Home / Romansa / Jerat Gairah Paman Kekasihku / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Jerat Gairah Paman Kekasihku: Chapter 151 - Chapter 160

279 Chapters

Bab 151 - Jadi Sensitif

“Aku yang meminta Stevan merahasiakan kehamilan kembar itu, Elisa,” ucap Jasmine membuat tatapan Elisa teralihkan, tak lagi menuntut penjelasan dari sang suami yang masih dicengkeram kemejanya.“Karena ini kehamilan pertama, aku yakin ada begitu banyak kekhawatiran yang kamu rasakan. Itu sebabnya kami menyembunyikannya.”Elisa menyingkirkan tangan Jasmine yang masih menempel di perutnya meski pemeriksaan belum sepenuhnya selesai. Dia juga melepas kemeja Stevan begitu saja, tidak bisa menyembunyikan rasa kecewanya. Bahkan, sedikit mendorong bahu pria itu unjuk menjauh.“Suster, bisa berikan aku tisu?” pinta Elisa dengan suara lirih, tapi masih terdengar jelas oleh telinga perawat senior. Dengan sigap, wanita yang berusia hampir se
last updateLast Updated : 2023-10-18
Read more

Bab 152 - Lebih dari Nyawa Sendiri

PLAK!Persis seperti tiga bulan yang lalu, mangkuk di tangan tumpah ke pangkuan. Namun bedanya, dulu Elisa yang menjadi korban kemarahan Stevan, sekarang sebaliknya. Pria itu merasakan panas di pahanya. Sup ayam jahe itu tumpah dan mengenai sebagian besar tubuhnya.Elisa sedikit terkejut. Dia menyesal dan khawatir pada keadaan Stevan, tapi harga dirinya tidak mengizinkan dia meminta maaf. Stevan yang lebih dulu berbuat salah padanya!Sama seperti Elisa yang bersabar saat itu, Stevan memejamkan mata sambil menarik napas dalam.‘Karma benar-benar ada. Ini ganjaran untukku karena sudah bersikap buruk pada Elisa hari itu,’ bisik Stevan dalam hati. Sama sekali tak ada kemarahan yang ditunjukkan. Pria itu menatap istrinya dengan pandangan lembut. Bahkan, senyum mas
last updateLast Updated : 2023-10-18
Read more

Bab 153 - Tawaran dari Bocah Menyebalkan

“Dasar gila!” sengit Clara sambil menarik tangannya dari cengkeraman Alex. Matanya berkilat penuh amarah, berharap bisa menelan hidup-hidup pria di hadapannya. Sosok buas yang membuatnya terpuaskan, tapi juga pegal-pegal seluruh badan.“Ayolah, Honey. Aku—”“Jangan pernah memanggilku dengan sebutan itu. Menjijikkan!”Bukannya berhasil menemui Stevan, Clara justru bertemu Alex yang membuat mood-nya semakin jelek. Tampang bodoh pria berusia seperempat abad itu membuatnya muak. Bayang-bayang kejadian semalam gagal dienyahkan dari pikirannya. Jantungnya justru berdegup kencang, ingin mengulanginya.‘STOP IT, CLARA?! ARE YOU CRAZY?!’ batin Clara saat pikirannya kembali teringat bahwa dirinya begitu terpuaskan semalam.
last updateLast Updated : 2023-10-19
Read more

Bab 154 - Tujuan Baru

“Kamu mengancamku, hah?!” tantang Clara, menaikkan dagu untuk menatap Alex yang sepuluh sentimeter lebih tinggi darinya. “Kamu pikir aku takut pada anak kecil sepertimu? Semua yang kamu pakai itu pemberian ayah dan nenekmu. Bagian mana yang bisa kamu banggakan?!”Alex tak menjawab, memasang telinga dan matanya baik-baik. Dia menikmati amukan Clara dan semua hinaan yang diucapkan. Baginya, wanita itu terlihat begitu menggemaskan dan lucu. Tidak ada orang yang berani menceramahinya panjang lebar kecuali Harris dan Shana.“Kamu tahu? Aku benar-benar muak melihat wajahmu. Jangan pernah bermimpi untuk memilikiku karena aku hanya tertarik pada Stevan. Kamu tidak ada apa-apanya dibandingkan pamanmu itu, hey, Anak Kecil. Dia begitu sempurna. Sosok yang tepat untukku!”“Ah, jadi kamu
last updateLast Updated : 2023-10-19
Read more

Bab 155 - Peringatan dari Stevan

 “Sial!” umpat Clara sambil menuruni anak tangga pendek di luar gedung pencakar langit bertuliskan Wijaya Group. Punggung tangannya berkali-kali menghapus jejak bibir Alex yang seolah tidak bisa dihilangkan bagaimanapun caranya.“Anak kecil itu mengerjaiku, membuatku hampir gila rasanya!”Gemeletuk heels Clara menyentuh lantai dengan keras, menarik perhatian beberapa orang yang kebetulan berpapasan. Namun, wanita itu tidak peduli. Rasa kesal di hatinya lebih besar dari rasa malu maupun image yang perlu dijaga.Selain gagal bertemu Stevan, Clara justru sudah mempermalukan dirinya di depan Alex yang notabenenya tidak pernah masuk dalam perhitungan masalah asmara.“Aku pasti sudah gila karena menikmati ciumannya!”
last updateLast Updated : 2023-10-20
Read more

