Home / Romansa / Jerat Gairah Paman Kekasihku / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Jerat Gairah Paman Kekasihku: Chapter 101 - Chapter 110

279 Chapters

Bab 101 - Perjamuan yang Menyesakkan!

Stevan maupun Elisa banyak diam setelah pertemuan tidak disengaja dengan Alex dan Harris. Keduanya sibuk dengan isi kepala masing-masing yang memicu keheranan dari Maria. Wanita itu penasaran yang terjadi dengan keduanya, tetapi tidak memiliki hak untuk bertanya.Hingga pagi berikutnya, interaksi keduanya masih terasa dingin. Menghabiskan hidangan masing-masing dan naik ke mobil seperti biasa.“Stevan ….”“Elisa ….”Stevan dan Elisa berbarengan memanggil lawan bicaranya saat mobil mewah Stevan berhenti di pelataran Miracle Company. Keheningan menyelimuti keduanya, memberikan yang lain kesempatan untuk bicara terlebih dahulu.“Ladies first,” ucap Stevan pada akhirnya karena satu-dua menit berlalu tapi tidak ada pembicaraan di antara mereka.Tampak Elisa menarik napas dalam, memikirkan kembali kalimat tanya yang tidak akan membuat Stevan tersinggung. Dia harus hati-hati, menjaga jangan sampai Stevan murka atau tidak ada yang bisa dia dengar dari pria itu.“Ini tentang apa yang Papa Alex
last updateLast Updated : 2023-09-18
Read more

Bab 102 - Penyelamat yang Dirindukan

Keempat gadis itu tadinya bersiap mengamuk dan membalas orang yang berani-beraninya telah menyiram dan merusak penampilan mereka! Tapi seketika mereka saling pandang, tertegun menatap wanita dengan raut wajah anggun tapi juga bengis yang menandakan dia memiliki kekuasaan luar biasa. Bukan hal mustahil untuk meluluhlantakkan perusahaan kecil milik keluarga mereka.Mereka menelan ludah. Wanita ini ….“Kenapa diam? Bukankah kalian begitu vokal sebelumnya?”Elisa tertegun, merasa tidak asing dengan suara wanita yang berhasil membalaskan sakit hatinya. Bahkan, membuat gadis-gadis itu lari tunggang langgang dari sana.“Mama? Apa aku salah dengar?!”Setelah memastikan orang-orang itu tidak lagi ada di sana, Elisa membuka pintu bilik. “Mama?!”Elisa terlihat begitu bahagia mendapati wanita enam puluhan yang sekarang merentangkan tangan, bersiap memberikan pelukan hangat kepada menantu kesayangannya.“Bagaimana keadaanmu, Sayang? Maaf sekali Mama tidak bisa hadir di fashion show-mu hari itu.
last updateLast Updated : 2023-09-18
Read more

Bab 103 - Perusak Suasana

Terlihat raut kekecewaan di wajah Elisa, tampak dari bibir yang digigit olehnya. Sepasang matanya tidak lagi berbinar. “Mama tahu kamu pasti sangat ingin melihat reaksi Stevan.” Elisa mengangguk lemah, menatap ke arah tautan tangannya dengan Renata di mana wanita itu tak bisa menyembunyikan kegelisahannya. “Kita tunggu waktu yang tepat, Sayang. Saat ini, kalian baru saling mengenal satu sama lain. Bukan tidak mungkin jika Stevan kembali mendesak untuk menggugurkan kandunganmu. Jika itu terjadi, kamu tidak akan bisa bersembunyi. Mengertilah, Nak.” Elisa tak merespons, tapi hatinya mengiyakan ucapan Renata. Dia tidak ingin kehilangan bayi yang ada di dalam rahimnya. Bahkan, jika harus berkorban nyawa untuk mempertahankannya, dia juga rela. “Sekarang, kamu fokus saja jaga kesehatanmu. Jangan memikirkan hal yang lain. Kamu harus bahagia, Elisa!” Senyum simpul berhasil Elisa tarik di sudut bibirnya, mengabaikan berbagai ketidaknyamanan yang harus ditahan. “Kamu sudah pergi terlalu la
last updateLast Updated : 2023-09-18
Read more

