Sakit hati Elisa semakin menjadi-jadi. Semua yang diucapkan Clara benar adanya. “Tunggu apa lagi?” usir Clara sambil menendang ujung kaki Elisa bersama tatapan jijik yang amat kentara. Sejak awal bertemu malam itu, dia benar-benar membenci Elisa. Terlebih, sekarang Stevan terlihat semakin memanjakannya. Menahan sakit di fisik dan batinnya, Elisa pergi dari sana. Hatinya hancur, cemburu, marah, kesal, tetapi tidak berdaya diinjak-injak harga dirinya oleh Clara. Dibandingkan wanita itu, dia jelas tidak memiliki kuasa apa-apa. Statusnya sebagai istri Stevan, seolah tidak ada gunanya. Elisa berlari ke sembarang arah, melalui koridor pendek yang sepi dengan pencahayaan yang sedikit remang. Rasa gugup di awal menginjakkan kaki di gedung ini, penghinaan di toilet, hingga penindasan Clara benar-benar menguras tenaganya. “Ma … Mama Renata,” panggil Elisa putus asa, berusaha mencari ruang pemantau CCTV yang satu jam lalu menjadi tempat pertemuannya dengan Renata. Namun, semua pintu terlihat
Last Updated : 2023-09-20 Read more