Home / Romansa / Jerat Gairah Paman Kekasihku / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Jerat Gairah Paman Kekasihku: Chapter 161 - Chapter 170

279 Chapters

Bab 161 - Stevan Mau Apa?!

Perlakuan ramah maupun sikap hangat pemilik butik tak serta merta membuat perasaan Elisa membaik. Dia kehilangan selera saat diminta memilih gaun. Di sisi lain, Stevan memakai jas miliknya dan menyambar paper bag yang beberapa kali berhasil menyita perhatiannya. Satu hadiah khusus untuk sang istri tercinta. “Aku tidak akan kembali sampai sore nanti. Jika ada kepentingan mendesak, kau handle saja sebisamu. Aku harus menemui Elisa sekarang. Dia menungguku.” Mario tidak bisa berkomentar apa pun. Jelas-jelas dia masih mengingat kalimat terakhir sebelum Stevan mematikan panggilan teleponnya dengan Elisa. Namun, sebagai bawahan yang patuh, Mario hanya mengangguk saja. Punggung Stevan menghilang tertelan pintu lift, meninggalkan Mario yang hanya bisa menggelengkan kepala. Jatun cinta benar-benar membuat seorang Stevan Wijaya berubah. Dia tidak lagi gila kerja, sesekali menjadi budak cinta Elisa Andara. Dengan kecepatan penuh, pria itu melajukan kendaraannya menuju butik tempat Elisa bera
last updateLast Updated : 2023-10-23
Read more

Bab 162 - Suami Iseng

“Jangan gila, Steve. Kita ada di butik!” cegah Elisa sambil mendorong tubuh Stevan dan membuat tautan bibir keduanya harus terlepas. Detik itu juga Elisa sedikit menjauh dari Stevan, menyambar gaun dan memakainya dengan cepat.“Elisa—”“Apa yang kamu lakukan?!” sela Elisa tanpa mau menatap wajah Stevan. Dia malu. Jika tangan maupun bibir Stevan dibiarkan, Elisa tidak yakin apa yang akan terjadi selanjutnya. Sorot mata pria itu menunjukkan dia tidak lagi peduli di mana mereka berada. Tempat tertutup itu memberikan privasi tersendiri.Elisa dengan dada naik turun menetralkan detak jantung sambil mengatur napas. Pipinya merona merah, ingin marah, tetapi sejujurnya dia juga menikmati perlakuan romantis Stevan. Hanya saja, dia heran kenapa Stevan bisa lepas kendali seperti itu?Tangan Elisa yang basah oleh keringat, gagal menaikkan zipper di bagian belakang gaunnya. Satu hal yang membuat Stevan menahan senyum. Elisa akan merengut jika mendapati dirinya tertawa terang-terangan.“Butuh bant
last updateLast Updated : 2023-10-24
Read more

Bab 163 - Makan Malam Bersama

Sapaan seorang wanita refleks membuat Stevan dan Elisa menoleh ke sumber suara. Tampak wanita enam puluhan dengan penampilan elegan berdiri tak jauh dari keduanya. Sosok penting yang memprakarsai pernikahan sang putra dengan menantu kesayangannya itu.“Mama?!” Binar bahagia membuat Elisa melupakan ponsel di tangan Stevan. Detik itu juga, dia berlari menghambur ke pelukan Renata. “Apa kabar, Sayang?”“Baik, Ma!”Menyuarakan rasa rindunya, Elisa kembali mendekap Renata setelah saling bertatap muka dua-tiga detik. Senyum hangat terukir di wajah kedua wanita berbeda usia itu, merasakan hati mereka buncah oleh rasa bahagia.Namun, hal yang sebaliknya justru tampak terjadi pada Stevan. Senyum maupun ekspresi semringah yang semula tampak di wajahnya, kini luruh tak bersisa. Rahangnya mengeras mengingat pertentangannya dengan wanita itu di pertemuan terakhir mereka.Ekor mata Renata menangkap tatapan dingin dari Stevan yang masih salah paham padanya. Dia beranggapan Renata berpihak pada Har
last updateLast Updated : 2023-10-24
Read more

