All Chapters of Mertua Pilih Kasih Tidak Tahu Kami Banyak Uang: Chapter 41 - Chapter 50

131 Chapters

BAB 41

"Ibu! Ibu kita mau pergi liburan?" tanya Danis antusias ketika kami tiba di rumah orang tuaku. "Iya!" jawabku sambil turut tersenyum bahagia. "Kita ke Bali?" tanya Danis lagi. "He-em," jawabku seraya mengelus rambut lembut putraku ini. Melihat wajahnya yang mekar oleh senyuman membuatku turut merasa gembira. "Naik pesawat ya, Bu?" tanya Danis lagi. "Iya!" jawabku dengan sabar untuk yang kesekian kalinya. "Asyik! Naik pesawat! Naik pesawat!" ujar Danis sambil berjingkrak-jingkrak dengan antusias. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah lucunya. Sambil membiarkan Danis dengan rasa suka citanya, aku pun mulai memasukkan pakaian ke dalam koper yang akan kami bawa besok. "Ibu! Ibu! Paman Wisnu juga ikut?" tanya Danis kembali menghampiriku."Iya! Danis senang nggak kalau paman Wisnu ikut?" tanyaku menimpali antusiasmenya yang belum surut. "Yey! Paman Wisnu ikut!" ujar Danis sambi
Read more

BAB 42

Keesokan harinya, aku menyambut mentari pagi dengan lebih antusias daripada hari biasanya. Danis juga tidak ketinggalan. Bahkan anakku itu terbangun tepat ketika adzan subuh mulai berkumandang. Hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya. "Danis sudah bangun?" sapaku sambil mengelus kepalanya pelan. Bocah kecilku itu mengangguk cepat disela kegiatannya yang sedang menggosok mata dengan punggung tangan. "Hari ini kita mau naik pesawat beneran 'kan, Bu?" tanya Danis dengan suara serak khas bangun tidur. "Iya!" jawabku membalas dengan senyuman. "Ayo cepat siap-siap, Bu. Nanti kita telat naik pesawat!" ujar Danis sambil berusaha membuka baju tidurnya. Aku menggelengkan kepala pelan. Tidak pernah aku melihat Danis seantusias ini di pagi hari. "Ini masih subuh, sayang. Danis tidur sebentar lagi aja. Ibu mau pergi solat subuh ke masjid dulu. Nanti kalau ibu udah pulang, kita langsung siap-siap," bujukku. "Tapi nanti telat n
Read more

BAB 43

"Kamu ngobrolin apa sama ibu?" tanya Mas Ruslan penasaran ketika kami sedang dalam perjalanan untuk check in. "Ada deh. Rahasia!" timpalku mengikuti kata-kata ibu tadi. Mata Mas Ruslan kemudian spontan menyipit. "Udah berani main rahasia-rahasiaan ya!" serunya sambil mencubit ujung hidungku. "Ini tuh rahasia antar cewek. Cowok dilarang tahu!" jawabku dengan asal-asalan. Mas Ruslan menganggukkan kepalanya pelan. "Oke. Cukup tahu aja~" ucap Mas Ruslan dengan nada bercanda. Pada akhirnya, dia memutuskan untuk menyerah, dan tidak terus mengejar topik ini. Setelah melakukan check in, kami pun berpindah menuju ruang tunggu bandara. Kami sengaja mengambil tempat duduk yang dekat dengan jendela agar Danis bisa melihat deretan pesawat di landasan pacu. "Ibu! Ada banyak pesawat!" seru Danis. Dia menunjuk pada beberapa pesawat yang berada di landasan pacu itu sambil melompat-lompat dengan girang. Sejak tadi, mata putraku ini
Read more

