Home / Romansa / Menikahi Mayat Palsu CEO / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Menikahi Mayat Palsu CEO: Chapter 31 - Chapter 40

183 Chapters

Bab 31. Misi

Hari-hari berlalu dengan nyaman dan aman. Aku selalu disajikan makanan sesuai apa yang kuminta. Giziku benar-benar diperhatikan saat ini. Luka di tubuhku juga sudah membaik. Dokter Sam mengizinkan aku keluar untuk jalan-jalan. Waktunya untuk menyelesaikan misiku.Walaupun dalam hatiku masih terasa takut, tapi aku sangat menginginkan kebebasan. Aku sudah sangat merindukan kedua orangtuaku juga masa kuliahku. Walaupun aku masih ragu apakah aku masih diterima dengan baik dalam kampus. Begitu juga dengan teman-teman yang sudah lama tidak kuhubungi.Terdengar pintu diputar, bu Martha masuk dan menenteng beberapa bungkusan kertas. Aku mengenalinya, pasti isinya perut palsu untuk kehamilan.Baru saja aku menebak dalam hati, perut palsu sudah dikeluarkan bu Martha."Kemarilah, ini agak berat. Kata Tuan Muda Zacky. Bagian operasi pada perutmu harus dilindungi!"Aku melangkah dengan malas. Aku tidak menyukai perut palsu itu, rasanya panas. Tapi mungkin ini adalah hari terakhir aku memakainya. K
Read more

Bab 32. Rencana Gagal.

Mobil mewah berwarna hitam itu diturunkan di depan pusat perbelanjaan terbesar di kota Jakarta yang padat ini."Turunlah! Bu Martha akan mengikutimu, tetapi nanti ia akan berpura-pura meninggalkanmu saat sudah melihatku. Aku akan turun agak jauh dari sini dan mengikutimu dari belakang!""Seseorang akan mencoba mendekatimu atau menculikmu. Waspadalah!"Perkataan Zacky yang duduk di samping supir terdengar jelas sekali. Aku hanya menganggukkan kepalaku kemudian keluar dari mobil dengan dibantu oleh bu Martha."Kita akan langsung menuju ke lobby utama," ucap bu Martha sembari melongok ke dalam mobil.Aku melirik sekilas Zacky yang memakai masker hitam dan kacamata hitam-pria itu kembali dingin dan datar, agak ketus dan membuatku menaikkan sebelah bibirku."Mudah-mudahan misi ini selesai hari ini!" gumamku pelan dalam hati. Aku tidak ingin bertemu dengan pria tidak jelas seperti itu!Sebenarnya dalam hati, aku agak penasaran, siapakah pelaku pembunuhan terhadap Zacky dan ayahnya? Apakah m
Read more

Bab 33. Gadis barbar

"Arrrgh," teriak Zacky saat aku berhasil memukulnya dengan lampu tidur. Pecahan kaca pada lampu tidur menembus kulit pada bahunya yang lebar. Aku menjadi ngeri melihat d*rah yang mulai menetes. Aku segera melepas lampu tidur yang sudah pecah dari tanganku. Terdengar pintu diketuk dari luar, suara Emma berteriak, "Apa yang terjadi di dalam, kalian baik-baik saja?" "Tidak apa-apa, Bu. Hanya salah paham, pergilah!" jawab Zacky sembari menahan sakit. Terdengar langkah kaki meninggalkan kamar. Sepertinya mertuaku sudah pergi. Aku terbengong di ranjang karena tidak pernah melukai siapapun sampai berd*rah seperti itu, tetapi sungguh terkejutnya diriku karena tubuh besar Zacky kembali menyerangku. "Aah!" Aku ditindih pria ini kemudian dia menciumku dengan kasar. Hmmmpttt hmpppt... Tentu saja aku meronta, tetapi aku tidak berani menyentuh pundaknya yang terluka dengan pecahan kaca masih menempel. "Tunggu, kamu terluka," ucapku sesaat pangutan terlepas. Pria bebal ini tidak menjawabku,
Read more

