langkahnya dan terpaksa berbalik badan demi menatap lekat-lekat wajah Elisa. “Ada apa? Apa kau tidak suka dengan tempat ini?” Tatapan Elisa terarah pada sang suami sebelum menatap private resort bergaya klasik di hadapannya. Rasa gelisah yang sebelumnya berhasil diatasi selama perjalanan, sekarang datang kembali. Alih-alih menjawab, Elisa justru menundukkan kepala, menatap hamparan pasir di bawah kakinya. Genggaman jemarinya di tangan Stevan semakin erat meski terasa sedikit basah karena berkeringat. ‘Dia kenapa?’ batin Stevan berusaha mencari ide untuk menenangkan Elisa. Saat itulah matanya menatap hamparan pasir putih yang memanjang ratusan meter ke depan sana. Suara ombak yang menabrak karang menjadi irama yang terdengar di telinga. “Ay
last updateLast Updated : 2023-11-09
Read more

Bab 182 - Malam yang Luar Biasa

WARNING! ADULT CONTENT“Aku benar-benar terkejut dengan yang kamu lakukan tadi, Steve,” ujar Elisa sambil berbalik badan, menatap pria yang saat ini tengah menutup pintu di belakang tubuhnya.“Tentu saja kau harus terkejut, itulah fungsinya kejutan.”Elisa tersenyum, mencubit pinggang sang suami yang kali ini hanya terlapisi kaus lengan pendek warna hitam. Blazer yang sebelumnya dipakai saat makan malam, sekarang teronggok di atas kursi sofa, dilemparkan dua-tiga detik yang lalu.“Aww, sakit!”“Terus saja menggodaku sampai aku jengkel dan menghukummu lagi seperti ini.”Stevan terkekeh, mendekati Elisa dan langsung meraih pinggang istrinya ke dalam dekapan.“Kau pikir hanya kau yang bisa menghukumku, Sayang?” Seringai miring di sudut bibir Stevan membuat senyum di wajah Elisa luruh separuhnya, bercampur gugup dan jantung yang mulai berdegup kencang. Tiga kali lebih cepat dibandingkan saat normal.“Kau tidak mungkin lupa, aku hampir terkena serangan jantung saat mendengar kau akan menola
last updateLast Updated : 2023-11-10
Read more

Bab 183 - Mencuri Kesempatan

“Stevan, seluruh badanku rasanya sakit sekali,” keluh Elisa sambil meraba kasur di sebelahnya. Namun, dia tidak mendapati sang suami di sana. Mau tak mau, hal itu memaksanya membuka mata.Benar saja, Stevan tidak ada.“Di mana dia?” gumam Elisa sambil menoleh ke sekitar kamar. Alih-alih menemukan Stevan, Elisa justru dibuat tidak bisa berkata-kata saat mendapati begitu banyak tanda cinta yang pria itu tinggalkan di dada hingga puncak lehernya. Sebuah cermin full body yang menunjukkannya.“Astaga! Kenapa banyak sekali?!”Elisa bergegas membenahi piyama tidurnya yang belum terkancing seluruhnya. Stevan hanya memasang dua kancing terbawah saja, membuat bagian dadanya terbuka.“Apa dia masih melanjutkannya saat aku sudah tertidur? Padahal aku yang sedang hamil, kenapa hormonnya yang tak terkendali seperti itu?!”Sekali lagi Elisa mengeluh, mengingat betapa buasnya seorang Stevan Wijaya semalam. Setelah dimanjakan selama berjam-jam dengan menerima servis khusus darinya, nyatanya menjelang
last updateLast Updated : 2023-11-13
Read more

Bab 184 - Apa yang Kau Lakukan?!

