Home / Romansa / Jerat Gairah Paman Kekasihku / Bab 169 - Tamu Tak Diundang

Share

Bab 169 - Tamu Tak Diundang

last update Last Updated: 2023-10-30 10:11:39
Stevan terkekeh, secara tidak langsung membenarkan ucapan Elisa dan melepaskan pinggang wanita itu dari rengkuhan jemarinya.

“Ayo, kita harus bergegas,” cetus Stevan sambil melirik arloji di tangan sebelah kiri. Bersamaan dengan itu, Elisa membalik tubuhnya dan mulai memakaikan dasi di leher sang suami.

“Jadi, aku boleh pergi kan? Aku sudah menuntaskan keinginanmu, seharusnya tidak ada alasan kamu menahanku.”

“Apa aku boleh ikut?” balas Stevan dengan wajah tanpa dosa, membuat Elisa gemas dan refleks memukul dada bidang suaminya sambil tertawa. Dia hanya bercanda.

Keceriaan itu masih terlihat sampai meja makan. Mereka tak henti-hentinya bercanda, saling lempar senyum. Maria turut bahagia melihat kedekatan mereka.

“Ayo berangkat. Aku akan mengantarmu ke kampus,” ajak Stevan sambil menggandeng tangan Elisa yang sesaat lalu membenahi posisi dasi di lehernya yang sedikit miring.

Elisa mengangguk, berjalan di samping sang suami setelah meraih clutch bag. Langkahnya terasa begitu ringa
Creative Words

Halo halo, maaf yaa teman-teman, Author baru bisa update bab baru lagi. Kira-kira Stevan bakal ngelakuin apa yaa buat bales Harris? Jangan lupa tinggalin jejak yaa hehe See you ^__^

| 1
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 170 - Tidak Bisa Mundur

    “Apa yang terjadi, Steve? Apakah semuanya baik-baik saja?”Tampak jelas kekhawatiran di wajah Elisa. Kedatangan Harris bersama kabar buruk yang dibawanya, seharusnya membuat Stevan kesal. Bukan tersenyum-senyum sambil berbicara santai dengan Mario. Respons itu berbanding terbalik dengan situasi yang ada.“Apa?”“Perihal Harris.”“Ah, itu. Tidak perlu khawatir, Sayang. Semua aman terkendali.”Kening Elisa berkerut dalam, tidak bisa mengerti kenapa suaminya bisa menjawab demikian. Padahal saat di carport tadi, dia menghadiahkan bogem mentah untuk kakak tirinya. Bagaimana bisa sekarang semua baik-baik saja?“Kamu heran kenapa aku begitu tenang padahal sebelumnya seperti ingin menikam Harris?”Elisa mengangguk mantap.“Ini hanya urusan bisnis seperti biasa. Kita terkadang harus bermain tarik ulur seperti halnya saat menaikkan layang-layang. Tidak bisa selalu tegang, tapi juga tidak bisa membiarkannya terlalu bebas.”“Maksudnya?” Kepala Elisa miring ke sisi kanan, tidak bisa menangkap kesi

    Last Updated : 2023-10-31
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 171 - Clara Dicecar

    “Kau tidak perlu mengkhawatirkan hal itu. Cukup atur saja pertemuannya. Aku yang akan mengambil alih semuanya.”Meski masih terlihat ragu, tapi Mario hanya bisa mengiyakan titah tuannya. Dia segera sibuk dengan telepon di atas meja, membuat banyak catatan dan menyesuaikan pertemuan untuk para petinggi Wijaya Group.Di ruangannya, Stevan juga berkutat dengan lembar kerja yang terlihat di monitor. Tangannya sigap mengklik bagian-bagian tertentu sebelum mencetak dokumen itu. Dia harus menyiapkan amunisi untuk meyakinkan investor, termasuk bersiap untuk kemungkinan buruk yang mungkin terjadi.Tepat saat Stevan meletakkan pena dan bersiap istirahat coffee break sejenak, ponselnya berdering nyaring. Nama Thomas tampak di sana, memancing senyumnya merekah selebar-lebarnya.“Apa dia juga ikut termakan gosip itu?” gumam Stevan sambil menjauhkan ponsel, sengaja tidak mengangkat telepon dari sahabat sekaligus pion andalannya itu. Dering itu terhenti di detik ketujuh.“Dia pasti akan menghubungi

