Beranda / Romansa / Jerat Gairah Paman Kekasihku / Bab 183 - Mencuri Kesempatan

Share

Bab 183 - Mencuri Kesempatan

Penulis: Creative Words
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-13 10:32:15

“Stevan, seluruh badanku rasanya sakit sekali,” keluh Elisa sambil meraba kasur di sebelahnya. Namun, dia tidak mendapati sang suami di sana. Mau tak mau, hal itu memaksanya membuka mata.

Benar saja, Stevan tidak ada.

“Di mana dia?” gumam Elisa sambil menoleh ke sekitar kamar. Alih-alih menemukan Stevan, Elisa justru dibuat tidak bisa berkata-kata saat mendapati begitu banyak tanda cinta yang pria itu tinggalkan di dada hingga puncak lehernya. Sebuah cermin full body yang menunjukkannya.

“Astaga! Kenapa banyak sekali?!”

Elisa bergegas membenahi piyama tidurnya yang belum terkancing seluruhnya. Stevan hanya memasang dua kancing terbawah saja, membuat bagian dadanya terbuka.

“Apa dia masih melanjutkannya saat aku sudah tertidur? Padahal aku yang sedang hamil, kenapa hormonnya yang tak terkendali seperti itu?!”

Sekali lagi Elisa mengeluh, mengingat betapa buasnya seorang Stevan Wijaya semalam. Setelah dimanjakan selama berjam-jam dengan menerima servis khusus darinya, nyatanya menjelang
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 184 - Apa yang Kau Lakukan?!

    “Stevan, apa yang … kamu lakukan?!” Elisa sampai harus menjeda kalimatnya saat jemari Stevan mulai lancang di bawah sana. Satu hal yang membuat Elisa hanya bisa meremas kaus sang suami tanpa bisa menghentikannya.Stevan terkekeh, melihat wajah tegang Elisa yang baginya tampak begitu menggemaskan.“Bukankah kau yang menggodaku terlebih dahulu?”Elisa sudah membuka mulutnya, bersiap menyangkal tuduhan itu. Namun, perlakuan Stevan yang mengecup ceruk lehernya membuat dia tidak bisa berkata-kata. Belum lagi dua jari yang mulai mengobrak-abrik pertahanannya. Itu benar-benar membuat Elisa pasrah. Da menikmati semua perlakuan Stevan yang begitu lembut. Wanita hamil itu bahkan tidak bisa menolak saat Stevan meminta izin untuk mulai menikmati hidangan utama.Di saat yang sama, terpisah ribuan kilometer dari Elisa dan Stevan yang sedang memadu cinta, gelora asmara juga menyelimuti seorang pria. Sedari tadi matanya tak lepas memandangi potret wanita yang terlelap di bawah selimut.“Cantik, kena

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-13
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 185 - Dilema Sang Casanova

    “Papa?!” Bersama Clara memanggil pria itu, Alex juga gegas berdiri dan membalik tubuhnya. Seorang pria dengan tongkat di tangan kanan mendapatkan atensi penuh darinya. Rahang kokoh dengan sebagian rambut yang mulai memutih membuat Alex merasa segan. “Clara, benahi pakaianmu!” Suara menggelegar pria 55 tahun itu membuat Clara mengerjap matanya beberapa kali sebelum menunduk demi memindai penampilannya sendiri. Dua kancing teratas kemejanya sudah terbuka, buah perbuatan Alex yang tak pernah disadarinya. Detik berikutnya, Clara segera berbalik badan dan lari ke kamar mandi yang ada di dalam ruang kerjanya setelah melayangkan satu tatapan tajam pada Alex. Ada sorot kemarahan yang tampak di sana, merasa Alex sudah kelewatan padanya. “Astaga, apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini?!” keluh Clara saat menatap tampilan wajahnya di depan cermin. Lipstik merah delima di bibirnya meleber ke mana-mana. Dan yang paling parah, bagaimana kemejanya bisa terbuka seperti itu? “Apa yang dia laku

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-14
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 186 - Pregnancy Photoshoot 