BAB 44 | DINA POV

Dina POV, "Kamu kenapa deh, akhir-akhir ini aku lihat kayak nggak semangat banget? Kalau ada masalah, cerita-ceritalah,"Pagi menjelang siang ini, aku dan sahabatku Arumi sedang berjalan-jalan menyisiri tepi pantai seminyak, Bali. Sudah dua hari aku berada di tempat ini untuk menangani perluasan bisnis kosmetik yang aku dan Arumi jalani sejak lama. Dan sudah dua hari pula sejak aku terpisah dengan putraku Aldi. Kini, aku mulai merindukannya. "Aku nggak apa-apa kok. Cuma capek sedikit," jawabku menimpali pertanyaan Arumi. "Kamu yakin?" tanya Arumi sanksi. Aku yang semula terus berjalan lurus perlahan mengalihkan pandanganku pada Arumi yang sedang berjalan di sisiku. Kuberikan seulas senyum terpaksa padanya sambil menganggukkan kepala. Arumi lalu menghela nafas keras. "Nggak apa-apa kalau kamu nggak mau cerita sekarang. Tapi nanti kalau kamu butuh pendengar, aku siap mendengarkan," ujar Arumi menawarkan diri. Aku han
Read more

BAB 45

"Mas, sepertinya sudah waktunya bagi rahasia kita terbongkar," ujarku dari balik gigi yang terkatup rapat."Hah?" Mas Ruslan yang sedang asyik menemani Danis bermain tampaknya tidak mengetahui bahwa seorang kenalan sedang menatap ke arah kami saat ini. "Ada Mbak Dina di sini. Dia melihat ke arah kita!" beritahuku pada Mas Ruslan tanpa mengalihkan pandangan dari sosok Mbak Dina yang sedang menatap tajam ke arah kami. Mas Ruslan pun kemudian mengalihkan pandangannya ke arah di mana mataku masih menatap lurus. Kebisuan seketika meliputi kami. Hanya ada suara lalu lalang orang dan debur ombak yang menjadi latar belakang. 'Jangan kesini!''Jangan kesini!'Di dalam hati aku terus menggumamkan agar Mbak Dina tidak menghampiri kami. Tetapi entah sudah menjadi hukum alam atau bagaimana, semakin kamu mengharapkan sesuatu, semakin sesuatu itu jauh darimu. Dan hal yang sebaliknya juga terjadi. Sosok Mbak Dina terlihat
Read more

BAB 46 | Dina POV

Dina POV, "Kok kamu nggak memperkenalkan aku sama mereka sih?" tanya Arumi merajuk di sampingku yang sedang sibuk mengemudi. Saat ini kami sedang berkendara hendak kembali ke villa yang telah kami sewa. "Buat apa?" tanyaku dengan alis berkerut dalam. Tetapi mataku terus fokus pada jalanan yang ada di depan. "Iihhh, kan aku udah bilang kalau pria itu adalah tipe cowok idamanku banget!" seru Arumi. Aku pun spontan mendecakkan lidah. "Cowok yang kamu maksud itu adalah Ruslan. Adik yang sering aku ceritakan sama kamu!" ujarku dengan nada sedikit kesal. Arumi seketika terkesiap. Dia menutup mulutnya karena kaget dan matanya juga membola dengan lebay. "Aku tidak berpikir sampai ke sana. Aku pikir hanya nama mereka yang sama!" ujar Arumi.Aku menggelengkan kepala tak habis pikir. Apa dia tidak mendengar obrolan seperti apa yang aku dan Ruslan lakukan tadi? "Tapi dia kayaknya nggak seperti yang sering kamu ceritain deh. Di
Read more

BAB 47

"Mas, apa yang harus kita lakukan? Gimana kalau Mbak Dina benar-benar memberitahu ibu?" tanyaku mengutarakan kekhawatiran dengan jujur. Mas Ruslan mengangkat tangannya dan mengelus kepalaku tiga kali seraya berkata. "Jangan dipikirkan sekarang. Kita nikmati saja liburan ini. Jangan sampai uang yang sudah kita keluarkan untuk bisa liburan ke tempat ini menjadi sia-sia kalau kamu tidak menikmatinya," ucap Mas Ruslan. Aku mau tidak mau setuju. Terus memikirkan masalah ini pun memang hanya akan membuat kepala mumet. Meski tidak bisa ditepis sepenuhnya dari dalam otak, tapi setidaknya masih bisa dialihkan. "Lalu sekarang kita mau kemana?" tanyaku mencoba untuk mengembalikan antusiasme awal sebelum kami bertemu dengan Mbak Dina tadi. "Ini udah siang. Gimana kalau kita pergi cari makan siang?" tanya Mas Ruslan meminta pendapat.Aku dan Wisnu spontan mengangguk setuju. Tetapi Danis melakukan pemberontakan. Putraku itu menolak untuk pergi dari
Read more

