Home / Romansa / ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN: Chapter 111 - Chapter 120

277 Chapters

111. Makin Rakus

“Apa kamu bahagia sayang?” tanyaku pada Rindu yang sedang terpukau menatap awan yang berarak lewat kaca jendela pesawat ketika kami dalam perjalanan menuju Paris. Setelah sekian tahun akhirnya aku bisa mewujudkan janjiku padanya untuk mendatangi negara yang pernah aku tinggali selama hampir empat tahun saat aku masih menjadi seorang mahasiswa. Rindu mengalihkan pandangannya padaku lalu tersenyum. Senyumannya selalu saja meresahkan hatiku yang membuat tanganku tergoda untuk membelai wajahnya. “Ternyata Paris itu sangat jauh ya Mas,” gumam Rindu. “Iya, memang jauh, bertahanlah sebentar, mungkin satu jam lagi kita akan sampai di Bandara Charles de Gaulle.” Aku semakin lekat memandangnya. “Apa kamu letih sayang?” tanyaku untuk memastikan karena melihat wajahnya yang agak muram. Rindu menipiskan
last updateLast Updated : 2023-10-29
Read more

112. Kedatangan Mamy Sally

RINDU POV Aku masih saja semua yang aku alami saat ini bagai sebuah mimpi yang terlalu indah. Tak pernah aku bayangkan kalau akhirnya aku menginjakkan kaki di Perancis, menghabiskan masa bulan madu dengan mengunjungi banyak tempat menarik yang sebelumnya hanya bisa aku lihat di media sosial. Mas Bara memperlakukan aku bagai ratu, selalu menuruti apapun yang aku minta. Kesabarannya juga sebuah hal yang tak terduga lainnya bila mengingat selama ini sikapnya yang cenderung otoriter dan mendominasi. Sepertinya kepuasannya di ranjang yang membuat suamiku mendadak menjadi sangat penurut. Walau selama di Paris aku selalu saja menuruti destinasi yang sudah ditentukan oleh Mas Bara. Setelah mengunjungi Muse de Louvre, seusai sebelumnya kami sempat mampir di Versailles, bahkan juga Eiffel yang jelas tak akan aku lewatkan begitu saja, akhirnya kami singgah di sebuah restoran mewah yang juga menyajikan menu maka
last updateLast Updated : 2023-10-30
Read more

113. Berkumpul Di Perancis

“Baiklah Mi, sekarang ceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi?” Mas Bara bertanya dengan penuh rasa ingin tahu menyiratkan sebuah kekhawatiran juga. Aku semakin menelisik wajah wanita anggun di depanku yang biasanya terlihat penuh rasa percaya diri sekarang berubah muram dan sedih. Mami Sally membalas tatapan Mas Bara dengan sorot matanya yang sayu. “Aku ingin bercerai dengan Rommy Huang,” tegas Mami Sally tanpa keraguan yang membuat aku dan Mas Bara terperangah kaget. Sontak aku dan Mas Bara menatap lugas ke arah wanita yang sepasang mata indahnya tampak sembab itu. “Apa Mami yakin?” tanya Mas Bara masih dengan aura kekagetannya. “Aku merasa sudah tak ada gunanya bertahan, aku tidak membutuhkan semua harta dan kehormatan keluarga Huang. Lagipula sekarang sudah ada kamu yang bisa menangani semuanya.”
last updateLast Updated : 2023-10-31
Read more

114. Berita Kehamilan

Entah sudah berapa toko yang kami datangi. Mami Sally benar-benar melakukan apa yang sudah dikatakannya semalam. Jika dia akan mencarikan outfit terbaik dengan kemewahan yang tak diragukan lagi. Mas Bara juga ikut mendampingi dan seringkali juga mereka terlibat perdebatan saat menentukan outfit yang dipilihkan untukku. Melihat semua itu pusing yang aku rasakan kian mendera. Juga rasa tak nyaman di perutku yang sejak tadi pagi melilit rasanya semakin membuatku tersiksa. Tapi sampai beberapa lama aku harus menahannya. “Mam, apa nanti Rindu tidak terlalu mencolok pakai gaun seperti ini?” Mas Bara menunjukkan keberatannya. “Kamu tahu apa sih Richard? Ini gaun yang paling cocok aku rasa buat Rindu, warnanya pastel jadi nggak mungkin kalau terlihat mencolok.” “Tapi potongannya Mi?” &ldquo
last updateLast Updated : 2023-11-01
Read more

115. Manuver Seorang Lina Salim

Wajah Mas Bara langsung pucat saat mendengar permintaanku. Sikap hangatnya langsung menguap berganti dengan kewaspadaan dan ketegasan yang sering dia sajikan selama ini padaku. Aku sudah menduga Mas Bara akan sulit akan mengabulkan apa yang paling aku inginkan sekarang ini. “Ganti permintaan kamu dengan yang lainnya,” tukas Mas Bara tegas. Sementara Mami terlihat memandang pada Mas Bara dengan tatapan yang sedikit ingin tahu. Aku yakin Mami juga tidak tahu alasan dari Mas Bara tak mengabulkan keinginanku itu. “Tapi aku benar-benar ingin berziarah di makam Bapak Mas, dan itu nggak bisa digantikan dengan apapun.” “Sudah aku katakan, aku tak bisa mengijinkan kamu untuk kembali ke desa itu lagi,” tegas Mas Bara dengan sikapnya yang semakin dingin. “Tapi kenapa Mas?” Aku memprotes dengan jengah. 
last updateLast Updated : 2023-11-02
Read more

