Home / Romansa / Jerat Gairah Paman Kekasihku / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Jerat Gairah Paman Kekasihku: Chapter 171 - Chapter 180

279 Chapters

Bab 171 - Clara Dicecar

“Kau tidak perlu mengkhawatirkan hal itu. Cukup atur saja pertemuannya. Aku yang akan mengambil alih semuanya.”Meski masih terlihat ragu, tapi Mario hanya bisa mengiyakan titah tuannya. Dia segera sibuk dengan telepon di atas meja, membuat banyak catatan dan menyesuaikan pertemuan untuk para petinggi Wijaya Group.Di ruangannya, Stevan juga berkutat dengan lembar kerja yang terlihat di monitor. Tangannya sigap mengklik bagian-bagian tertentu sebelum mencetak dokumen itu. Dia harus menyiapkan amunisi untuk meyakinkan investor, termasuk bersiap untuk kemungkinan buruk yang mungkin terjadi.Tepat saat Stevan meletakkan pena dan bersiap istirahat coffee break sejenak, ponselnya berdering nyaring. Nama Thomas tampak di sana, memancing senyumnya merekah selebar-lebarnya.“Apa dia juga ikut termakan gosip itu?” gumam Stevan sambil menjauhkan ponsel, sengaja tidak mengangkat telepon dari sahabat sekaligus pion andalannya itu. Dering itu terhenti di detik ketujuh.“Dia pasti akan menghubungi
last updateLast Updated : 2023-10-31
Read more

Bab 172 - Diabaikan Begitu Saja

 Clara tampak linglung begitu keluar dari ruangan Stevan. Alih-alih mendapat penjelasan mengenai desas-desus melemahnya kondisi keuangan Wijaya Group, pria itu justru seolah mendesaknya untuk menentukan pilihan. Siapa yang akan dipilih? Stevan atau Harris?Denting lift yang terdengar nyaring membuat kesadaran Clara kembali. Dia keluar dari kotak besi itu dan memutuskan untuk duduk di kursi tunggu yang ada di lobi. Pikirannya masih kacau, akan berbahaya jika memaksakan diri kembali dan mengendarai mobilnya sendiri.“Kenapa jadi seperti ini?” lirih Clara sambil memijit pelipisnya, meredam pening yang terasa begitu mengganggu. Palu godam seolah baru saja menghantam kepala, membuatnya kepayahan dan tidak bisa melakukan apa-apa.“Nona, Anda baik-baik saja?”
last updateLast Updated : 2023-11-01
Read more

Bab 173 - Di Bawah Kungkungan Casanova

 “Dari mana saja kamu?!” pertanyaan sengak menyambut Clara yang baru menginjakkan kaki di kediaman utama keluarga Gunawan.“Pa,” sapa gadis dengan wajah kusut itu.“Kenapa tidak menjawab telepon Papa?!”Mulut Clara sudah terbuka, tapi tatapan tajam papanya membuat seluruh kosa kata yang siap terucap seolah tertelan kembali. Sekretarisnya sudah mengingatkan bahwa pria itu murka saat di kantor karena tidak mendapati putri semata wayangnya di sana.“Kamu sengaja menghindari Papa?”“Clara lelah, Pa. Kalau ada yang ingin Papa bicarakan, kita bahas besok saja.”Langkah Clara terhent
last updateLast Updated : 2023-11-02
Read more

Bab 174 - Tak Mau Menyiakan Kesempatan

Aroma citrus membuat Clara mengerjap matanya. Banyaknya alkohol yang dikonsumsi semalam membuat rasa pening memberatkan kepala. Rasa pengar itu tidak akan hilang jika tidak dinetralisir dengan teh bercampur jahe atau lemon. “Sudah bangun?” Suara berat seorang pria membuat Clara refleks berbalik. Tubuh atletis Alex dalam balutan kimono terpampang nyata di depan mata membuat Clara segera mengingat kejadian semalam. Mereka menghabiskan malam yang panas seperti sebelumnya. Pria dengan tinggi hampir 180 cm itu menghembuskan asap putih ke udara sambil menyeringai. Terlihat jelas dia merasa memenangkan situasi kali ini karena berhasil menikmati tubuh gadis yang pernah begitu angkuh menolaknya. “Apa dia sedang menertawakanku?” bisik Clara hampir tanpa suara. Berbeda dengan sebelumnya yang panik dan berteriak histeris saat mendapati Alex berbagi kenikmatan dengannya, kali ini Clara tampak lebih tenang. Tangannya menarik selimut hingga sebatas dada sebelum bangun dan menyandarkan punggung k
last updateLast Updated : 2023-11-03
Read more

Bab 175 - Menunggu Pak Suami

 “Hari ini sepertinya aku akan pulang terlambat, Sayang. Maaf, ya,” ujar Stevan setelah mengecup kening Elisa saat berpamitan di depan pintu. Mario sudah stand by di balik kemudi, siap mengantarkan sekaligus mendampingi Stevan bertemu klien.“Lagi?”Tak ada jawaban yang bisa Stevan berikan kecuali sebuah anggukan. Tampak jelas dia tidak menginginkan hal itu, akan tetapi mereka memang sesibuk itu. Dia memastikan rencana rahasianya untuk menjebak Harris haruslah sempurna. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun.“Kemarin akhir pekan, kamu sudah pergi ke luar kota dan baru pulang dini hari saat aku sudah tertidur. Pagi ini, kamu berangkat lebih awal dan pulang terlambat. Lantas, kapan kita punya waktu untuk bersama? Anak-anak merindukanmu,” protes Elis
last updateLast Updated : 2023-11-04
Read more

