Home / Romansa / Jerat Gairah Paman Kekasihku / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Jerat Gairah Paman Kekasihku: Chapter 111 - Chapter 120

279 Chapters

Bab 111 - Alasan yang Sebenarnya

Di saat yang sama, Stevan membantu Elisa naik ke dalam mobil dengan hati-hati. Satu tangannya sigap menggenggam erat lengan Elisa, sedang yang lain berusaha melindungi kepala gadis itu agar tidak terbentur bagian atas pintu mobil.Hanya dalam hitungan menit, pasangan suami istri itu meninggalkan hotel bintang lima yang berada dalam kekuasaan Wijaya Group. Cukup lama keduanya bungkam, sibuk dengan isi kepala masing-masing. Sibuk menatap keluar jendela sambil mengatur emosi masing-masing.“Terima kasih,” ucap Elisa saat mobil mereka terhenti karena lampu lalu lintas menyala merah.Sopir pribadi Stevan segera menutup partisi kaca di belakang kursi kemudi, mencegah dirinya mendengar percakapan mereka.Stevan tersenyum simpul. Satu, untuk sikap sopirnya. Dua, untuk ucapan terima kasih Elisa yang membuat hatinya menghangat.“Tidak perlu berterima kasih. Aku hanya melakukan yang seharusnya.”Elisa menarik satu sudut bibirnya, tapi terlihat jelas bahwa dia tidak benar-benar ingin tersenyum. W
last updateLast Updated : 2023-09-21
Read more

Bab 112 - Merawat Istri

“Di mana kau sekarang?” tanya Stevan begitu sambungan telepon diangkat oleh Maria. Terlihat jelas pria itu menahan emosi, harus sedikit menjauh dari Elisa yang tertidur di ranjangnya.“Saya masih ada di hotel, Tuan. Nona Clara membuat keributan dengan merusak barang-barang di lobi.”Rahang Stevan mengerat. Dia tidak menyangka Clara akan segila itu. Harga dirinya pasti begitu terluka sampai kehilangan kewarasannya.“Bereskan dan tutup mulut orang-orang. Jangan sampai kabar itu tersebar ke luar apalagi ke media.”“Baik, Tuan.”“Jangan lupa panggil pengacara. Pastikan kamu menuntut ganti rugi padanya.”Mario sedikit terkejut, tapi mengiyakan perintah atasannya.“Ada lagi yang harus saya lakukan, Tuan?”Gumam lirih terdengar, “Pergi ke ruang kendali CCTV dan kirimkan salinannya padaku. Elisa terluka. Aku harus tahu siapa yang sudah menyakitinya selain Alex.”“Saya akan segera mendapatkannya,” jawab Mario yang saat ini mulai melangkah menjauhi lobi hotel, meninggalkan beberapa pekerja yang
last updateLast Updated : 2023-09-22
Read more

Bab 113 - Pergi Tengah Malam

Stevan tersenyum kecil melihat Elisa salah tingkah.“Tidak ada yang kulakukan tadi. Meskipun aku menginginkannya, tapi aku cukup tahu diri tidak mencurinya dari seseorang yang sedang tertidur. Kalau kau tidak keberatan, aku bisa menikmatinya sekarang.”Stevan mengecup bibir Elisa bersama tangan yang menyusup ke belakang punggung, merangkul pinggang ramping istrinya dengan begitu mesra. Meski awalnya terkejut dengan perlakuan Stevan, tapi Elisa justru mulai menikmatinya.Menyadari Elisa mulai terbawa suasana, Stevan meminta akses masuk menggunakan lidahnya. Satu hal yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Elisa pasti memahami hal itu.Namun, bukannya mendapat kesenangan seperti bayangan yang ada di kepala, Elisa justru menggigit lidah Stevan. Rasa kesal kembali menyadarkannya.“Aww!” teriak Stevan sambil menarik diri, menatap jeri ke arah Elisa yang menolehkan wajah ke arah lain. “Kau berani menggigitku?”“Siapa suruh mengambil kesempatan dalam kesempitan!”Stevan gagap, tidak bisa meny
last updateLast Updated : 2023-09-22
Read more

Bab 114 - Apa Rencana Renata?