Bab 104 - Penjilat

“Selamat datang kembali, Paman. Benar-benar pencapaian yang mengejutkan. Kami semua bangga padamu,” ucap Alex sambil menghampiri Stevan dan memberikan pelukan hangat.“Aku benar-benar bahagia kamu muncul kembali di tempat ini,” imbuhnya sambil mengurai pelukan, menatap Stevan dengan mata berbinar bahagia.“Menjauhlah dariku!” geram Stevan dengan suara lirih, tetapi rahangnya mengeras, jelas-jelas tidak suka dengan sikap sok akrab keponakan liciknya.Alih-alih terpengaruh dengan perintah Stevan, Alex justru berdiri di samping Stevan dan merangkul pundaknya seperti seorang kawan dekat. Satu hal yang memicu bisik-bisik rekan bisnis di masing-masing meja.“Bukankah itu Alex Wijaya?”“Putra Harris yang terkenal suka bermain dengan banyak wanita?”“Kudengar dia pulang dari luar negeri padahal belum menyelesaikan pendidikan S2-nya. Apa itu benar?”“Dia kembali demi mendekati seorang mahasiswa baru di kampusnya terdahulu.”Berbagai komentar miring tak lepas dari telinga Elisa. Semua orang ber
last updateLast Updated : 2023-09-19
Read more

Bab 105 - Siapa Wanita Itu?!

Harris mengulas sebuah senyum simpul, lalu menatap semua orang yang kini memperhatikannya. Mereka tampak penasaran dengan apa yang akan ia katakan berikutnya.Sebaliknya, Stevan semakin tidak nyaman dan ingin menghentikan drama ayah dan anak yang berpura-pura sangat peduli padanya. Padahal, hubungan mereka tidak sebaik itu!“Ada kriteria tertentu yang seharusnya gadis itu miliki, salah satunya latar belakang keluarga yang setara dengan kami. Bukan benalu yang hanya akan memberatkan Stevan di masa depan. Itu tidak boleh terjadi,” imbuh Harris dengan percaya diri.Meski tak sekali pun Harris menyebut nama Elisa, tetapi gadis itu tahu dirinyalah yang sedang dibicarakan. Dialah benalu yang menyusahkan.“Kebahagiaan Stevan adalah prioritas kami sebagai keluarga. Setelah kecelakaan yang terjadi tempo hari, tidak ada satu pun yang mengizinkan Stevan kami menderita. Gadis tidak tahu diri itu tidak akan kami izinkan menggerogoti Stevan maupun perusahaan!”Harris berujar dengan berapi-api. Dia
last updateLast Updated : 2023-09-19
Read more

Bab 106 - Tidak Tahu Diri!

“Apa kamu menungguku, Steve?” bisik lirih seorang wanita, sedikit menarik diri setelah tanpa aba-aba mendaratkan kecupan mesra di sudut bibir pria yang menjadi obsesinya selama ini. “Clara?!” geram Stevan dengan emosi tertahan. “Yuhuu. It’s me, Baby. Do you miss me?” Stevan mengeratkan rahangnya, melepaskan diri dari tangan Clara yang masih bersemayam memeluk tengkuknya. “Apa kau gila?!” Stevan mendorong tubuh Clara. Ia usap bibirnya kasar, berusaha menghilangkan jejak bibir yang tak diinginkan itu dari bibirnya. Stevan juga segera mundur dua langkah untuk menciptakan jarak agar orang-orang tidak curiga. Clara masih ingin mendekat ke arah Stevan saat tiba-tiba lampu menyala. Semua pasang mata menatap Stevan dan Clara yang saat ini sedang berdiri saling berhadap-hadapan. “Surprise!” ucap Clara, menyodorkan buket bunga di balik tubuhnya ke arah Stevan. Dia pura-pura tidak melihat kemarahan di mata Stevan. Semurka apa pun pria itu, Clara yakin dirinya tidak akan dipersalahkan at
last updateLast Updated : 2023-09-19
Read more

Bab 107 - Tidak Berdaya

Sakit hati Elisa semakin menjadi-jadi. Semua yang diucapkan Clara benar adanya. “Tunggu apa lagi?” usir Clara sambil menendang ujung kaki Elisa bersama tatapan jijik yang amat kentara. Sejak awal bertemu malam itu, dia benar-benar membenci Elisa. Terlebih, sekarang Stevan terlihat semakin memanjakannya. Menahan sakit di fisik dan batinnya, Elisa pergi dari sana. Hatinya hancur, cemburu, marah, kesal, tetapi tidak berdaya diinjak-injak harga dirinya oleh Clara. Dibandingkan wanita itu, dia jelas tidak memiliki kuasa apa-apa. Statusnya sebagai istri Stevan, seolah tidak ada gunanya. Elisa berlari ke sembarang arah, melalui koridor pendek yang sepi dengan pencahayaan yang sedikit remang. Rasa gugup di awal menginjakkan kaki di gedung ini, penghinaan di toilet, hingga penindasan Clara benar-benar menguras tenaganya. “Ma … Mama Renata,” panggil Elisa putus asa, berusaha mencari ruang pemantau CCTV yang satu jam lalu menjadi tempat pertemuannya dengan Renata. Namun, semua pintu terlihat
last updateLast Updated : 2023-09-20
Read more