Bab 164 - Tak Ingin Kamu Menyesal

Stevan lebih banyak diam dalam perjalanan pulang. Pria itu fokus memperhatikan jalanan di depannya, sama sekali tak menegur maupun bicara dengan Elisa yang sekarang duduk di sampingnya. Di kursi belakang, Renata juga tidak membuka mulutnya sama sekali. Hanya jemarinya yang sempat sibuk mengirim pesan melalui ponsel. Dia tidak ingin hubungan Elisa dan Stevan jadi semakin keruh karena kehadirannya. “Siapkan makan malam,” titah Stevan begitu berpapasan dengan Maria di ruang tengah. Tanpa menunggu jawaban dari wanita enam puluh tahunan itu, Stevan lebih dulu menaiki anak tangga dan masuk ke kamar pribadinya. Selain untuk membersihkan diri, dia juga butuh waktu untuk menenangkan kemelut di dalam hatinya. Di belakang sana, Elisa dan Renata saling pandang setelah sosok Stevan benar-benar menghilang dari pandangan. Keduanya menyadari suasana hati Stevan tidak begitu baik. Setelah semua pengorbanan yang Stevan lakukan, bahkan secara sengaja membuat kejutan dengan muncul di butik, Elisa jus
last updateLast Updated : 2023-10-25
Read more

Bab 165 - Belajar Memaafkan

“Steve,” panggil Elisa sambil membalik badannya, membuat pasutri itu saling berhadapan, “Kamu baik-baik saja?” tanya wanita yang saat ini menangkup rahang sang suami, menatap manik matanya lekat-lekat.Anggukan mantap terlihat sepersekian detik setelahnya, bersama dua tangan Stevan yang menangkap jemari istrinya.“Aku minta maaf karena—”“Aku juga minta maaf atas sikapku sebelumnya, Elisa,” sela Stevan sambil mengecup punggung tangan Elisa penuh rasa. “Aku kesal karena wanita … ah, maksudku Mama tiba-tiba datang dan mengganggu kita. Alih-alih mendapat perhatianmu, kau malah sibuk dengannya.”Elisa tersenyum bukan karena Stevan minta maaf atau memperlakukannya dengan manis, melainkan karena pria itu tidak lagi menyebut Renata dengan istilah ‘wanita tua’ seperti sebelumnya. Artinya, dia sudah mulai berdamai dengan dirinya sendiri.“Aku sadar itu sikap kekanak-kanakan yang menjengkelkan, tapi tetap saja aku tidak bisa mengenyahkannya begitu saja. Bisa dibilang aku mementingkan egoku send
last updateLast Updated : 2023-10-26
Read more

Bab 166 - Hey, Mau Kemana?

“Sayang,” panggil Stevan sambil membantu Elisa membereskan piring di meja. “Apa?!” jawab Elisa ketus, berlalu ke arah wastafel dan mulai memakai sarung tangan sebelum menghidupkan kran air.“Ayo naik.”Pipi Elisa bersemu merah. Dia tahu Stevan ingin mendapatkan haknya seperti sindiran Mama Renata.“Naiklah dulu. Aku akan menyelesaikan ini.” Tangan Elisa sigap membuang sisa makanan ke tempat sampah sebelum mengusap piring di tangannya dengan spon yang dipenuhi busa. Sebisa mungkin dia tidak menunjukkan rasa gugupnya.“Biarkan Maria yang membersihkannya atau mau kubantu?”“Tidak perlu. Aku bisa melakukannya send
last updateLast Updated : 2023-10-27
Read more

Bab 167 - Gara-gara Kran Air

“Bagian mana dari tubuhmu yang belum kulihat, Sayang? Kenapa harus malu?”Stevan mendekatkan diri ke arah Elisa dan melepas tali kimono di samping pinggang Elisa.“Aku akan membantumu memakainya.”Elisa menggeleng tegas, “Aku bisa memakainya sendiri,” ucapnya sambil mundur dua langkah ke belakang dan membelakangi Stevan. Satu hal yang membuat pria itu terkekeh lirih.“Kau itu istriku dan aku suamimu, Elisa. Jangan sungkan seperti orang asing begitu.”“Bagaimanapun juga aku malu, Steve. Sudahlah. Jangan menggodaku lagi atau aku akan marah. Perasaanku memburuk gara-gara kran air itu. Padahal sebelumnya baik-baik saja. Kenapa sekarang rusak?!” gerutu Elisa sambil mengem
last updateLast Updated : 2023-10-27
Read more