    Last Updated : 2023-10-31
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 172 - Diabaikan Begitu Saja

    Clara tampak linglung begitu keluar dari ruangan Stevan. Alih-alih mendapat penjelasan mengenai desas-desus melemahnya kondisi keuangan Wijaya Group, pria itu justru seolah mendesaknya untuk menentukan pilihan. Siapa yang akan dipilih? Stevan atau Harris?Denting lift yang terdengar nyaring membuat kesadaran Clara kembali. Dia keluar dari kotak besi itu dan memutuskan untuk duduk di kursi tunggu yang ada di lobi. Pikirannya masih kacau, akan berbahaya jika memaksakan diri kembali dan mengendarai mobilnya sendiri.“Kenapa jadi seperti ini?” lirih Clara sambil memijit pelipisnya, meredam pening yang terasa begitu mengganggu. Palu godam seolah baru saja menghantam kepala, membuatnya kepayahan dan tidak bisa melakukan apa-apa.“Nona, Anda baik-baik saja?”

    Last Updated : 2023-11-01
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 173 - Di Bawah Kungkungan Casanova

    “Dari mana saja kamu?!” pertanyaan sengak menyambut Clara yang baru menginjakkan kaki di kediaman utama keluarga Gunawan.“Pa,” sapa gadis dengan wajah kusut itu.“Kenapa tidak menjawab telepon Papa?!”Mulut Clara sudah terbuka, tapi tatapan tajam papanya membuat seluruh kosa kata yang siap terucap seolah tertelan kembali. Sekretarisnya sudah mengingatkan bahwa pria itu murka saat di kantor karena tidak mendapati putri semata wayangnya di sana.“Kamu sengaja menghindari Papa?”“Clara lelah, Pa. Kalau ada yang ingin Papa bicarakan, kita bahas besok saja.”Langkah Clara terhent

    Last Updated : 2023-11-02
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 174 - Tak Mau Menyiakan Kesempatan

    Aroma citrus membuat Clara mengerjap matanya. Banyaknya alkohol yang dikonsumsi semalam membuat rasa pening memberatkan kepala. Rasa pengar itu tidak akan hilang jika tidak dinetralisir dengan teh bercampur jahe atau lemon. “Sudah bangun?” Suara berat seorang pria membuat Clara refleks berbalik. Tubuh atletis Alex dalam balutan kimono terpampang nyata di depan mata membuat Clara segera mengingat kejadian semalam. Mereka menghabiskan malam yang panas seperti sebelumnya. Pria dengan tinggi hampir 180 cm itu menghembuskan asap putih ke udara sambil menyeringai. Terlihat jelas dia merasa memenangkan situasi kali ini karena berhasil menikmati tubuh gadis yang pernah begitu angkuh menolaknya. “Apa dia sedang menertawakanku?” bisik Clara hampir tanpa suara. Berbeda dengan sebelumnya yang panik dan berteriak histeris saat mendapati Alex berbagi kenikmatan dengannya, kali ini Clara tampak lebih tenang. Tangannya menarik selimut hingga sebatas dada sebelum bangun dan menyandarkan punggung k

    Last Updated : 2023-11-03
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 175 - Menunggu Pak Suami

    “Hari ini sepertinya aku akan pulang terlambat, Sayang. Maaf, ya,” ujar Stevan setelah mengecup kening Elisa saat berpamitan di depan pintu. Mario sudah stand by di balik kemudi, siap mengantarkan sekaligus mendampingi Stevan bertemu klien.“Lagi?”Tak ada jawaban yang bisa Stevan berikan kecuali sebuah anggukan. Tampak jelas dia tidak menginginkan hal itu, akan tetapi mereka memang sesibuk itu. Dia memastikan rencana rahasianya untuk menjebak Harris haruslah sempurna. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun.“Kemarin akhir pekan, kamu sudah pergi ke luar kota dan baru pulang dini hari saat aku sudah tertidur. Pagi ini, kamu berangkat lebih awal dan pulang terlambat. Lantas, kapan kita punya waktu untuk bersama? Anak-anak merindukanmu,” protes Elis

    Last Updated : 2023-11-04
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 176 - Tidak Seistimewa itu …

    Elisa menyusut air mata yang hampir luruh membasahi wajahnya.“Tidak apa-apa. Lupakan saja. Ayo masuk,” ajak Elisa sambil menarik lengan Stevan. Namun, pria itu justru enggan bergerak sedikit pun dari posisinya.“Welcome kiss,” ujarnya sambil merengkuh pinggang Elisa, membuat tubuh keduanya saling bersinggungan.“Apa?”“Seperti biasa. Kau belum memberikanku ciuman selamat datang.”“Tidak mau!” tegas Elisa ketus sambil mendorong tubuh Stevan. Dia bergegas masuk ke rumah dan naik ke lantai dua. Stevan hanya bisa terkekeh, melihat pergerakan cepat istrinya yang saat ini sedang meniti anak tangga.