    “Sudah cukup bermalas-malasannya, Sayang. Ayo bangun.” Stevan menepuk-nepuk pipi Elisa, berharap wanita itu segera membuka mata. Saat Stevan kembali ke kamar setelah mengambilkan air minum, dia mendapati istri kesayangannya kembali rebah di atas ranjang.“Aku masih mengantuk, Steve. Biarkan aku tidur sepuluh menit saja.”“Kau bisa tidur siang nanti, tapi tidak sekarang. Ayolah.”“Hanya lima menit. Diamlah sebentar.” Elisa masih coba membujuk, menjauhkan tangan Stevan dari pipinya.“Kau mau tubuhmu jadi gemuk karena tidur setelah sarapan? Setidaknya beri jeda dua jam setelah makan kalau kau mau tidur.”Elisa acuh tak acuh, tetap memejamkan mata setelah membalik badannya jadi membelakangi sang suami. Hari ketiga di resort privat itu, tubuhnya benar-benar hampir tidak pernah berhenti ‘dipakai’ oleh Stevan.Pria itu tidak mengenal pagi, siang, sore, apa lagi malam. Saat keinginannya datang, Elisa harus meladeninya. Entah di kamar, ruang tengah, bahkan dapur. Terakhir kali, mereka bahkan m

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-15
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 187 - Surprise untuk Elisa

    Elisa berjalan gelisah ke sana kemari. Kata-kata Stevan sore tadi sungguh membuatnya overthinking.“Apa dia belum puas ‘mengunjungi’ anak-anaknya dua hari terakhir sampai membuatku kelelahan seperti ini? Kenapa nanti malam masih mau melakukan ‘itu’ juga? Apa dia seorang maniak?!”Segelas air putih membasahi kerongkongan Elisa, membuat dahaganya sedikit terobati. Namun, hatinya tetap belum bisa tenang. Terlebih, sekarang dia tidak tahu di mana Stevan berada. Saat dirinya keluar dari kamar mandi, tidak ada siapa pun di kamar mereka.Semburat sinar matahari di ufuk barat membuat Elisa terpaksa menghentikan langkahnya, berdiri di dekat jendela dan menatap lukisan Tuhan yang tidak ada duanya itu. Satu ketenangan menyusup di dalam hatinya, mengagumi be

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-16
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 188 - Sandiwara Atau Bukan?

    “Terima kasih untuk semuanya, Steve.” Elisa menghadiahkan satu kecupan mesra di pipi Stevan saat keduanya duduk di ruang tunggu bandara.“Hanya terima kasih saja?”“Memangnya apa lagi? Bukankah aku sudah memberikan semuanya untukmu? Dari ujung kaki hingga kepala, tidak ada yang kamu lewatkan? Kalau aku tidak bersikeras menghentikanmu, mungkin kita masih ada di resort sekarang!” balas Elisa sambil mencubit perut sang suami.Pria yang saat ini tengah meringis kesakitan itu tak bisa membantah. Dia memang menghabiskan sesi singkat sebelum akhirnya keluar dari penginapan privat yang sudah mereka tempati seminggu ke belakang.“Kenapa waktu cepat sekali berlalu, ya? Padahal aku masih ingin menghabiskan waktu berdua denganmu.”Stevan mengambil jemari Elisa dan mencium punggung tangannya dengan mesra.“Nanti kita masih bisa menghabiskan waktu di rumah. Kamu sudah terlalu lama meninggalkan perusahaan, takutnya Mario butuh bantuan. Kamu bahkan sengaja mematikan ponsel. Bagaimana kalau ada hal me

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-19
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 189 - Menunggu Saat yang Tepat

    “Kau pikir aku percaya?” Stevan tersenyum miring, membuang muka sambil terkekeh. “Aku bukan anak kecil yang bisa kau bodohi, Lex. Dan tentang Clara, sama sekali bukan urusanku.” Stevan berdiri, berniat mengakhiri percakapan mereka.“Tunggu, Paman!”“Apa lagi?” Satu alis Stevan naik, menatap Alex yang ikut berdiri dan mencegah kepergiannya. “Sadarkah kau betapa cerobohnya dirimu karena mengungkap rahasia buruk ayahmu?”Alex tertegun, mencoba mengingat apa saja yang dia katakan sebelumnya.“Tanpa kau ungkap pun, aku tahu ayahmu yang licik itu sedang merencanakan satu kejahatan.”“Paman, aku—”“Suasana hatiku sedang cukup baik sekarang. Jika kau pergi dan bersumpah tidak akan mengusik Elisa lagi, aku akan membiarkanmu dan ayahmu berbuat semau kalian. Aku bisa pura-pura tidak melihat kejahatan itu. Bahkan, tidak masalah jika aku kehilangan sebagian rekan bisnisku. Sama sekali bukan masalah untuk Wijaya Group.”“Paman!” Alex berseru, menyela Stevan yang semakin menunjukkan sikap ketidakped

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-21
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 190 - Hal yang Mencurigakan