Bab 168 - Cemburu di Pagi Hari

“Jam berapa ini?” gumam Elisa saat merasakan embusan angin dingin di tengkuk, menyadarkannya dari tidur lelap sejak berjam-jam yang lalu. Tatapannya tertuju pada jam digital di atas nakas yang menunjukkan pukul empat pagi. Aroma lavender menyapa hidung, membuat Elisa tersadar akan satu hal. Ada rasa asing saat menatap tirai warna hitam yang tergantung di jendela. Itu bukan kamarnya! “Mulai sekarang, tinggallah di sini bersamaku, Elisa,” pinta Stevan sambil mendekap tubuh polos Elisa setelah napasnya kembali teratur. Saat itu, keduanya baru saja menyelesaikan urusan nafkah batin masing-masing untuk ke sekian kalinya. Di depannya, Elisa masih memejamkan mata, tak mengiyakan maupun menyangkalnya. Milik Stevan masih tenggelam di bawah sana, membuatnya merasa begitu penuh. Meski beberapa menit telah berlalu, agaknya Stevan belum berniat menarik diri. “Elisa, kenapa diam saja? Kau mau kan tidur denganku setiap hari setelah ini?” Mata indah Elisa yang sempat tertutup cukup lama, sekarang
last updateLast Updated : 2023-10-30
Read more

Bab 169 - Tamu Tak Diundang

Stevan terkekeh, secara tidak langsung membenarkan ucapan Elisa dan melepaskan pinggang wanita itu dari rengkuhan jemarinya. “Ayo, kita harus bergegas,” cetus Stevan sambil melirik arloji di tangan sebelah kiri. Bersamaan dengan itu, Elisa membalik tubuhnya dan mulai memakaikan dasi di leher sang suami. “Jadi, aku boleh pergi kan? Aku sudah menuntaskan keinginanmu, seharusnya tidak ada alasan kamu menahanku.” “Apa aku boleh ikut?” balas Stevan dengan wajah tanpa dosa, membuat Elisa gemas dan refleks memukul dada bidang suaminya sambil tertawa. Dia hanya bercanda. Keceriaan itu masih terlihat sampai meja makan. Mereka tak henti-hentinya bercanda, saling lempar senyum. Maria turut bahagia melihat kedekatan mereka. “Ayo berangkat. Aku akan mengantarmu ke kampus,” ajak Stevan sambil menggandeng tangan Elisa yang sesaat lalu membenahi posisi dasi di lehernya yang sedikit miring. Elisa mengangguk, berjalan di samping sang suami setelah meraih clutch bag. Langkahnya terasa begitu ringa
last updateLast Updated : 2023-10-30
Read more

Bab 170 - Tidak Bisa Mundur

“Apa yang terjadi, Steve? Apakah semuanya baik-baik saja?”Tampak jelas kekhawatiran di wajah Elisa. Kedatangan Harris bersama kabar buruk yang dibawanya, seharusnya membuat Stevan kesal. Bukan tersenyum-senyum sambil berbicara santai dengan Mario. Respons itu berbanding terbalik dengan situasi yang ada.“Apa?”“Perihal Harris.”“Ah, itu. Tidak perlu khawatir, Sayang. Semua aman terkendali.”Kening Elisa berkerut dalam, tidak bisa mengerti kenapa suaminya bisa menjawab demikian. Padahal saat di carport tadi, dia menghadiahkan bogem mentah untuk kakak tirinya. Bagaimana bisa sekarang semua baik-baik saja?“Kamu heran kenapa aku begitu tenang padahal sebelumnya seperti ingin menikam Harris?”Elisa mengangguk mantap.“Ini hanya urusan bisnis seperti biasa. Kita terkadang harus bermain tarik ulur seperti halnya saat menaikkan layang-layang. Tidak bisa selalu tegang, tapi juga tidak bisa membiarkannya terlalu bebas.”“Maksudnya?” Kepala Elisa miring ke sisi kanan, tidak bisa menangkap kesi
last updateLast Updated : 2023-10-31
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
28
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status