116. Si Gunung Es Yang Telah Mencair

 “Apa kamu pura-pura tidak mendengar apa yang aku ucapkan tadi Richard?” sergah Lina sembari melirikku dengan sarkas. Aku yang masih berada di samping Mas Bara berusaha mengabaikan tatapannya yang selalu merendahkan aku itu. Sementara Mas Bara kian lugas menentang tatapannya dengan ketegasan yang terunggah nyata. “Apa kamu lupa kalau papaku memiliki saham juga di Inti Semesta? Jadi aku memutuskan untuk terlibat juga dalam urusan perusahaan,” tegas Lina benar-benar tak mau kalah. “Apa maksudnya ini?!” sergah Mas Bara mulai terunggah emosinya. Menit berikutnya Rommy Huang muncul dari ruang tengah dengan diikuti Mami Sally yang tampaknya sudah menyelesaikan permasalahannya sempat terjadi di antara mereka sebelumnya. “Kamu tanyakan saja pada Papi kamu, dia yang akan menjelaskan semuanya sama kamu,” ucap
last updateLast Updated : 2023-11-03
Read more

117. Sikap Lina Yang Selalu Memusuhi

Hari ini tak seperti biasanya aku seperti kehilangan selera makan. Meski aku harus merasa bersyukur karena tak sampai harus mengalami morning sick syndrome yang menyakitkan namun sekarang aku malah kurang bisa makan dengan lahap seperti sebelumnya. Tentu saja apa yang terjadi padaku saat ini menjadi perhatian dan kekhawatiran Mas Bara. Bahkan biasanya aku yang akan selalu berselera jika melihat Mas Bara makan, anehnya kali ini semua itu tetap tak berpengaruh apapun padaku. “Sayang dari siang Oma bilang kamu belum makan sama sekali. Padahal tadi pagi kamu juga cuma sarapan roti yang aku suapi. Apa perut kamu sedang nggak enak atau apa? Atau kamu merasa mual? Kamu pengen muntah kamu muntah saja sayang, jangan ditahan.” Mas Bara bertanya mencecarku saat dia baru pulang dari kantor. Tak biasanya Mas Bara mendadak menjadi cerewet seperti sekarang. Tapi aku sangat bahagia karena merasa diperhat
last updateLast Updated : 2023-11-03
Read more

118. Ajakan Ke Pesta

Lina terperangah saat mendengar ketegasanku. Dia memandangku untuk beberapa saat. Tapi wanita itu kembali mencibir dengan aura merendahkan yang nyata. “Kamu bertanya apa mauku?” Wanita itu malah tertawa sarkas, benar-benar sangat menjengkelkan. Dia benar-benar menampilkan diri sebagai antagonis yang sangat menyebalkan. Sampai akhirnya Lina mendekatkan wajahnya padaku. Aku menentangnya dengan tatapan yang tajam dan lugas. “Kalau aku mau kamu pergi dari kehidupan Richard apa kamu mau melakukannya?” Ganti aku yang mencebik sinis ke arahnya. Aku tak mau menjadi terintimidasi dengan sikapnya yang sangat tak tahu diri itu. “Permintaan kamu tidak akan terwujud walau dalam mimpi kamu sekalipun,” tegasku tegar. Lina kembali tergelak sinis. “Bes
last updateLast Updated : 2023-11-04
Read more

119. Kejutan Beruntun

“Memangnya apa yang sudah kamu dengar tentang aku dari perempuan itu?” Mas Bara bertanya dengan lugas. Pria memiliki nama lengkap Abraham Wibisono itu sedikit meliriku lagi. “Tentang kamu yang kurang memuaskannya.” Mas Bara terlihat menahan kegeramannya. “Tunggu aku hanya mengatakan apa yang dikatakannya.” Saat mendapati tatapan Mas Bara yang tajam mengintai. Pria itu kemudian tersenyum lebih lebar. “Tapi kurasa sekarang aku tahu nyatanya memang Lina Salim sendiri yang tak pernah puas dengan hanya satu pria.” Pria bernama Abraham itu kemudian mengedikkan bahunya. “Kita semua sudah tertipu dengan kecantikannya yang ternyata ibarat sebuah topeng saja. Memang sebaiknya kita tidak usah membicarakan tentang wanita itu lagi. Bagaimana kalau kita memb
last updateLast Updated : 2023-11-04
Read more

120. Menyelamatkan Rindu

Aku masih saja memberontak saat Raymond mulai menghempaskan tubuhku di atas ranjang. Pria itu tertawa sumbang saat melihat ketidakberdayaanku, yang kini hanya bisa meringis kesakitan sembari memegangi perutku yang mendadak terasa nyeri. Aku mulai mengkhawatirkan keadaan janinku. Hempasan Raymond tadi memang sangat keras meski dia menjatuhkan aku di atas kasur yang empuk. “Dengar Mas Bara akan membunuh kamu kalau kamu sampai macam-macam!” ancamku tegas. Raymond nyatanya sama sekali tak terpengaruh dengan ancamanku. “Apa kamu pikir aku takut?” Raymond kembali terbahak terlihat semakin menakutkan lagi. Bahkan pria itu mulai membuka kancing kemejanya dengan tidak sabar. Aku berusaha membebaskan diriku dari kungkungannya dengan membalik tubuhku ke samping. Setelah itu aku mulai berteriak dengan sangat keras.&nbs
last updateLast Updated : 2023-11-05
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
28
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status