    “Apa yang sedang kamu lakukan? Rapat akan segera dimulai.”Suara Gunawan Hendradinata, ayah Clara, menggema, membuat Alex menutup rapat-rapat, berusaha tidak bersuara. Jika pria itu tahu putri semata wayangnya sedang melakukan panggilan video dengannya, akan semakin rumit nantinya.“Masih ada sedikit pekerjaan, Pa. Beri aku waktu lima menit,” jawab Clara sambil menyunggingkan senyum kaku, berusaha meredam detak jantung yang berdetak dua kali lebih cepat dibandingkan biasanya.“Ingat, pertemuan dengan klien kali ini tidak boleh gagal. Mereka sudah datang jauh-jauh, awas saja kamu tidak berhasil membuat kesepatakan dengan mereka.”“Aku tahu, Pa. Aku tidak akan mengacaukannya lagi seperti kemarin.”“Bagus kalau kamu tahu!”Suara pintu kaca yang tertutup membuat Alex bisa bernapas lega. Meski hanya layar gelap yang terlihat di ponselnya, dia yakin Gunawan sudah pergi dari ruangan Clara.“Pria itu berharap terlalu banyak dan selalu menekan Clara. Dia bahkan tidak peduli putri kesayangannya

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-22
  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 191 - Tamu Tak Terduga

    Lamunan Alex bersama berbagai dugaannya, buyar melihat wajah masam sang ayah yang sekarang berkacak pinggang di depannya. Terlihat jelas dia menunjukkan ketidakpuasan. Apa lagi masalah yang lebih mendesak dibandingkan keberpihakan Clara?!“Kamu sudah mendapatkan tanda tangan gadis cantik itu?” tanya Harris tanpa repot-repot menyembunyikan ketertarikan pada gadis yang lebih pantas menjadi menantunya. Jika bukan karena sikap angkuh gadis muda itu, mungkin dia sudah menggodanya sesekali.Alex membuang muka, malas meladeni sikap diktator ayahnya. Dia menyadari pertanyaan Stevan benar. Mungkin, dia hanya dijadikan pion andalan oleh Harris, bukan anak ataupun calon pewaris. Nyatanya, pria itu ingin meraup semua menjadi miliknya sendiri.“Heh! Kenapa diam? Kamu belum mendapatkannya?” kejar Harris tidak sabaran.“Apa hanya itu yang ada di kepalamu, Hey, Pak Tua?”Ingin sekali Alex menjawab seperti itu, akan tetapi bibirnya tidak benar-benar berani mengucapkannya. Dia hanya menyuarakan itu di d

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-22

Bab terbaru

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 278 - Jerat Selamanya

    *Satu minggu kemudian …. “Proses penyelidikan berjalan dengan lancar, Tuan. Tidak ada kendala. Tuan Harris dan juga Hilda mengakui semua perbuatan mereka. Bukti-bukti yang terkumpul sudah cukup untuk menuntut keduanya di meja hijau.” Stevan mengangguk sambil membaca berkas yang dibawa oleh Mario. “Tuntutan 10 tahun penjara?” “Benar, Tuan,” Mario mengangguk. Stevan mengangguk puas. Selain 10 tahun mendekam di balik jeruji besi, Harris dan Hilda juga harus membayar biaya denda yang tidak sedikit jumlahnya. Stevan lantas menutup dokumen dan menatap Mario. “Pastikan hal ini tidak mempengaruhi Wijaya Group.” Mario mengangguk. “Semuanya aman terkendali, Tuan. Semenjak Tuan Harris dikeluarkan dari jajaran direksi dengan cara tidak terhormat, kasus ini tidak membawa dampak besar bagi perusahaan.” “Bagus. Pertahankan,” kata Stevan.Mario kembali mengangguk. “Nyonya Besar akan mengambil alih selama Tuan cuti panjang?” “Ya. Kau bisa berkoordinasi dengan asisten Mama mulai hari ini. Janga

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 277 - Hampir Usai

    ‘Paman, maaf mengganggumu malam-malam. Tapi aku ingin mengabarkan kalau Papa sudah siuman. Dia sudah dipindahkan ke kamar inap biasa.’ Elisa membaca pesan yang dikirimkan oleh Alex kepada Stevan. Ia mengerjapkan mata beberapa kali untuk memastikan penglihatannya tidak keliru. Wanita itu lalu menatap Stevan yang tidak mengatakan apapun. Namun, melihat tubuhnya yang menegang, Elisa bisa memastikan bahwa suaminya juga sama terkejutnya dengan dirinya.“Steve? Kamu baik-baik saja?” Stevan tampak tercenung di tempatnya. Perasaannya campur aduk. Ia pikir Harris tak akan mampu melewati masa kritis panjangnya. Stevan pikir, pada akhirnya maut lah yang menjadi hukuman bagi kakaknya itu. Tapi ternyata, Sang Maha Kuasa punya rencana lain. Dan Stevan tidak tahu perasaan apa yang selayaknya ia rasakan saat ini. Melihat kemelut di wajah suaminya, Elisa lantas mengusap-usap lengannya dengan lembut, mencoba menyalurkan rasa nyaman yang menenangkan. “Apa yang kamu rasakan, Steve?” Elisa ragu-ragu