Bab 34. Makan malam yang kacau

"Apa kamu bilang? Dia menginginkan Angel malam ini?" Emma mengulang perkataan bu Martha. Kedua matanya membulat besar.Bu Martha menganggukkan kepalanya. "Betul, Nyonya. aku mendengar dengan jelas, Angel mengatakannya dengan rona wajah ketakutan.""Anak kurang ajar itu! Selalu tubuh wanita saja yang dipikirkannya!" Emma berkata dengan wajah mulai merona, kelihatan sekali kemarahan dalam dirinya mulai membuncah."Baiklah. Suruh Angel makan bersama, aku akan membiarkan Nenek yang mengurus Zacky dan tingkahnya yang menyerupai Almarhum Kakek!"Bu Martha tersenyum, merasa keadilan ada di pihak Angel. Entah mengapa, wanita paruh baya itu merasa senang seketika.Apakah karena Angel sudah menolongnya tadi siang? Entahlah.Bu Martha segera undur diri untuk menyiapkan makan malam. Sup rumput laut yang menjadi kesukaan Angel.Ia tahu karena mama Angel yang berpesan kepadanya, bahwa putrinya menyukai rumput laut dan ayam goreng. Tapi, ada satu hal yang Martha tidak tahu. Zacky-pria dingin itu mem
Read more

Bab. 35 Terkurung bersama

Zacky menyeringai sembari menunjukkan giginya yang rapi. "Aarghh!" Aku berlari menuju ke tangga atas dan mengedor pintu berharap Emma ataupun Suliatri dapat mendengarnya."Turunlah! Sia-sia saja tenagamu karena aku sudah pernah melakukannya!" ucap Zacky dari ujung tangga.Aku tidak mempedulikan apa yang dikatakan bekicot itu. Lebih suka menuruti kata hatiku. Mana tahu bu Martha mendengarku.Benar saja kataku, tak lama kemudian bu Martha membuka pintu. Aku mundur selangkah."Aku mengantarkan makan malam kalian. Turunlah!" ucapnya menatapku dengan sendu.Aku mengangguk kemudian pelan-pelan berjalan menuruni tangga.Bu Martha dan seorang pelayan kecil masing-masing memegang nampan di tangannya."Ini adalah porsi makanan untuk Tuan Muda dan sebelah sini adalah porsi makanan untuk Nyonya Muda. Kalian dilarang makan bersama karena Tuan Muda phobia kepada rumput laut."Bu Martha membungkukkan tubuhnya memberi hormat kemudian menapaki tangga, naik ke atas lagi. Pintu dikunci dari luar.Aku me
Read more

Bab 36. Bekicot!

"Aku menginginkanmu saat ini," ucap Zacky dengan suara kecil. Terlihat sekali pria itu masih lemah.Aku memegang dahinya, "Sudah turun kok panasnya," celutukku dengan kesal.Baru saja mau berdiri, tanganku ditarik oleh Zacky. Tubuhku langsung jatuh menimpanya. Saat ini aku berada dalam pelukannya."Hei, bekicot! Lepaskan aku atau aku akan menggigitmu!" Aku panik dan berteriak dengan gusar."Sebentar saja. Aku pinjam kehangatanmu!" ucap Zacky.Sesaat kemudian, terdengar dengkuran halus dari pria yang sedang memelukku."Dia beneran sakit," gumamku dengan pelan."Ya sudahlah, aku akan meninjam pelukan hari ini!"Malam berlalu dalam senyap. Ruangan bawah tanah yang pengap berubah menjadi dingin. Aku merasa mulai mengigil karena dingin yang merambah mulai dari kaki.Aku membalikkan tubuhku dan memeluk tubuh kekar Zacky tanpa sadar. "Aah, sedikit hangat."Hembusan angin sepoi-sepoi dari celah kecil jeruji jendela besi yang terkunci rapat, mulai masuk semakin menambah dinginnya malam.Aku se
Read more

Bab 37. Ketahuan

Aku meloncat kaget dan mengayunkan telapak tangan yang penuh dengan lendir bekicot dengan perasaan jijik. Aku mengelap lendir yang menempel di telapak tanganku ke bathrobe yang kupakai kemudian berusaha membuka bathrobe tersebut, tapi sepertinya ada kesengajaan oleh Zacky-pria itu ternyata mengikatnya dengan simpul yang erat. Terpaksa aku meninggalkan bathrobe melorot ke pinggang.Dengan nafas menderu dan amarah membuncah, kucari apa yang bisa kugunakan untuk memutuskan ikatan pada bathrobe sial ini."Aarghhhh! Zacky jeleekkk!" teriakku lantang.Sementara Zacky memegang perutnya di depan layar tv, tertawa sampai terpingkal-pingkal karena aksi yang kulakukan.Bu Martha segera berlari ke kamarku karena teriakan yang sempat membuat semua penghuni mansion itu terbangun."Ada apa?" tanya bu Martha dengan khawatir."Hiks, ada bekicot ... di kantongku, Zacky jahaaattt, Huaaawhhhh."Aku menangis dan memeluk kepala pelayan itu dengan sedih karena aku jijik dengan binatang berlendir yang sekara
Read more