“Stevan, apa yang … kamu lakukan?!” Elisa sampai harus menjeda kalimatnya saat jemari Stevan mulai lancang di bawah sana. Satu hal yang membuat Elisa hanya bisa meremas kaus sang suami tanpa bisa menghentikannya.Stevan terkekeh, melihat wajah tegang Elisa yang baginya tampak begitu menggemaskan.“Bukankah kau yang menggodaku terlebih dahulu?”Elisa sudah membuka mulutnya, bersiap menyangkal tuduhan itu. Namun, perlakuan Stevan yang mengecup ceruk lehernya membuat dia tidak bisa berkata-kata. Belum lagi dua jari yang mulai mengobrak-abrik pertahanannya. Itu benar-benar membuat Elisa pasrah. Da menikmati semua perlakuan Stevan yang begitu lembut. Wanita hamil itu bahkan tidak bisa menolak saat Stevan meminta izin untuk mulai menikmati hidangan utama.Di saat yang sama, terpisah ribuan kilometer dari Elisa dan Stevan yang sedang memadu cinta, gelora asmara juga menyelimuti seorang pria. Sedari tadi matanya tak lepas memandangi potret wanita yang terlelap di bawah selimut.“Cantik, kena
last updateLast Updated : 2023-11-13
Read more

Bab 185 - Dilema Sang Casanova

“Papa?!” Bersama Clara memanggil pria itu, Alex juga gegas berdiri dan membalik tubuhnya. Seorang pria dengan tongkat di tangan kanan mendapatkan atensi penuh darinya. Rahang kokoh dengan sebagian rambut yang mulai memutih membuat Alex merasa segan. “Clara, benahi pakaianmu!” Suara menggelegar pria 55 tahun itu membuat Clara mengerjap matanya beberapa kali sebelum menunduk demi memindai penampilannya sendiri. Dua kancing teratas kemejanya sudah terbuka, buah perbuatan Alex yang tak pernah disadarinya. Detik berikutnya, Clara segera berbalik badan dan lari ke kamar mandi yang ada di dalam ruang kerjanya setelah melayangkan satu tatapan tajam pada Alex. Ada sorot kemarahan yang tampak di sana, merasa Alex sudah kelewatan padanya. “Astaga, apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini?!” keluh Clara saat menatap tampilan wajahnya di depan cermin. Lipstik merah delima di bibirnya meleber ke mana-mana. Dan yang paling parah, bagaimana kemejanya bisa terbuka seperti itu? “Apa yang dia laku
last updateLast Updated : 2023-11-14
Read more

Bab 186 - Pregnancy Photoshoot 

“Sudah cukup bermalas-malasannya, Sayang. Ayo bangun.” Stevan menepuk-nepuk pipi Elisa, berharap wanita itu segera membuka mata. Saat Stevan kembali ke kamar setelah mengambilkan air minum, dia mendapati istri kesayangannya kembali rebah di atas ranjang.“Aku masih mengantuk, Steve. Biarkan aku tidur sepuluh menit saja.”“Kau bisa tidur siang nanti, tapi tidak sekarang. Ayolah.”“Hanya lima menit. Diamlah sebentar.” Elisa masih coba membujuk, menjauhkan tangan Stevan dari pipinya.“Kau mau tubuhmu jadi gemuk karena tidur setelah sarapan? Setidaknya beri jeda dua jam setelah makan kalau kau mau tidur.”Elisa acuh tak acuh, tetap memejamkan mata setelah membalik badannya jadi membelakangi sang suami. Hari ketiga di resort privat itu, tubuhnya benar-benar hampir tidak pernah berhenti ‘dipakai’ oleh Stevan.Pria itu tidak mengenal pagi, siang, sore, apa lagi malam. Saat keinginannya datang, Elisa harus meladeninya. Entah di kamar, ruang tengah, bahkan dapur. Terakhir kali, mereka bahkan m
last updateLast Updated : 2023-11-15
Read more

Bab 187 - Surprise untuk Elisa

 Elisa berjalan gelisah ke sana kemari. Kata-kata Stevan sore tadi sungguh membuatnya overthinking.“Apa dia belum puas ‘mengunjungi’ anak-anaknya dua hari terakhir sampai membuatku kelelahan seperti ini? Kenapa nanti malam masih mau melakukan ‘itu’ juga? Apa dia seorang maniak?!”Segelas air putih membasahi kerongkongan Elisa, membuat dahaganya sedikit terobati. Namun, hatinya tetap belum bisa tenang. Terlebih, sekarang dia tidak tahu di mana Stevan berada. Saat dirinya keluar dari kamar mandi, tidak ada siapa pun di kamar mereka.Semburat sinar matahari di ufuk barat membuat Elisa terpaksa menghentikan langkahnya, berdiri di dekat jendela dan menatap lukisan Tuhan yang tidak ada duanya itu. Satu ketenangan menyusup di dalam hatinya, mengagumi be
last updateLast Updated : 2023-11-16
Read more

Bab 188 - Sandiwara Atau Bukan?

