"Astriku sayang, kamu tidak percaya sama, Mas?"Aku tanpa sadar meneguk ludah dengan susah payah karena pertanyaan yang diajukan oleh Mas Ruslan. Jika suamiku ini sudah menyebarkan hormon kelaki-lakiannya, aku senantiasa merasa tidak berkutik. "K-kamu nggak bisa nyalahin aku dong, Mas!" ucapku dengan nada terbata karena gugup. "Kenapa begitu?" tanya Mas Ruslan lembut. Tetapi di telingaku, nadanya terdengar mengintimidasi. "Ini bukan masalah percaya atau tidak, Mas. Lagian wajar aja dong kalau aku punya kekhawatiran. Ini karena selama kita menikah, aku tahunya kamu selalu menuruti apapun maunya bapak dan ibu!" jawabku sambil cemberut. "Terus kamu maunya Mas bagaimana? Membantah mereka?" tanya Mas Ruslan. Mataku mengerjap beberapa kali dan mulutku megap-megap tidak tahu harus membalas apa. Bagaimana harusnya pertanyaan ini dijawab? Aku bukannya ingin Mas Ruslan menjadi anak durhaka karena tidak menuruti orang tuanya, tapi...
Baca selengkapnya