Home / Romansa / ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN: Chapter 41 - Chapter 50

277 Chapters

41. Sebuah Hukuman

 Aku tak bisa menolak keinginan Giska yang mendadak mengajak berbicara empat mata setelah sekian lama dia mengabaikan aku, tanpa aku tahu sebab pastinya. “Kamu mau ngomong apa Gis?” tanyaku ingin tahu. Sekarang kami duduk berhadapan di kantin, sementara wajah Giska terlihat begitu serius. “Aku mau ngasih penawaran menarik buat kamu Rin.” “Penawaran apa Gis?” Aku menjadi kian penasaran. “Sebelumnya lihat dulu ini, apa kamu suka dengan tas ini Rin?” Aku memandang tas mewah yang dipakai Giska saat ini. Sebuah tas jinjing yang aku rasa sangata kurang tepat untuk dipakai ke kampus terlebih desain tas itu terlalu mewah untuk ukuran seorang mahasiswa seperti Giska. “Tas itu bagus,” jawabku singkat. Padahal aku sendiri juga sudah memiliki tas semacam itu
last updateLast Updated : 2023-09-16
Read more

42. Hari Istimewa

Aku hanya bisa pasrah ketika Mas Bara memandangiku dengan sangat tajam ketika kami sudah berada di dalam kamar. Tatapannya yang menelisik benar-benar menyurutkan nyali. Bahkan saat ia mulai mendekat dan mulai membelai wajahku sebelum kemudian Mas Bara malah mencengkeram daguku dengan kuat yang membuatku langsung mengernyit tanpa keberanian. Aku memejamkan mata kuat-kuat, tak pernah sanggup menentang tatapan suamiku, yang saat ini sedang dikuasai amarah. Tapi setelah itu tak pernah aku sangka Mas Bara melucuti seluruh pakaianku dengan penuh pemaksaan dan aku benar-benar tak bisa melawan. Kali ini dia tak menghadirkan kelembutan sama sekali saat menyentuhku. “Kamu harus tahu kalau wajah cantik kamu ini hanya punyaku,” tegas Mas Bara terlalu posesif sembari dia mulai mencumbu setiap detail parasku, tanpa memberikan aku kesempatan untuk menampiknya. B
last updateLast Updated : 2023-09-16
Read more

43. Mulai Ketahuan

Tanpa sadar mulutku ternganga saat melihat keindahan cincin berlian di tanganku. Mas Bara bahkan sudah memakaikan cincin itu pada jari manisku di sebelah kanan, karena sebelumnya Mas Bara juga sudah memakaikan cincin yang lain pada jariku sebelah kiri. Lagi-lagi suamiku menghujaniku dengan kemewahan. Cincin bermata biru ini terlihat sangat berkilauan, menjadi terlihat sangat istimewa karena batunya yang terlihat terasah dengan sempurna hingga mengeluarkan semburat kilau yang sangat menawan. Walau aku tak bisa menaksir nilainya, tapi aku terlalu yakin kalau perhiasan ini berharga sangat mahal. Karena sejak awal aku tahu Mas Bara hanya memberikan yang terbaik untukku. “Kamu suka cincin itu sayang?” Aku mengangguk cepat dengan sepasang mata yang terasa menghangat. Keharuanku menjadi semakin tak tertahan. Saat
last updateLast Updated : 2023-09-17
Read more

44. Mempertaruhkan Masa Depan

Aku langsung memusatkan perhatian pada Pak Ragil yang sekarang sudah mendekat. “Ada apa ya Pak?” tanyaku sedikit penasaran karena melihat ekspresi dosenku yang terlihat agak ganjil itu. Tapi ketika melihat tatapan mataku yang menyiratkan tanya pria muda berkacamata itu malah mengulas senyumnya tipis. “Aku hanya ingin mengatakan kalau Pak Dahlan ingin berbicara dengan kita semua dan beliau sepertinya ingin bertanya pada kita tentang kendala apa saja yang kita hadapi di lapangan untuk kegiatan sosial ini.” “Baik Pak, mari kita temui beliau sekarang.” Tapi sebelum aku sampai di ambang pintu mendadak Pak Ragil menjejeri langkahku. “Aku pikir tidak ada salahnya kamu menawarkan pada kekasih kamu yang kaya itu untuk ikut andil dalam kegiatan sosial kampus kita ini.” Ketika mendengar ucapan Pak Ragi
last updateLast Updated : 2023-09-17
Read more

45. Kesulitan Neneng

“Kamu kenapa Neng?” tanyaku penuh rasa ingin tahu. Sahabatku yang selama setahun ini selalu membersamaiku dan sering memberiku perhatian serta kebaikan padaku itu sekarang hanya bisa memandangku luruh. Keraguannya kini mulai mencemaskan aku. “Neng, kamu ngomong dong.” Aku mulai mendesak sembari memendam rasa khawatir saat mendapati sikapnya yang terlihat sangat gamang untuk mengungkapkan masalahnya padaku. “Udahlah Rin, aku akan baik-baik saja, lagipula aku nggak mau merepotkan teman-temanku.” “Kamu kok ngomong gitu sih Neng, kita sudah berteman sangat baik selama ini, bahkan aku sering nebeng makan di tempat kos kamu ini.” Aku mulai mengungkit apa yang pernah kami lalui bersama, tentang Neneng yang begitu dermawan membagikan makanannya pada kami teman-temannya di saat kami mampir ke tempat
last updateLast Updated : 2023-09-18
Read more