Lobi hotel sudah tertata rapi seperti semula saat Stevan keluar dari mobilnya, langsung menaiki anak tangga dan menemui Mario yang menunduk takzim ke arahnya.“Maaf harus mengganggu waktu istirahat Anda, Tuan.”Stevan mengangkat tangannya, tidak keberatan karena Mario memang tidak akan bisa menangani hal itu.“Apa yang terjadi? Kenapa kamu tidak bisa mendapatkan rekaman CCTV-nya? Seseorang berusaha merusaknya?”Mario menggeleng, mengarahkan atasannya untuk ikut ke ruang kendali kamera pengawas.“Nyonya Renata sudah mengambil semuanya.”“Tunjukkan padaku. Seberapa jauh wanita tua itu ikut campur?”Mario duduk di kursi yang ditinggalkan oleh kepala security. Jarinya lincah mengetuk mouse, memilih tampilan layar yang tersisa.“Maafkan saya, Tuan. Nyonya Besar meminta saya memindahkan beberapa file. Saya tidak bisa menolaknya.”Stevan tak menjawab, tidak sepenuhnya menyalahkan karyawan biasa seperti pria itu. Dia jelas tidak memiliki kuasa untuk melawan wanita yang dianggap sebagai pemili
last updateLast Updated : 2023-09-23
Read more

Bab 115 - Dikuasai Amarah

“Aku yakin kamu sudah merencanakan hal ini sejak awal,” ujar Harris sambil menyodorkan surat kabar pada Stevan. Tampak headline berita menuliskan: Kembalinya Kejayaan Wijaya Group di Bawah Pimpinan Pewaris Sahnya, Stevan Wijaya.“Berapa banyak uang yang kamu berikan untuk pemimpin redaksi itu?”Stevan menghempas surat kabar di tangannya ke meja, tak ingin meladeni ucapan Harris. Dia tidak melakukan apa pun.“Ah, mungkin kamu menawarkan kerja sama atau slot iklan misalnya?”“Aku tidak ada waktu untuk meladeni pemikiran bodohmu itu,” jawab Stevan sambil berbalik dan melanjutkan langkahnya.“Itu benar-benar judul yang dramatis. Kamu sengaja menggiring opini orang-orang agar tidak berpihak lagi padaku, kan?” imbuh Harris dengan suara angkuh, sengaja menantang Stevan. “Aku sungguh tidak menyangka kamu bisa berbuat selicik itu, Stevan.” Stevan menahan langkahnya, menoleh ke samping dengan wajah malas. Sejujurnya, dia enggan berurusan dengan Harris yang selalu berprasangka buruk padanya. Ti
last updateLast Updated : 2023-09-24
Read more

Bab 116 - Keraguan yang Nyata

“Stevan, tolong jangan salah paham. Aku menyembunyikan itu untuk kebaikan kita bertiga. Aku takut kamu marah dan memaksakan kehendakmu seperti dulu. Dia sangat berharga untukku. Kalau kamu ingin menyingkirkannya, aku bahkan rela berkorban nyawa untuk menyelamatkannya!”Stevan tak lantas menjawab, menatap Elisa lekat-lekat.“Kau rela berkorban nyawa?” Kening Stevan berkerut dalam. “Apa wanita tua itu lebih berharga dari hidupmu sendiri?”“Apa? Wanita tua?” Wajah bodoh Elisa menjadi pemandangan yang Stevan lihat berikutnya.Mata indah Elisa mengerjap dua kali, memastikan telinganya tidak salah dengar. Dia tidak sepenuhnya mengerti ke mana arah pembicaraan mereka. Tadinya, dia ingin mengungkapkan kehamilannya, tapi sepertinya bukan itu yang Stevan ingin dengar darinya.“Apa yang dia bicarakan? Menghasutmu untuk memengaruhiku?”Tunggu!Elisa menghubungkan setiap ucapan Stevan dengan kejadian saat di jamuan makan. Lagi pula, tidak ada orang lain yang dipanggil dengan sebutan “wanita itu” o
last updateLast Updated : 2023-09-25
Read more

Bab 117 - Cemas 

Namun, ketika Elisa hendak mendekat, pria itu pergi dari sana dengan tergesa. Tangannya menyambar kunci mobil sambil bertelepon, tidak menyadari kehadiran wanita yang ingin menyampaikan kabar bahagia padanya.“Jangan gila. Untuk apa dia meminta data proyek?!”Tubuh Elisa menegang seketika, salah dengar dan mengira Stevan sedang bicara dengan Alex. Dia mengingat pesan dari Alex di ponsel Stevan tadi pagi.[Temui aku di Ocean saat jam makan siang. Ada yang ingin aku bicarakan tentang Elisa!]“Mungkinkah Stevan akan bertemu Alex?” gumam Elisa hampir tanpa suara. “Apa yang akan mereka bicarakan?”Seketika ketakutan tampak jelas di wajah Elisa. Dengan emosi Stevan yang tidak stabil, dia takut pria itu akan membencinya. Dia memang menikah untuk mendapatkan uang, tapi tidak terpikir di benaknya untuk menguasai seluruh harta pria itu dan mengkhianatinya.“Stevan, tunggu!”Elisa berlari cepat menyusul Stevan ke beranda, tapi pria itu sudah berlalu pergi melewati gerbang utama.“Bagaimana jika
last updateLast Updated : 2023-09-25
Read more

