Semua Bab Mertua Pilih Kasih Tidak Tahu Kami Banyak Uang: Bab 61 - Bab 70

131 Bab

BAB 61 | Tiana POV

Tiana POV, "Pffttt,"Suara tawa tertahan dari Mas Ruslan membuat wajahku terasa panas. Ini benar-benar memalukan! "Kamu nggak lupa kalau kamu adalah wanita bersuami 'kan, Ti? Tolong jangan merendahkan diri kamu sendiri dong. Milikilah rasa malu!" tukas Astri di depan wajahku. " ... "Aku yang tidak bisa berkata-kata menggertakkan gigi dengan geram. Tangan yang tergantung di kedua sisi tubuhku juga mengepal dengan kuat. Saat ini aku sedang berusaha untuk meredam kemarahan sekaligus rasa malu karena serangan kata frontal Astri barusan. "Atau kalau kamu masih mau menjadi wanita murahan, lihat-lihat juga dong lelaki yang mau kamu goda. Jangan kakak ipar kamu yang sudah punya anak dan istri juga kali!" seru Astri di depan wajahku. Kata-katanya semakin membuat nafasku tercekat. Belum lagi ditambah dengan wajah mereka yang menunjukkan cibiran padaku. "Aku nggak tahu apakah di kampung-kampung gini ada tempat mangk
Baca selengkapnya

BAB 62 | Dimas POV

Dimas POV, 'Aku langsung saja ya. Tolong kamu jaga istri kamu ini baik-baik. Jangan menggoda suami orang. Macam wanita kurang belaian aja!'Dari sejak semalam, kata-kata Mbak Astri itu terus berputar tidak mau pergi dari benakku. Karena aku mengenal Mbak Astri sebagai sosok yang tidak pernah mencari perkara duluan, sudah sewajarnya kata-katanya itu membuat hatiku risau. Apalagi belakangan ini hubunganku dengan Tiana tidak semesra saat kami berpacaran dulu. "Wanita memang susah sekali untuk dipuaskan. Mereka ingin diperlakukan layaknya ratu, tapi lupa kalau suaminya bukan raja,"Suara celetukan salah seorang teman sejawat yang bernama Anton mengembalikan kesadaranku pada kenyataan. Saat ini aku sedang menikmati makan siang di warung makan yang tak jauh dari kantor tempatku bekerja bersama 3 orang teman lainnya. "Bener banget. Hari ini istriku ngamuk-ngamuk lagi perkara tempat tinggal. Katanya dia mau tinggal terpisah dari rumah mertua b
Baca selengkapnya

BAB 63

Tidak banyak hal yang bisa membuatku antusias dalam hidup ini. Dan sebagian kecil dari hal-hal itu adalah mengurus toko yang sebentar lagi akan resmi dibuka. Hal lainnya adalah mengurus putraku sendiri yang hari ini sudah mulai masuk Taman Kanak-kanak. "Gimana? Danis senang nggak hari ini sudah mulai masuk sekolah?" tanyaku pada Danis yang sedang menatap cermin, tampak kagum pada dirinya sendiri."Senang sekali," jawab Danis sambil berkacak pinggang melihat penampilannya dalam balutan seragam sekolah. "Nanti di sekolah Danis jangan nakal ya. Jangan berantem sama teman-teman. Harus dengar apa kata Ibu Guru juga," ujarku mewanti-wanit. Danis menganggukkan kepalanya dengan tidak serius. "Danis nanti punya banyak teman 'kan, Bu?" tanya putra kecilku itu. Aku lantas menganggukkan kepala. "Kalau Danis jadi anak baik-baik, pasti anak-anak lain akan suka bermain dengan Danis," ujarku. "Beneran, Bu?" tanya Danis dengan wajah penuh a
Baca selengkapnya