    Last Updated : 2023-11-04
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 177 - Wisuda yang Terasa Hampa

    Elisa banyak diam setelah Stevan mengatakan bahwa dia mungkin tidak bisa hadir ke acara wisuda. Hari demi hari berlalu, hubungan mereka justru terasa semakin renggang.Stevan bertambah sibuk, sesekali pulang tengah malam dan membuat Elisa semakin tidak mengharapkan apa pun. Bahkan, wanita itu pergi seorang diri untuk memeriksakan kandungannya.Elisa meluapkan kekecewaannya kepada Sera saat mereka bertemu. Namun, kata-kata bijak dari gadis itu sama sekali tak membuat Elisa lega. Sebaliknya, hatinya terasa hambar dan hampir tidak datang ke acara wisuda.“Elisa, ayolah. Aku sudah menunggu di depan rumahmu sejak tiga puluh menit yang lalu dan aku tidak akan pergi sebelum kamu ikut denganku.” Sera gemas, berkali-kali mengintip melalui lubang kecil yang ada di pintu gerbang.

    Last Updated : 2023-11-05

Latest chapter

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 278 - Jerat Selamanya

    *Satu minggu kemudian …. “Proses penyelidikan berjalan dengan lancar, Tuan. Tidak ada kendala. Tuan Harris dan juga Hilda mengakui semua perbuatan mereka. Bukti-bukti yang terkumpul sudah cukup untuk menuntut keduanya di meja hijau.” Stevan mengangguk sambil membaca berkas yang dibawa oleh Mario. “Tuntutan 10 tahun penjara?” “Benar, Tuan,” Mario mengangguk. Stevan mengangguk puas. Selain 10 tahun mendekam di balik jeruji besi, Harris dan Hilda juga harus membayar biaya denda yang tidak sedikit jumlahnya. Stevan lantas menutup dokumen dan menatap Mario. “Pastikan hal ini tidak mempengaruhi Wijaya Group.” Mario mengangguk. “Semuanya aman terkendali, Tuan. Semenjak Tuan Harris dikeluarkan dari jajaran direksi dengan cara tidak terhormat, kasus ini tidak membawa dampak besar bagi perusahaan.” “Bagus. Pertahankan,” kata Stevan.Mario kembali mengangguk. “Nyonya Besar akan mengambil alih selama Tuan cuti panjang?” “Ya. Kau bisa berkoordinasi dengan asisten Mama mulai hari ini. Janga

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 277 - Hampir Usai

    ‘Paman, maaf mengganggumu malam-malam. Tapi aku ingin mengabarkan kalau Papa sudah siuman. Dia sudah dipindahkan ke kamar inap biasa.’ Elisa membaca pesan yang dikirimkan oleh Alex kepada Stevan. Ia mengerjapkan mata beberapa kali untuk memastikan penglihatannya tidak keliru. Wanita itu lalu menatap Stevan yang tidak mengatakan apapun. Namun, melihat tubuhnya yang menegang, Elisa bisa memastikan bahwa suaminya juga sama terkejutnya dengan dirinya.“Steve? Kamu baik-baik saja?” Stevan tampak tercenung di tempatnya. Perasaannya campur aduk. Ia pikir Harris tak akan mampu melewati masa kritis panjangnya. Stevan pikir, pada akhirnya maut lah yang menjadi hukuman bagi kakaknya itu. Tapi ternyata, Sang Maha Kuasa punya rencana lain. Dan Stevan tidak tahu perasaan apa yang selayaknya ia rasakan saat ini. Melihat kemelut di wajah suaminya, Elisa lantas mengusap-usap lengannya dengan lembut, mencoba menyalurkan rasa nyaman yang menenangkan. “Apa yang kamu rasakan, Steve?” Elisa ragu-ragu