Bab 118 - Terjebak Situasi Tidak Menyenangkan

“Selamat datang kembali, Tuan,” sapa seorang pelayan yang kebetulan berpapasan dengan Stevan di beranda.“Di mana Elisa?”“Nona?” Wanita empat puluhan itu tampak terkejut, “Bu … bukankah dia pergi bersama Anda?”Kening Stevan berkerut seketika, merasa tidak puas dengan jawaban wanita itu. Jika Elisa ada bersamanya, dia tidak akan mencarinya!Dengan langkah cepat, Stevan naik ke lantai dua dan membuka kamar Elisa tanpa mengetuk pintunya. Sedari tadi dia menatap ke sana kemari, tapi sosok istrinya tidak terlihat di mana pun.Tangan Stevan tak berhenti menghubungi Elisa, tetapi hanya kekecewaan yang didapat karena ponsel milik gadis itu tergeletak di meja. Tak bersuara, hanya bergetar dan layar menyala menunjukkan nama pemanggilnya.“Ke mana dia pergi?”Belum sempat Stevan menuruni anak tangga setelah keluar dari kamar Elisa, Maria sudah menghadapnya.“Di mana dia?” kejar Stevan sambil menggoyangkan ponsel Elisa yang ada di tangan kirinya. Entah kenapa, setelah mendapat petuah dari Renat
last updateLast Updated : 2023-09-26
Read more

Bab 119 - Clara Makin Menggila!

“Kenapa terburu-buru sekali? Dia baik-baik saja selama kamu bersikap baik padaku, Steve.” Stevan langsung menepis tangan Clara yang lagi-lagi menyentuh wajahnya. Dia benar-benar muak dengan tabiat buruk gadis itu yang tersembunyi di balik wajah malaikat miliknya. “Apa yang ingin kau lakukan padanya? Jangan main-main denganku. Aku bahkan belum membuat perhitungan dengan kekacauan yang kau buat semalam.” Bukannya terintimidasi, Clara justru tertawa. “Sejak kapan kamu jadi bisa menahan diri seperti itu, Sayang?” Clara berusaha menempel ke tubuh Stevan, tapi pria itu segera menarik diri. Menjaga jarak aman dari gadis yang bisa saja melakukan hal-hal gila di luar akal waras manusia. “Katakan padaku di mana Elisa!” “Ada,” jawab Clara dengan senyum palsunya, “Tidak akan terjadi apa pun selama kamu mau menemaniku menyelesaikan wawancara tadi. Kamu tidak perlu mengatakan apa pun, cukup duduk diam di sampingku dan dengarkan apa yang aku katakan.” Stevan menggeram. Dia benar-benar tidak t
last updateLast Updated : 2023-09-26
Read more

Bab 120 - Siapa yang Menikah?

“Dia makan selahap itu?” batin Alex saat menyadari makanan di depan Elisa hampir habis seluruhnya. Padahal tidak sedikit yang tersaji di sana. Teishoku, satu paket lengkap makanan yang banyak disajikan di restoran Jepang.Ada semangkuk nasi yang disandingkan dengan sup miso dan tsukemono atau acar Jepang. Selain itu, masih ada karaage, tempura, juga yakizakana. Jangan lupakan tamagoyaki atau telur dadar yang juga sudah berpindah ke perut Elisa.“Kamu kelaparan atau Stevan tidak memberimu makan?”Pertanyaan Alex membuat Elisa menghentikan santap siangnya detik itu juga dan mengangkat wajahnya.“Lupakan saja. Anggap aku tidak pernah mengatakan apa pun,” ujarnya kemudian. “Aku senang kamu makan dengan lahap. Itu artinya aku tidak membuatmu ketakutan seperti semalam.”Elisa tak menjawab, tapi perlahan meletakkan sumpit di tangannya. Segelas teh hijau menjadi penutup setelah makan besar yang sungguh mengenyangkan. Dia sendiri tidak menyadari nafsu makannya bisa jadi seperti itu.“Aku sudah
last updateLast Updated : 2023-09-27
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
28
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status