46. Memberi Bantuan Pada Neneng

“Terus gimana caranya kamu bantu Neneng, Rin?” Dania masih saja terlihat meragukan aku. Aku mengabaikan keraguan Dania dengan memberikan perhatian penuh pada Neneng yang masih saja tersedu. “Aku benar-benar akan membantu kamu Neng, tapi aku harap kamu memenuhi syarat dariku.” Neneng dan Dania kembali memandangku lugas penuh rasa ingin tahu. “Memangnya apa syaratnya?” Neneng mulai bertanya. Aku menarik nafas sesaat. Sejenak aku masih merasa ragu tapi aku benar-benar tak bisa membiarkan sahabatku mengalami kesusahan. “Aku sangat berharap kalian tidak membocorkan tentang pertolongan yang aku berikan ini.” Aku mulai memindai wajah Neneng dan Dania bergantian, sebagai isyarat tentang keseriusanku saat ini. “Jangan sampai ada yang tahu kalau aku memberikan bantuan buat Neneng. Dan a
last updateLast Updated : 2023-09-18
Read more

47. Pil KB

 “Sebenarnya Mas Bara berada di mana sekarang, dan kenapa dia semakin jarang pulang menengokku?” Aku mengunggah pertanyaanku dengan menegaskan rasa khawatirku yang kini tak bisa aku tutupi lagi. Sudah hampir dua bulan Mas Bara tak pernah lagi singgah meski dia masih menyempatkan diri untuk menghubungiku, tapi tak setiap saat juga aku bisa mengetahui kabarnya dengan mudah. Karena terlampau sering Mas Bara mengabaikan panggilanku, bahkan itu sampai berhari-hari. “Katakan padaku sebenarnya apa kesibukan suamiku sekarang?” Aku kembali mendesak Rina yang sekarang malah mengulas senyumnya itu. “Tentu saja Tuan Richard sibuk dengan bisnisnya.” Aku masih enggan untuk bisa menerimanya. “Mbak, jangan terlalu banyak memendam prasangka, Tuan Richard tidak akan pernah meninggalkan Mbak Rindu sampa
last updateLast Updated : 2023-09-19
Read more

48. Menyambut Kedatangan Mas Bara

 Aku merutuki kebodohanku berkali-kali kenapa aku menyimpan obat itu di dalam tasku dan kenapa aku tak mencaritahu tentang pil apa itu sejak awal?. Kalau aku tahu jika obat pemberian Mas Bara selama ini adalah pil KB aku tak akan sembarangan menaruhnya di dalam tasku yang bahkan aku bawa ke kampus itu. Keadaan ini akan sangat mempersullitku kalau sampai Giska memperturutkan rasa curiganya dan terus memancingku untuk mengungkapkan status diriku. Aku kian merasa tak nyaman ketika melihat tatapan Ridho yang sangat lain padaku, terlebih aku sempat melihatnya berbicara serius dengan Giska. Aku tak tahu apa yang sedang mereka pikirkan saat ini tentang diriku. Tapi yang jelas perasaanku sudah menjadi sangat tidak enak saat ini. Di tengah segala kekalutanku mendadak aku mendapatkan kabar tentang kepulangan suamiku. Telah berminggu-minggu kami tak saling
last updateLast Updated : 2023-09-19
Read more

49. Kembali Ditinggalkan

 Aku terperangah saat Mas Bara menyodorkan sekoper uang padaku. “Bulan ini aku berikan kamu tunai saja, karena kebetulan aku membawanya.” Mas Bara berucap dengan terlalu santai saat memberikan uang dengan jumlah terlalu besar itu. Untuk ke sekian kalinya Mas Bara menggelontorkan hartanya untukku. Dia membuatku hidup berkelimpahan, mengentaskan aku beserta keluargaku dari kemiskinan yang dulu pernah membelenggu hidup kami. Harusnya aku bisa merasa bahagia dan beruntung tapi dengan segala rahasianya dan sikapnya yang misterius aku tak lagi merasakan ketenangan. Sekarang tatapanku memindai sangat lekat pada sosok suamiku yang sekarang sudah mulai menutup pintu brankas setelah memasukkan uang dari dalam kopor. Melihat penampilan Mas Bara yang rapi dengan rambutnya yang terlihat klimis, aku memendam gusar. 
last updateLast Updated : 2023-09-20
Read more

50. Semakin Terungkap

“Jawab saja pertanyaanku Rin, aku harap kamu bisa menjawabnya dengan jujur.” Aku bisa merasakan kalau Pak Ragil sepertinya sudah kehilangan kesabaran. Kecurigaannya semakin tak bisa dia kendalikan. Sementara sekarang aku hanya bisa diam terperangah di depannya karena terlalu kaget saat mendengar pertanyaannya yang sangat tak aku duga ini. Aku menjadi bertanya-tanya dari mana Pak Ragil tahu tentang uang 100 juta yang aku berikan pada Neneng itu. “Dari mana Bapak tahu tentang hal itu?” Aku malah melontarkan pertanyaan bodoh yang  membuat apa yang sebenarnya harus aku rahasiakan menjadi terkuak. “Jadi benar kamu memberikan uang sebanyak itu pada Neneng,” ucap Pak Ragil membuat kesimpulan sendiri dengan sangat mudah. “Aku harap tadi hanya aku yang mendengar saat Neneng mengungkapkan apa yang suda
last updateLast Updated : 2023-09-20
Read more
PREV
1
...
34567
...
28
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status