BAB 64

Hari demi hari berlalu. Dan benar saja, mertuaku sama sekali tidak tertarik pada Danis yang sudah memulai sekolahnya. Jika kami berpapasan dengan ibu mertua di pagi hari sebelum berangkat, wanita paruh baya itu hanya akan melirik sekilas, lalu melengos pergi. Perlakuan ibu mertua yang seperti ini sudah tidak aneh lagi bagiku. Bahkan Danis pun tampak tidak terpengaruh. Sikap cueknya benar-benar menurun sempurna dari Mas Ruslan. Tetapi baguslah jika ibu mertua tidak tahu bahwa aku menyekolahkan Danis di TK IT Az-Zahra. Dengan uang SPP yang cukup mahal setiap bulannya, bisa-bisa ibu mertuaku itu meradang. Paling buruk, beliau akan mulai mengoceh memberiku ceramah. "Hari ini Ibu nggak bisa lagi nunggu Danis di sekolah. Ibu harus kerja!" ujarku pada Danis tatkala kami sudah tiba di sekolahnya. diyakinkan"Danis nggak apa-apa 'kan? Danis bisa sendiri 'kan?" tanyaku memastikan. "Iya!" jawab Danis sembari mengangguk dengan mantap. M
Baca selengkapnya

BAB 65

"Reaksinya nggak usah lebay gitu deh, Bu!" tegurku karena percikan ludah ibu mertua yang menyembur wajahku. "Nggak usah lebay kamu bilang. Kamu tahu nggak berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan kalau bersekolah di sana?!" seru ibu mertua semakin heboh. "Tahulah. Ya kali aku sekolahin anak aku sendiri nggak pakai milih-milih dan nyari tahu dulu," timpalku merasa senang ketika melihat keterkejutan ibu mertua. "Uang dari mana kamu?" Aku spontan mengendikkan bahu mendengar pertanyaan ini. "Makanya aku kerja 'kan?" jawabku dengan acuh tak acuh. "Astri. Kamu benar-benar ya!" ujar ibu mertua tampak tidak bisa berkata-kata. Aku pun melemparkan senyum miring. "Toh, aku nggak pakai uang ibu ini. Jadi ibu nggak perlu ikut pusing. Cuekin aja kayak biasanya!" ujarku dengan satir. Ibu mertua seketika terlihat jelas menahan geram karena kata-kataku. Namun, seperti biasa, aku tidak peduli. "Ruslan, istri kamu semaki
Baca selengkapnya

BAB 66 | Tiana POV

Tiana POV, Aku berdiri di depan jendela kamar yang ada di lantai dua kamarku. Menatap pekatnya malam di halaman belakang rumah dengan sebuah benda pipih menempel di telinga."Sayang, tolong pinjamkan uang untuk Papa pada keluarga suami kamu dong!" Suara memohon dari Papa yang paling aku sayangi terdengar dari seberang telepon. Permintaan ini membuat hatiku pahit. Seumur-umur, aku tidak pernah mendengar Papa melontarkan kalimat memelas seperti ini. "Berapa?" tanyaku dengan nada lembut. "Seratus juta!" jawab Papa. "Apa?!" seruku dengan terkejut. "Kenapa banyak banget?" tanyaku. "Keuangan keluarga kita sudah semakin menipis. Rencananya kalau kamu berhasil meminjam 100 juta pada keluarganya Dimas, uang itu mau Papa pakai untuk modal usaha baru," ujar Papa menjelaskan. " ... "Aku terdiam tidak bisa menjawab untuk waktu yang lama. Setelah mengenal lebih dekat mertuaku itu, aku merasa permintaan Papa i
Baca selengkapnya

BAB 67 | Dimas POV

Dimas POV, Sepanjang malam aku tidak bisa tidur nyenyak karena permintaan istriku tercinta itu. Dan pagi tadi, aku terbangun dalam kondisi kepala pusing tujuh keliling yang masih bertahan hingga detik ini. Meminjamkan Papa mertua uang 100 juta pada ibu? Bagaimana aku harus mengatakannya? Seumur-umur aku sendiri tidak pernah melihat nominal sebesar itu. Dan aku rasa, ibuku juga tidak memilikinya. Jangan melihat peternakan sapi milik bapak yang tampak besar. Faktanya modal yang dikeluarkan untuk biaya perawatan juga tidak sedikit. Uang hasil jualan sapi juga tidak pernah hanya mengendap di dalam rekening. Uang itu pasti akan diputar lagi untuk modal. Tetapi bagaimana aku harus memberitahu Tiana? Jika semalam aku langsung mengatakan bahwa ibu pasti tidak memiliki uang sebanyak itu, istriku pasti tidak akan percaya. Belum mencoba berbicara pada ibu saja sudah membuatku mendapatkan punggungnya ketika tidur semalam. "Bro, kenapa bengong aj
Baca selengkapnya