Bab 176 - Tidak Seistimewa itu …

 Elisa menyusut air mata yang hampir luruh membasahi wajahnya.“Tidak apa-apa. Lupakan saja. Ayo masuk,” ajak Elisa sambil menarik lengan Stevan. Namun, pria itu justru enggan bergerak sedikit pun dari posisinya.“Welcome kiss,” ujarnya sambil merengkuh pinggang Elisa, membuat tubuh keduanya saling bersinggungan.“Apa?”“Seperti biasa. Kau belum memberikanku ciuman selamat datang.”“Tidak mau!” tegas Elisa ketus sambil mendorong tubuh Stevan. Dia bergegas masuk ke rumah dan naik ke lantai dua. Stevan hanya bisa terkekeh, melihat pergerakan cepat istrinya yang saat ini sedang meniti anak tangga.
last updateLast Updated : 2023-11-04
Read more

Bab 177 - Wisuda yang Terasa Hampa

 Elisa banyak diam setelah Stevan mengatakan bahwa dia mungkin tidak bisa hadir ke acara wisuda. Hari demi hari berlalu, hubungan mereka justru terasa semakin renggang.Stevan bertambah sibuk, sesekali pulang tengah malam dan membuat Elisa semakin tidak mengharapkan apa pun. Bahkan, wanita itu pergi seorang diri untuk memeriksakan kandungannya.Elisa meluapkan kekecewaannya kepada Sera saat mereka bertemu. Namun, kata-kata bijak dari gadis itu sama sekali tak membuat Elisa lega. Sebaliknya, hatinya terasa hambar dan hampir tidak datang ke acara wisuda.“Elisa, ayolah. Aku sudah menunggu di depan rumahmu sejak tiga puluh menit yang lalu dan aku tidak akan pergi sebelum kamu ikut denganku.” Sera gemas, berkali-kali mengintip melalui lubang kecil yang ada di pintu gerbang.
last updateLast Updated : 2023-11-05
Read more

Bab 178 - Hadiah dari Stevan

“Maaf aku terlambat,” ucap Stevan sambil mendekap tubuh Elisa erat-erat. Tangannya membelai punggung wanita hamil itu, menyesap aroma parfum yang menempel di leher sambil mengatur napas.“Aku berlari secepatnya ke sini setelah rapat selesai. Ternyata aku sudah terlambat. Aku benar-benar minta maaf, Elisa.”Stevan mengurai pelukan, menatap pujaan hatinya dengan rasa bersalah.“Selamat atas kelulusanmu, Sayang. Kudengar kau menjadi lulusan terbaik bahkan mendapatkan penghargaan dari rektor? Sayang sekali aku tidak bisa melihatnya. Aku benar-benar berharap bisa memutar kembali waktu dan berdiri di sampingmu.”Lagi, Stevan memeluk Elisa setelah mengecup pipinya singkat. Penyesalannya tak tertahankan, memikirkan bagaimana cara untuk menebus kesalahan.“Steve ….”Suara serak Elisa yang bergetar membuat riuh rendah isi kepala Stevan langsung terjeda. Detik itu juga, langsung menatap wajah cantik yang kini sudah berurai air mata.“Elisa, apa yang—”“Aku pikir kamu tidak akan datang.”“Maafkan
last updateLast Updated : 2023-11-06
Read more

Bab 179 - Untuk Istri Tercinta

 “Kau urus saja sisanya. Pastikan semua berjalan sesuai rencana. Aku akan mematikan ponselku tepat ketika kami sampai di bandara esok hari. Kau pasti tahu apa yang harus kau lakukan setelah itu.”“Baik, Tuan. Saya mengerti.” Suara Mario terdengar begitu singkat sebelum Stevan menutup panggilan dua arah itu.Selepas Elisa lari dan bersembunyi di dalam mobil, Mario melaporkan situasi terkini terkait rencana besar mereka menghadapi Harris yang semakin besar kepala. Hanya tinggal satu langkah sebelum kerja keras berminggu-minggu ke belakang, akhirnya sampai di puncak.Tak banyak yang terjadi selama perjalanan pulang. Elisa lebih banyak diam, pura-pura sibuk dengan ponselnya. Stevan hanya tersenyum melihatnya, tahu wanita itu sengaja menghindar sejak provokasinya
last updateLast Updated : 2023-11-07
Read more

Bab 180 - Liburan Perdana Pasutri

“Mau ke mana?” tanya Stevan begitu Elisa turun dari ranjang dan hampir meninggalkannya. Untung tangan pria itu lebih cepat menggapai jemari sang istri dan menahan langkahnya. “Di mana kopermu?” “Koper? Untuk apa?” Elisa tak lantas menjawab, justru menoleh ke kanan kiri seperti mencari sesuatu. “Elisa ….” Perhatian Elisa kembali terpusat pada Stevan, menatapnya dengan wajah teramat serius. “Bukankah kamu bilang kita akan bulan madu besok? Aku harus menyiapkan pakaian yang akan kita bawa. Ah, jangan lupa sunscreen supaya tidak terbakar matahari.” “Kita bisa siapkan besok, Sayang.” Stevan bergerak dari posisinya, mendekap Elisa dari belakang dan memberikan kecupan di pipi wanita itu yang baru saja menoleh bersiap menyampaikan protes. Dari ekspresinya tadi, terlihat jelas Elisa tidak sependapat dengan Stevan. “Ini masih malam. Kita lanjutkan lagi saja tidurnya. Besok Maria dan yang lain bisa membantumu berkemas.” “Tapi, Steve—” “Sudah. Menurutlah. Anak-anak juga butuh istirahat.
last updateLast Updated : 2023-11-08
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
28
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status