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 276 - Obrolan di Malam Hari

    “Minggu depan?!” Elisa menjauhkan ponsel dari telinganya mendengar suara pekikan gadis di seberang sambungan. Ia tertawa mendengar suara grasak-grusuk yang terasa familiar. Meski sudah lama tidak saling kontak, nyatanya sahabatnya itu belum berubah, masih heboh seperti dulu saat mereka pertama kali berteman. “Astaga, aku belum menyiapkan apapun untuk calon bayimu!” kata Sera, terdengar panik. “Tenanglah, Sera,” kata Elisa sambil tertawa. “Kamu tidak perlu menyiapkan apapun.” “Tidak perlu bagaimana?! Calon keponakanku yang pertama akan lahir ke dunia, tidak mungkin aku tidak menyiapkan apapun!” protes Sera. Nadanya terdengar panik sekaligus antusias. Elisa tersenyum, senang karena Sera menyebut calon buah hatinya sebagai keponakan meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah sama sekali. “Besok aku akan berbelanja setelah makalah sialan ini selesai,” gerutu Sera, yang lagi-lagi membuat Elisa tertawa mendengarnya. Sudah lama sejak terakhir kali mereka bertemu. Keduanya dis

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 275 - Titik Terang

    Stevan semakin sibuk menjelang hari persalinan Elisa. Ia ingin menyelesaikan banyak pekerjaan sekaligus sebelum mengambil cuti agar bisa fokus pada sang istri dan calon buah hati mereka nantinya. Kesibukan itu tentu berimbas pada banyak orang, tidak hanya Mario, tetapi juga divisi-divisi lain di bawah pengawasan Stevan, termasuk Alex yang sudah mendapatkan kepercayaan untuk mengepalai beberapa project besar. Namun, di tengah-tengah kesibukan itu, baik Stevan maupun Alex masih bisa mencuri waktu untuk orang-orang terkasih. Sesibuk apapun mereka di kantor, mereka masih meluangkan sedikit waktu untuk sekadar bercengkerama lewat panggilan telepon atau video. Obrolan singkat itu selalu menjadi pelipur di tengah hectic-nya pekerjaan di kantor. “Kau yakin tidak menginginkan apapun? Aku akan membelinya saat pulang nanti,” kata Stevan sambil menaikkan bingkai kacamata baca yang turun ke pangkal hidungnya. Matanya masih fokus pada dokumen di hadapan, dengan pulpen di tangan yang sesekali men

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 274 - Kebersamaan Tak Terduga

    “Elisa!” Stevan menaiki undakan tangga teras dengan langkah lebar. Raut wajahnya tampak mengeras, dengan dada naik turun karena napasnya tidak beraturan. Ia bahkan mengabaikan pelayan yang tergopoh-gopoh mengikutinya dari belakang. Pelayan itu tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi melihat aura dingin dari tuannya, pelayan tersebut memilih untuk bungkam. Namun, saat Stevan hendak menaiki tangga ke lantai dua, pelayan itu segera menyela dan mengatakan keberadaan Elisa. “Nona berada di taman belakang bersama—” Stevan tidak menunggu pelayan tersebut menyelesaikan kalimatnya, langsung membawa langkah lebarnya ke arah taman di belakang kediaman utama. “Elisa—” panggil Stevan, tapi ia tidak melanjutkan kalimatnya saat sepasang matanya menangkap pemandangan asing yang membuatnya terpaku. Rasa marah dan kesal yang sedari tadi ia bawa dari kantor, seketika langsung menguap begitu saja saat melihat apa yang ada di depan matanya kini. “Steve? Kamu sudah sampai?” tanya Elisa terkejut. Waj