BAB 68

Rasa bahagiaku karena hari ini toko yang aku kelola mulai kedatangan pembeli dikalahkan oleh pikiran yang telah menghantuiku sepanjang malam sebelumnya. Tentang keinginanku mencari tahu mengenai sejarah keluarga Mas Ruslan. Untuk mengulik apa yang sebenarnya telah terjadi. Tidak mungkin 'kan seorang ibu memperlakukan anaknya secara berbeda jika tidak ada hal yang mendasari. Akan tetapi, tekadku untuk mencari tahu mengenai sejarah keluarga Mas Ruslan itu terpaksa aku redam karena tidak tahu harus memulai dari mana. Aku sudah bolak-balik berpikir bagaiamana caranya untuk mencari tahu. Tetapi hasilnya tetap nihil. Jalannya buntu! Mas Ruslan tidak lagi memiliki kakek dan nenek yang bisa aku tanyai. Aku juga tidak tahu siapa saja kerabat dekat mertuaku itu. Selama menikah dengan Mas Ruslan, kesimpulan yang aku buat adalah mertuaku tidak memiliki hubungan yang baik dengan sanak saudaranya yang lain. Sehingga bahkan di hari-hari besar seperti hari lebaran, tidak pernah
Baca selengkapnya

BAB 69 | Tiana POV

Tiana POV, 'Mas Dimas kenapa bodoh banget sih!'Aku menundukkan kepala dalam-dalam untuk menyembunyikan emosi yang bisa saja terlihat jelas dari mataku. Di dalam hati aku juga sibuk merutuki alasan yang dikemukakan oleh suamiku itu. Investasi katanya? Jelas saja ibu mertua tidak akan memberikannya. Sudah banyak kasus investasi bodong yang viral dimana-mana. Ibu mertua pasti tahu dan menjadi waspada ketika alasan seperti ini disebutkan pertama kali. 'Kenapa dia nggak bilang kalau dia punya hutang aja sih!' batinku dengan kesal. Setelah ibu mertua menolak permintaan Mas Dimas denga tegas, ruang keluarga ini langsung jatuh dalam keheningan. Namun, tidak lama kemudian, keheningan itu terganggu oleh suara bisik-bisik seseorang. Dengan rasa ingin tahu, aku beserta anggota keluarga yang lain mengarahkan pandangan kami ke arah sumber suara. Di ambang pintu yang menghubungkan antara ruang tamu dan ruang keluarga, ada Mas Ru
Baca selengkapnya

BAB 70

Hari-hari masih berjalan seperti biasa. Rutinitasku pun masih berputar pada hal yang itu-itu saja. Pagi-pagi setelah mengantar Danis ke sekolah, aku menyibukkan diri di toko yang mulai ramai pembeli. Dan baru kembali ke rumah ba'da isya. Awalnya ibu mertua masih sering mengomel, tapi sekarang mertuaku itu tampaknya sudah mulai lelah memarahi. Akan tetapi, satu hal yang belum berubah, beliau masih gemar menggangguku seperti hari ini. [Nanti malam ada tamu penting yang mau datang ke rumah. Kamu temani ibu masak. Minta izin pada bosmu untuk pulang cepat!]Satu pesan to the point dari ibu mertuaku itu hanya aku lirik sekilas tanpa minat. Aku benar-benar tidak tahu apa fungsi Tiana di rumah itu. Hanya karena dia anak orang kaya, lantas dia diperlakukan sebagai ratu? Bahkan tidak pernah disuruh-suruh?Aku jadi penasaran, bagaimana reaksi ibu mertua jika tahu bahwa keluarga menantunya yang satu itu sedang berada di ambang kebangkrutan? [Tri,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status