Bab 108 - Stevan Lepas Kendali

Mata Alex terbelalak selebar-lebarnya saat menyadari sosok pria yang saat ini memangku tubuh Elisa, juga menepuk-nepuk pipinya untuk mengembalikan kesadaran gadis itu.“Elisa … El, kau bisa mendengarku?”Elisa membuka matanya, menatap wajah tampan yang saat ini memeluknya dengan penuh cinta. Aroma lavender yang menenangkan membuat Elisa langsung tahu identitas pria itu. Air matanya mengalir deras, takut Stevan salah paham karena dia dan Alex tadi hampir berciuman.Alex yang masih dikuasai emosi karena kesenangannya terganggu, bergerak cepat ingin menyingkirkan Stevan. Dia tidak mau mangsa empuknya menjadi santapan sang paman. Namun, seorang pria dengan pakaian serba hitam menahan bahunya.“Tetap di sana, Tuan,” ucapnya memperingatkan.Bukannya menurut, Alex justru berusaha melawan. Hal itu memicu sebuah tendangan bersarang di tulang keringnya, membuatnya tersungkur beralas lutut. Sumpah serapah keluar dari mulutnya. Dia ingin berontak, tapi dua orang pria menahan kedua bahunya.Dengan
last updateLast Updated : 2023-09-20
Read more

Bab 109 - Elisa Cemburu …

Tidak perlu diminta dua kali, Sasha segera bergerak dari sana bersama ketiga pengawal yang mengambil jarak dengan tuan dan nonanya. Mereka paham, pasangan suami istri itu harus bicara empat mata. Bahu Elisa masih berguncang sesekali. Tangisnya memang sudah reda, tapi sedu-sedannya masih tersisa satu-dua. Malam itu benar-benar menjadi malam kelabu yang tak akan terlupakan untuknya. Pantas saja Harris memintanya bersiap-siap. Ternyata, ini yang terjadi. Cukup lama Stevan dan Elisa terdiam, sama-sama bungkam. Stevan sudah tampak lebih tenang sekarang. Pria itu mengambil posisi duduk di samping Elisa, berjarak dua jengkal saja. Hanya tangannya yang meraih botol air mineral di dekat kaki istrinya dan memainkannya. “Apa dia marah?” batin Elisa yang mulai merasa tidak karuan. Suara botol yang diremas dengan tangan terasa meremukkan tulang-tulang dan persendian Elisa, membuat tubuhnya menegang seketika. Sejujurnya, dia takut pria itu akan melampiaskan amarah padanya. “Apa kau terluka?”
last updateLast Updated : 2023-09-20
Read more

Bab 110 - Amukan Perempuan Gila

“Elisa, jangan dengarkan apa pun yang—”“Tolong turunkan aku.”“Apa?”Stevan mengerutkan kening, merasa heran dengan permintaan Elisa. Terlebih, pergelangan kaki gadis itu terluka.“Aku mau turun,” pinta Elisa dengan suara dingin, tak melepaskan tatapannya dari sosok Clara yang semakin mendekat ke arah mereka.Meskipun belum yakin dengan apa yang terjadi, tetapi pria dengan kemeja putih yang tertutup vest tanpa lengan itu menurut. Stevan menundukkan badannya, membantu Elisa turun dari gendongannya.“Kau yakin kakimu baik-baik saja?”Alih-alih menjawab pertanyaan Stevan, Elisa justru mengedarkan pandangannya ke segala arah. Lobi hotel yang cukup sepi membuat satu sudut bibirnya tertarik ke atas.“Elisa,” panggil Stevan, menggenggam jari Elisa karena merasa ada yang berbeda dengan pembawaan gadis itu. Stevan khawatir.Di sisi lain, Clara semakin mendekat, hanya menyisakan jarak tak lebih dari lima meter. Gemeletuk sepatu hak tingginya terdengar nyaring. Raut wajah gadis itu tampak tidak
last updateLast Updated : 2023-09-21
Read more
PREV
1
...
910111213
...
28
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status