Bab 156 - Semakin Erat

“Bagaimana?” Stevan mengangkat telepon dari Mario, membuatnya terpaksa harus berjalan ke beranda kamar Elisa, takut membangunkan sang istri yang sudah terlelap. Entah karena efek multivitamin yang diminum atau kelelahan, Elisa sudah tertidur sejak pukul delapan malam. Sekarang ini, delapan jam berikutnya, dia belum juga terbangun dari mimpi indahnya.“Sesuai permintaan Anda, semua berjalan lancar.”“Apa yang terjadi?”“Kemarin siang Nona Clara datang dan ingin bertemu dengan Anda. Namun, seseorang melihatnya pergi ke tangga darurat bersama Tuan Alex.”“Alex?!”“Ya. Dia terlihat begitu murka saat meninggalkan p
last updateLast Updated : 2023-10-21
Read more

Bab 157 - Tanpa Sekat

“Elisa, apa yang ingin kau lakukan hari ini?”“Hari ini?” beo wanita hamil yang saat ini menampilkan kening berkerut-kerut, menatap heran ke arah Stevan.“Ya.”“Bukannya kamu harus pergi bekerja? Kemarin saja kamu sudah—”“Katakan saja apa yang kau inginkan. Aku akan mewujudkannya.”Elisa tampak berpikir sejenak. Tidak ada yang dia inginkan. Tubuhnya masih terasa lemah dan dihantui rasa kantuk meski sudah cukup tidur.“Ada apa sebenarnya? Kenapa kamu tidak mau pergi ke kantor? Apa Jasmine berpesan sesuatu padamu? Terjadi sesuatu dengan tubuhku? Apa mereka baik-baik saja?” cecar Elisa sambil mengelus peru
last updateLast Updated : 2023-10-21
Read more

Bab 158 - Tendangan Mungil

“Aku pergi, Sayang,” pamit Stevan esok harinya setelah dua hari menghabiskan waktu bersama Elisa. Keduanya berdiri di beranda, dengan tangan Elisa yang masih bergelayut manja di lengan sang suami.Alih-alih melepaskan tangan Stevan, Elisa justru menggeleng sambil memanyunkan bibirnya. Dia merasa berat melepas Stevan bekerja.“Tidak bisakah kamu bekerja dari rumah lagi seperti kemarin?” bujuk Elisa sambil membuka kancing jas Stevan dan memeluk pria itu erat-erat.“Hmm? Kenapa?”Stevan mencoba melepas pelukan wanita itu, tapi gagal. Mau tidak mau, akhirnya dia hanya bisa membalas pelukan Elisa sambil menghadiahkan kecupan mesra di ujung kepala.“Kenapa kamu jadi manja sekali seperti ini, Sweety?”Elisa tak menjawab, menggeleng-gelengkan kepalanya.“El—”“Anak-anak tidak mengizinkanmu pergi hari ini. Mereka masih ingin bermain denganmu. Pokoknya kamu harus di rumah menemani kami bertiga. Titik!”Gelak tawa Stevan terdengar berikutnya. Elisa terlihat begitu menggemaskan, persis seperti an
last updateLast Updated : 2023-10-22
Read more

Bab 159 - Mendapatkan Durian Runtuh

Lambaian tangan wanita hamil itu terlihat sampai mobil Stevan melewati pintu gerbang. Seulas senyum terukir di wajah cantiknya yang mulai terlihat semakin berisi. Meskipun Stevan terlihat dingin dan mengerikan di luar, tapi pria itu begitu lembut padanya dan anak-anak. Satu hal yang membuat Elisa merasa begitu bersyukur bisa bersanding dengan pria itu.Tak banyak yang Elisa lakukan pagi menjelang siang. Dia kembali tenggelam di dalam perpustakaan dan menikmati buku-buku bisnis milik Stevan. Entah sejak kapan wanita itu tertarik dengan dunia yang dulu tidak pernah terpikirkan olehnya.Saat matahari tepat berada di atas kepala, Elisa justru tertidur di sofa sambil memegang buku hitung-hitung keuangan yang dulu sempat dipelajarinya bersama Stevan. Sementara itu, tak jauh dari sana ketegangan terjadi di kediaman utama keluarga Wijaya. Harris memasuki rumahnya dengan wajah merah padam menahan marah.“Alex! Keluar kamu bocah sialan!” teriaknya sambil menggebrak pintu utama, membuat Shana y
last updateLast Updated : 2023-10-22
Read more

Bab 160 - Menyiapkan Kejutan

“Seperti dugaanmu, Harris menerima penawaran dariku tanpa membaca kontraknya. Dia benar-benar bodoh atau apa?”“Bukankah sudah kukatakan sejak awal? Pria tamak seperti dia, akan tumpul logikanya jika dihadapkan dengan uang,” balas Stevan sambil terkekeh.Thomas mengangguk setuju. “Kamu benar. Pantas saja dia tidak layak menjadi CEO Wijaya Group.”Stevan tak menjawab, hanya menyeringai.“Bagaimana? Apa lagi yang bisa aku lakukan untukmu, Steve?” tanya Thomas setelah hening beberapa detik. “Tidak ada.”Thomas berdecak sebelum berucap, “Ada satu hal yang tidak kumengerti, Steve.”“Hmm?”“Kenapa kamu harus bersembunyi di belakang nama Thomas and Co untuk memberi pelajaran pada Harris? Kau sangat mampu melenyapkan pria itu bersama anak dan istrinya yang hanya menjadi benalu di keluargamu.”“Karena aku tidak mau.”“Hah?”“Jika bisa meminjam tangan orang lain, kenapa harus mengotori tanganku sendiri?”“Sial!” umpat Thomas kembali tertawa. Dia tidak tersinggung dijadikan kambing hitam oleh S
last updateLast Updated : 2023-10-23
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
28
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status