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 273 - Harus Diberi Hukuman 

    “ALEX?!” Suara Stevan terdengar meninggi satu oktaf, berkas yang sedari tadi ia bolak-balik sambil membubuhi beberapa halaman dengan tanda tangan teronggok begitu saja di atas meja. Ia terlalu terkejut mendengar satu nama itu disebut membersamai kata ‘teman’ dari mulut istrinya. Sejak kapan Alex menjadi teman Elisa?!“Ya,” sahut Elisa, tidak menyadari kegundahan sang suami yang begitu kentara sebab ia tampak sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. “Sebentar lagi Alex akan datang ber—” “Tunggu di sana,” sela Stevan sambil bergegas. Ia melupakan berkas dokumen yang masih menumpuk di atas meja, lantas mengambil jasnya yang tersampir di sandaran kursi dan langsung bergegas menuju pintu. “Steve—”“Aku akan tiba dalam 15 menit.” Stevan tidak menunggu respon dari Elisa. Ia segera memutus sambungan dan menaruh ponsel genggamnya ke dalam saku celana. Mario baru saja ingin mengetuk pintu saat Stevan keluar dari ruangan dengan langkah tergesa. Mereka nyaris bertabrakan kalau saja M

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 272 - Teka-teki Tak Berujung

    “Tidak ada yang mengunjungi Tuan Harris sebelum beliau dirawat di ruang ICU, Tuan,” lapor Mario keesokan paginya saat Stevan baru saja tiba di kantor. “Saya sudah cek CCTV beberapa minggu ke belakang. Selain keluarga, tidak ada yang datang untuk menjenguk Tuan Harris. Hanya ada beberapa petugas dari kantor kepolisian yang berganti menjaga di depan kamar inap beliau,” tambah Mario. Laporan itu membuat dahi Stevan mengerut. “Kau yakin?” Mario kemudian menyerahkan sebuah tablet begitu tuannya sudah duduk di kursi kebesarannya. Layar pipih itu menampilkan satu rekaman CCTV, waktunya sekitar satu minggu sebelum Harris dipindahkan ke ruang ICU. “Bukankah gadis ini Stella?” Mario mengangguk. “Benar, Tuan. Dia pernah datang, tetapi tidak diizinkan masuk untuk menjenguk Tuan Harris.” “Kenapa?” tanya Stevan. “Penjaga berkata bahwa itu adalah pesan dari Tuan Alex. Ia meminta pada para petugas agar tidak memberi akses kepada siapa pun untuk menemui ayahnya kecuali keluarga inti dan p

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 271 - Si Jubah Putih

    “Stevan?” Stevan mengalihkan tatapannya, menatap wajah ibunya yang tampak lelah. “Kamu melihat apa?” tanya Renata sembari melihat ke arah ujung koridor yang sepi. Tidak ada siapa-siapa di sana. “Tidak,” sahut Stevan, terdengar tidak yakin bahkan di telinganya sendiri. Ia lantas berdiri dari kursi dan menatap ibunya sejenak. “Aku akan ke toilet sebentar,” katanya, langsung pergi tanpa menunggu respon dari Renata. Stevan berjalan ke arah koridor di mana ia melihat seseorang berdiri di sana beberapa saat yang lalu. Namun, sekarang tidak ada siapa-siapa sejauh matanya menyapu sekitar. Ia membawa langkahnya menyusuri koridor, barangkali akan menemukan sebuah petunjuk. Instingnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Stevan merasa sedang diawasi. Tapi siapa? Dan untuk apa?Stevan mencoba menerka-nerka. Ia kemudian mengambil ponselnya di dalam saku dan bermaksud untuk menelepon Mario. Stevan akan meminta pria itu untuk mencari tahu siapa saja yang berkunjung ke ruangan Harris selama

  • Jerat Gairah Paman Kekasihku   Bab 270 - Waktunya Tidak Lama Lagi

    “Tuan Harris dalam kondisi kritis. Saat ini beliau sedang dirawat di ruang ICU.” Stevan meletakkan sendok dan garpu di atas piring, lalu mengarahkan tatapannya pada Maria yang baru saja menyampaikan informasi yang didapatkannya dari pelayan kediaman kakak sulungnya itu. “Stevan ….” Perhatian Stevan teralihkan pada Elisa yang juga baru saja menghentikan aktivitas makan malamnya. Elisa meraih jemari Stevan dan menatapnya lekat, seolah tengah mencari perubahan emosi yang dirasakan oleh suaminya itu lewat sepasang matanya. Namun, tidak ada. Stevan memang tampak tercenung, tapi itu hanya selama beberapa detik sebelum ekspresinya kembali datar, seolah kabar itu tidak pernah ia dengar sama sekali. “Kamu tidak apa-apa?” tanya Elisa, tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Stevan hanya mengangguk sekilas, sebelum kembali mengambil sendok dan garpunya, lalu melanjutkan makan malam yang sempat tertunda. “Kita makan dulu,” kata Stevan ringan. Seolah dengan begitu, selera makan Eli

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status