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 276 - Obrolan di Malam Hari

    “Minggu depan?!” Elisa menjauhkan ponsel dari telinganya mendengar suara pekikan gadis di seberang sambungan. Ia tertawa mendengar suara grasak-grusuk yang terasa familiar. Meski sudah lama tidak saling kontak, nyatanya sahabatnya itu belum berubah, masih heboh seperti dulu saat mereka pertama kali berteman. “Astaga, aku belum menyiapkan apapun untuk calon bayimu!” kata Sera, terdengar panik. “Tenanglah, Sera,” kata Elisa sambil tertawa. “Kamu tidak perlu menyiapkan apapun.” “Tidak perlu bagaimana?! Calon keponakanku yang pertama akan lahir ke dunia, tidak mungkin aku tidak menyiapkan apapun!” protes Sera. Nadanya terdengar panik sekaligus antusias. Elisa tersenyum, senang karena Sera menyebut calon buah hatinya sebagai keponakan meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah sama sekali. “Besok aku akan berbelanja setelah makalah sialan ini selesai,” gerutu Sera, yang lagi-lagi membuat Elisa tertawa mendengarnya. Sudah lama sejak terakhir kali mereka bertemu. Keduanya dis

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 275 - Titik Terang

    Stevan semakin sibuk menjelang hari persalinan Elisa. Ia ingin menyelesaikan banyak pekerjaan sekaligus sebelum mengambil cuti agar bisa fokus pada sang istri dan calon buah hati mereka nantinya. Kesibukan itu tentu berimbas pada banyak orang, tidak hanya Mario, tetapi juga divisi-divisi lain di bawah pengawasan Stevan, termasuk Alex yang sudah mendapatkan kepercayaan untuk mengepalai beberapa project besar. Namun, di tengah-tengah kesibukan itu, baik Stevan maupun Alex masih bisa mencuri waktu untuk orang-orang terkasih. Sesibuk apapun mereka di kantor, mereka masih meluangkan sedikit waktu untuk sekadar bercengkerama lewat panggilan telepon atau video. Obrolan singkat itu selalu menjadi pelipur di tengah hectic-nya pekerjaan di kantor. “Kau yakin tidak menginginkan apapun? Aku akan membelinya saat pulang nanti,” kata Stevan sambil menaikkan bingkai kacamata baca yang turun ke pangkal hidungnya. Matanya masih fokus pada dokumen di hadapan, dengan pulpen di tangan yang sesekali men

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 274 - Kebersamaan Tak Terduga

    “Elisa!” Stevan menaiki undakan tangga teras dengan langkah lebar. Raut wajahnya tampak mengeras, dengan dada naik turun karena napasnya tidak beraturan. Ia bahkan mengabaikan pelayan yang tergopoh-gopoh mengikutinya dari belakang. Pelayan itu tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi melihat aura dingin dari tuannya, pelayan tersebut memilih untuk bungkam. Namun, saat Stevan hendak menaiki tangga ke lantai dua, pelayan itu segera menyela dan mengatakan keberadaan Elisa. “Nona berada di taman belakang bersama—” Stevan tidak menunggu pelayan tersebut menyelesaikan kalimatnya, langsung membawa langkah lebarnya ke arah taman di belakang kediaman utama. “Elisa—” panggil Stevan, tapi ia tidak melanjutkan kalimatnya saat sepasang matanya menangkap pemandangan asing yang membuatnya terpaku. Rasa marah dan kesal yang sedari tadi ia bawa dari kantor, seketika langsung menguap begitu saja saat melihat apa yang ada di depan matanya kini. “Steve? Kamu sudah sampai?” tanya Elisa terkejut. Waj

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 273 - Harus Diberi Hukuman 

    “ALEX?!” Suara Stevan terdengar meninggi satu oktaf, berkas yang sedari tadi ia bolak-balik sambil membubuhi beberapa halaman dengan tanda tangan teronggok begitu saja di atas meja. Ia terlalu terkejut mendengar satu nama itu disebut membersamai kata ‘teman’ dari mulut istrinya. Sejak kapan Alex menjadi teman Elisa?!“Ya,” sahut Elisa, tidak menyadari kegundahan sang suami yang begitu kentara sebab ia tampak sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. “Sebentar lagi Alex akan datang ber—” “Tunggu di sana,” sela Stevan sambil bergegas. Ia melupakan berkas dokumen yang masih menumpuk di atas meja, lantas mengambil jasnya yang tersampir di sandaran kursi dan langsung bergegas menuju pintu. “Steve—”“Aku akan tiba dalam 15 menit.” Stevan tidak menunggu respon dari Elisa. Ia segera memutus sambungan dan menaruh ponsel genggamnya ke dalam saku celana. Mario baru saja ingin mengetuk pintu saat Stevan keluar dari ruangan dengan langkah tergesa. Mereka nyaris bertabrakan kalau saja M