“Terima kasih untuk semuanya, Steve.” Elisa menghadiahkan satu kecupan mesra di pipi Stevan saat keduanya duduk di ruang tunggu bandara.“Hanya terima kasih saja?”“Memangnya apa lagi? Bukankah aku sudah memberikan semuanya untukmu? Dari ujung kaki hingga kepala, tidak ada yang kamu lewatkan? Kalau aku tidak bersikeras menghentikanmu, mungkin kita masih ada di resort sekarang!” balas Elisa sambil mencubit perut sang suami.Pria yang saat ini tengah meringis kesakitan itu tak bisa membantah. Dia memang menghabiskan sesi singkat sebelum akhirnya keluar dari penginapan privat yang sudah mereka tempati seminggu ke belakang.“Kenapa waktu cepat sekali berlalu, ya? Padahal aku masih ingin menghabiskan waktu berdua denganmu.”Stevan mengambil jemari Elisa dan mencium punggung tangannya dengan mesra.“Nanti kita masih bisa menghabiskan waktu di rumah. Kamu sudah terlalu lama meninggalkan perusahaan, takutnya Mario butuh bantuan. Kamu bahkan sengaja mematikan ponsel. Bagaimana kalau ada hal me
last updateLast Updated : 2023-11-19
Read more

Bab 189 - Menunggu Saat yang Tepat

“Kau pikir aku percaya?” Stevan tersenyum miring, membuang muka sambil terkekeh. “Aku bukan anak kecil yang bisa kau bodohi, Lex. Dan tentang Clara, sama sekali bukan urusanku.” Stevan berdiri, berniat mengakhiri percakapan mereka.“Tunggu, Paman!”“Apa lagi?” Satu alis Stevan naik, menatap Alex yang ikut berdiri dan mencegah kepergiannya. “Sadarkah kau betapa cerobohnya dirimu karena mengungkap rahasia buruk ayahmu?”Alex tertegun, mencoba mengingat apa saja yang dia katakan sebelumnya.“Tanpa kau ungkap pun, aku tahu ayahmu yang licik itu sedang merencanakan satu kejahatan.”“Paman, aku—”“Suasana hatiku sedang cukup baik sekarang. Jika kau pergi dan bersumpah tidak akan mengusik Elisa lagi, aku akan membiarkanmu dan ayahmu berbuat semau kalian. Aku bisa pura-pura tidak melihat kejahatan itu. Bahkan, tidak masalah jika aku kehilangan sebagian rekan bisnisku. Sama sekali bukan masalah untuk Wijaya Group.”“Paman!” Alex berseru, menyela Stevan yang semakin menunjukkan sikap ketidakped
last updateLast Updated : 2023-11-21
Read more

Bab 190 - Hal yang Mencurigakan

“Apa yang sedang kamu lakukan? Rapat akan segera dimulai.”Suara Gunawan Hendradinata, ayah Clara, menggema, membuat Alex menutup rapat-rapat, berusaha tidak bersuara. Jika pria itu tahu putri semata wayangnya sedang melakukan panggilan video dengannya, akan semakin rumit nantinya.“Masih ada sedikit pekerjaan, Pa. Beri aku waktu lima menit,” jawab Clara sambil menyunggingkan senyum kaku, berusaha meredam detak jantung yang berdetak dua kali lebih cepat dibandingkan biasanya.“Ingat, pertemuan dengan klien kali ini tidak boleh gagal. Mereka sudah datang jauh-jauh, awas saja kamu tidak berhasil membuat kesepatakan dengan mereka.”“Aku tahu, Pa. Aku tidak akan mengacaukannya lagi seperti kemarin.”“Bagus kalau kamu tahu!”Suara pintu kaca yang tertutup membuat Alex bisa bernapas lega. Meski hanya layar gelap yang terlihat di ponselnya, dia yakin Gunawan sudah pergi dari ruangan Clara.“Pria itu berharap terlalu banyak dan selalu menekan Clara. Dia bahkan tidak peduli putri kesayangannya
last updateLast Updated : 2023-11-22
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
28
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status