BAB 48

"Ibu, ayo lihat sunset!" seru Danis begitu dia selesai mandi di sore hari. Aku menggelengkan kepala pelan melihat sorot mata Danis yang cemerlang penuh harap. Anakku ini memang tidak bisa diberi janji, karena dia akan terus menagihnya sampai dapat. Dan yah, memang seperti inilah menjadi orang tau. Harus bisa menakar kemampuannya sendiri. Jangan memberi janji pada anak-anak jika sekiranya dirasa tidak akan mampu untuk ditepati. Karena percayalah, anak akan selalu mengingat janji-janji orang tua yang tidak pernah ditepati bahkan hingga dewasa kelak. "Oke. Tunggu gantian ibu yang siap-siap dulu ya. Danis tunggu di luar sama bapak dan paman Wisnu," ujarku dengan lembut pada Danis. "Oke!" jawabnya dengan riang. Danis lalu berlari keluar kamar untuk menemui paman dan juga bapaknya. Aku yang memang tidak memiliki niat untuk ingkar janji pun segera berganti pakaian dan berdandan. Tepat setelah aku selesai bersiap, dering ponsel yang kuletakk
Read more

BAB 49

Matahari masih cukup cerah ketika kami keluar di sore hari. Karena kami berencana untuk makan malam di restauran yang ada di dekat pantai sembari menikmati matahari tenggelam, kami pun memutuskan untuk melakukan reservasi terlebih dulu. Untungnya ada Wisnu yang mengikuti kami liburan kali ini. Kalau tidak, aku tidak tahu bagaimana lelahnya mengawasi Danis yang sedang aktif-aktifnya itu berlarian ke sana ke mari. Pakaian anak itu bahkan sudah basah oleh air laut. Namun, suara cekikikan riangnya yang berasal dari pinggir pantai tidak juga surut. "Nggak salah kita liburan ke sini. Danis bahagia banget tuh!" ujar Mas Ruslan sambil matanya terus menatap ke arah Danis yang sedang main kejar-kejaran dengan ombak yang menepi. "Ho-oh," timpalku sambil menyandarkan kepala pada bahu Mas Ruslan. Mataku juga tidak luput dari pemandangan keceriaan Danis di depan. "Ayo kejar Danis!" seru Danis sambil berlari ke pinggir pantai. Namun, dia masih kalah cepat de
Read more

BAB 50 | Tiana POV

Tiana POV, "Dasar anak dan menantu kurang ajar. Berani-beraninya mereka menyembunyikan semua ini dari kita!" rutuk ibu mertua. "Memang katanya dia kerja di mana selain di peternakan?" tanya bapak mertua terdengar sabar menanggapi ibu mertua yang sedang meledak-ledak. "Tau tuh! Teleponnya di nonaktifkan!" seru ibu mertua ketus. Obrolan bapak dan ibu mertua memasuki gendang telingaku begitu aku kembali dari senam sore bersama ibu-ibu yang ada di kompleks perumahan ini. Makian demi makian yang terdengar tanpa henti yang entah ditujukan untuk siapa itu membuatku menghela nafas pelan. Aku lantas menarik kembali kaki yang baru setengah langkah memasuki rumah, dan menyeretnya kembali ke teras. Aku lalu menghempaskan tubuh pada kursi yang ada di sana. "Si Astri kemana deh. Membosankan ada di sini sendiri. Nggak ada hiburan yang menarik!" gumamku. Suara dumelan ibu mertua yang belum juga selesai kini berpadu dengan suara azan maghri
Read more
PREV
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status