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 272 - Teka-teki Tak Berujung

    “Tidak ada yang mengunjungi Tuan Harris sebelum beliau dirawat di ruang ICU, Tuan,” lapor Mario keesokan paginya saat Stevan baru saja tiba di kantor. “Saya sudah cek CCTV beberapa minggu ke belakang. Selain keluarga, tidak ada yang datang untuk menjenguk Tuan Harris. Hanya ada beberapa petugas dari kantor kepolisian yang berganti menjaga di depan kamar inap beliau,” tambah Mario. Laporan itu membuat dahi Stevan mengerut. “Kau yakin?” Mario kemudian menyerahkan sebuah tablet begitu tuannya sudah duduk di kursi kebesarannya. Layar pipih itu menampilkan satu rekaman CCTV, waktunya sekitar satu minggu sebelum Harris dipindahkan ke ruang ICU. “Bukankah gadis ini Stella?” Mario mengangguk. “Benar, Tuan. Dia pernah datang, tetapi tidak diizinkan masuk untuk menjenguk Tuan Harris.” “Kenapa?” tanya Stevan. “Penjaga berkata bahwa itu adalah pesan dari Tuan Alex. Ia meminta pada para petugas agar tidak memberi akses kepada siapa pun untuk menemui ayahnya kecuali keluarga inti dan p

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 271 - Si Jubah Putih

    “Stevan?” Stevan mengalihkan tatapannya, menatap wajah ibunya yang tampak lelah. “Kamu melihat apa?” tanya Renata sembari melihat ke arah ujung koridor yang sepi. Tidak ada siapa-siapa di sana. “Tidak,” sahut Stevan, terdengar tidak yakin bahkan di telinganya sendiri. Ia lantas berdiri dari kursi dan menatap ibunya sejenak. “Aku akan ke toilet sebentar,” katanya, langsung pergi tanpa menunggu respon dari Renata. Stevan berjalan ke arah koridor di mana ia melihat seseorang berdiri di sana beberapa saat yang lalu. Namun, sekarang tidak ada siapa-siapa sejauh matanya menyapu sekitar. Ia membawa langkahnya menyusuri koridor, barangkali akan menemukan sebuah petunjuk. Instingnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Stevan merasa sedang diawasi. Tapi siapa? Dan untuk apa?Stevan mencoba menerka-nerka. Ia kemudian mengambil ponselnya di dalam saku dan bermaksud untuk menelepon Mario. Stevan akan meminta pria itu untuk mencari tahu siapa saja yang berkunjung ke ruangan Harris selama

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 270 - Waktunya Tidak Lama Lagi

    “Tuan Harris dalam kondisi kritis. Saat ini beliau sedang dirawat di ruang ICU.” Stevan meletakkan sendok dan garpu di atas piring, lalu mengarahkan tatapannya pada Maria yang baru saja menyampaikan informasi yang didapatkannya dari pelayan kediaman kakak sulungnya itu. “Stevan ….” Perhatian Stevan teralihkan pada Elisa yang juga baru saja menghentikan aktivitas makan malamnya. Elisa meraih jemari Stevan dan menatapnya lekat, seolah tengah mencari perubahan emosi yang dirasakan oleh suaminya itu lewat sepasang matanya. Namun, tidak ada. Stevan memang tampak tercenung, tapi itu hanya selama beberapa detik sebelum ekspresinya kembali datar, seolah kabar itu tidak pernah ia dengar sama sekali. “Kamu tidak apa-apa?” tanya Elisa, tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Stevan hanya mengangguk sekilas, sebelum kembali mengambil sendok dan garpunya, lalu melanjutkan makan malam yang sempat tertunda. “Kita makan dulu,” kata Stevan ringan. Seolah dengan begitu, selera makan Eli

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status