Hari-hari masih berjalan seperti biasa. Rutinitasku pun masih berputar pada hal yang itu-itu saja. Pagi-pagi setelah mengantar Danis ke sekolah, aku menyibukkan diri di toko yang mulai ramai pembeli. Dan baru kembali ke rumah ba'da isya. Awalnya ibu mertua masih sering mengomel, tapi sekarang mertuaku itu tampaknya sudah mulai lelah memarahi. Akan tetapi, satu hal yang belum berubah, beliau masih gemar menggangguku seperti hari ini. [Nanti malam ada tamu penting yang mau datang ke rumah. Kamu temani ibu masak. Minta izin pada bosmu untuk pulang cepat!]Satu pesan to the point dari ibu mertuaku itu hanya aku lirik sekilas tanpa minat. Aku benar-benar tidak tahu apa fungsi Tiana di rumah itu. Hanya karena dia anak orang kaya, lantas dia diperlakukan sebagai ratu? Bahkan tidak pernah disuruh-suruh?Aku jadi penasaran, bagaimana reaksi ibu mertua jika tahu bahwa keluarga menantunya yang satu itu sedang berada di ambang kebangkrutan? [Tri,
Baca selengkapnya