Bab 38. Diculik

Aku mengikuti langkah Emma menuju ke sisi lain dari mansion. Sebuah ruangan mewah yang hampir sama besar seperti kamar yang ditempati oleh Zacky tadi. "I-ni, ruanganku?" tanyaku tak percaya. Ruangan ini memang lebih kecil dari ruangan yang ditempati Zacky tetapi 1 kamar ini sudah lebih besar bahkan daripada ukuran rumahku. Emma tersenyum sambil memegang kenop pintu. "Masuklah,Sayang." Aku melangkah masuk mengikutinya dengan pandangan penuh takjub. Bu Martha dan seorang pelayan kecil sudah berada di dalam kamar. Mereka membungkukkan kepalanya dengan hormat. "Semua pakaianmu sudah disediakan bu Martha. Martha, mana guntingnya?" tanya Emma. "Inu Nyonya Besar," ucap bu Martha seraya memberikan gunting kepada Emma. Emma mendekatiku dan memotong simpul pada bathrobe-ku. Lega sekali karena bathrobe jorok itu akhirnya terlepas dari tubuhku. "Mandilah. Mulai sekarang, aku akan menyuruh Martha dan pelayan kecil menemanimu. Mereka akan menyediakan semua kebutuhanmu sampai misi dan tugasmu s
Read more

Bab 39. Dikurung bersama mayat asli

Aku terbangun dengan kepala berat. Aku menatap langit ruangan dan merasa heran. Semua putih! Samar-samar tercium bau anyir dan obat-obatan menusuk sampai ke hidung. "Di mana ini?" gumamku sembari terduduk. Aku menyadari bahwa aku sedang duduk di atas sebuah brankar rumah sakit. Mataku mendelik, terkejut sembari mengedarkan pandangan ke sekeliling. "I-ini kamar mayat!" teriakku seraya merinding. Panas dingin terasa walau ruangan ini terkesan dingin, tetapi dalam jiwa ragaku seolah terasa panas seperti sedang berada di bawah terik matahari. Keringat sebiji jagung pun mulai menyembul dari kedua sisi kening. "Ba-bagaimana aku bisa berada di sini," ucapku dengan gemetar. Aku melihat ke kiri serta ke kanan. Masih belum berani turun dari brankar yang kutempati. Aku menelan ludah dengan begitu susah dan tubuhku gemetaran begitu hebat. "M-mayat!" ucapku terbata-kuraba sisi tengkuk yang mulai terasa dingin. "A-apakah aku sudah mati?" Aku berkata sembari mengerjapkan mata beberapa kali lal
Read more

Bab 40. Mimpi buruk

Aku membuka mataku, "Ahh, masih tercium bau darah yang sudah mengering." Aku baru sadar dari pingsan. Ya, aku rasa beberapa saat lalu, diriku pingsan di ruangan ini dengan keadaan meringkuk di belakang pintu kamar mayat. Mengandalkan rasa takut yang sudah menyelimuti seluruh jiwa raga, aku hanya mampu bertahan sampai ada yang membuka pintu.Kengerian semakin memuncak saat mulai terdengar suara-suara aneh. Lemari seolah terbuka dan tertutup sendiri, aku memberanikan diri melirik ke arah lemari yang berjejer jauh dari tempatku. Semua lemari itu dalam kondisi sama, bahkan dalam keadaan terkunci gembok kecil. Sepertinya lemari itu berisi dokumen mengenai identitas mayat.Aku semakin kesusahan mengatur nafasku, mataku memutar melirik mayat yang terbunuh. Bagian perutnya yang terurai dan terlihat menjijikan sekali. Dinginnya suhu ruangan mencapai minus 14 derajat.Aku semakin mengigil. Teringat ada selimut di bangkar yang tadi kutempati. Aku memberanikan diri mengambil selimut itu. Dengan l
Read more
PREV
123456
...
19
DMCA.com Protection Status