All Chapters of Mertua Pilih Kasih Tidak Tahu Kami Banyak Uang: Chapter 51 - Chapter 60

131 Chapters

BAB 51

Hari ini matahari masih terbit dari ufuk timur. Tetapi terkhusus hari ini, aku merasakan pendarnya jauh lebih hangat dari hari-hari kebanyakan yang telah aku lalui. Mungkin juga akibat dari lelapnya tidurku semalam, sehingga aku bisa bangun pagi dalam kondisi yang terasa jauh lebih segar. Tadinya aku berpikir bahwa setelah pertemuan dengan Mbak Dina, aku tidak akan bisa tidur dengan nyeyak di malam hari. Tetapi syukurlah, pertemuan itu tidak mempengaruhi kualitas tidurku sama sekali. Mungkin memang benar, untuk bisa mendapatkan ketenangan batin, hal yang sebaiknya dilakukan adalah menjauh dari sumber penyakit hati itu sendiri. Sayang sekali, hal itu belum bisa aku lakukan sepenuhnya. Hanya momen liburan seperti ini yang bisa membuat syaraf-syaraf yang tegang menjadi sedikit lebih rileks. "Hari ini jadi ke Tanjung Benoa?" tanya Mas Ruslan ketika kami sedang menyantap sarapan pagi. "Jadi dong!" sahut Wisnu dengan semangat. Aku sendiri hanya meng
Read more

BAB 52

"Kemarin aku mencoba untuk menghubungi kamu, tapi kok nomor kamu nggak aktif sih, Lan?"Kalimat tanya yang terdengar sok akrab ini pertama kali memasuki indera pendengaranku ketika aku dan Wisnu sampai di sisi Mas Ruslan. "Untuk apa kamu menghubungiku?" tanya Mas Ruslan dengan nada datar. Namun, alisnya tampak berkerut dalam. "Dina sudah pulang tadi pagi. Awalnya aku mau mengajak kamu dan keluarga kamu untuk liburan bareng," ucap wanita teman Mbak Dina yang aku ingat namanya Arumi ini. "Tidak perlu!" jawab Mas Ruslan. "Ah? Kenapa?" tanya Arumi tampak tidak mengerti arti dari ucapan Mas Ruslan. "Aku dan keluargaku sedang liburan bersama. Kami tidak memerlukan orang lain untuk ikut bergabung," jawab Mas Ruslan dengan nada acuh tak acuh. Aku yang berdiri di samping memberikan dua jempol untuk Mas Ruslan atas kata-katanya. Aku pikir suamiku ini akan bertindak pasif jika didekati oleh wanita genit seperti Arumi ini. Tet
Read more

BAB 53

"Setelah istirahat siang, mau kemana nanti sore?" tanya Mas Ruslan sambil mengemudi mencari restauran bagi kami untuk makan siang. Masalah mengenai teman Mbak Dina yang bernama Arumi itu telah kami lempar jauh-jauh di belakang kepala. Perilaku orang lain yang berada di luar kendali diri hanya akan membuat pusing jika terlalu dipikirkan. "Kemarin kita udah lihat sunset di pantai, gimana kalau hari ini kita pergi nonton pertunjukan tari kecak di Pura Uluwatu. Mumpung ada di sini, tidak ada salahnya menikmati kearifan lokal," ujarku memberi saran. Sebisa mungkin, aku ingin mengunjungi berbagai macam tempat yang ada di Pulau Dewata ini. Menikmati setiap tempat yang berbeda dengan kampung tempat tinggal kami. "Tapi tempatnya jauh. Bisa kurang lebih satu jam di perjalanan buat ke sana dari sini," ujar Wisnu. "Ya nggak apa-apa. Mas kuat 'kan nyetir?" tanyaku pada Mas Ruslan sembari mengerjap-ngerjapkan mata dengan genit. "Nyetir d
Read more

BAB 54 | Tiana POV

Tiana POV, [Mas, jangan lupa hari ini langsung pulang!]Aku mengirim satu baris pesan itu kepada Mas Dimas ketika siang hari menjelang. Sementara aku sendiri tidak sabar menunggu datangnya waktu sore agar bisa keluar dari rumah ini. Gara-gara Ruslan dan Astri yang belum juga pulang dari Bali hingga siang ini, ibu mertua menjadi senewen. Apalagi setelah ibu mertua mencoba menghubungi anak dan menantunya itu, tapi ternyata nomor telepon mereka malah tidak aktif. "Anak dan menantu durhaka. Disuruh pulang malah mematikan telepon. Awas aja kalian kalau pulang nanti!"Sudah tidak terhitung berapa kali aku mendengar kalimat kutukan seperti ini meluncur dari mulut ibu mertua sejak pagi tadi. Aku sampai takut keluar kamar karena tidak mau ikut tersambar amarahnya. Sambil berbaring santai di atas ranjang yang empuk, aku mulai menghubungi sahabatku, Wanda. "Halo?" sapa Wanda dari seberang telepon. "Kamu lagi sibuk ng
Read more

BAB 55

"Haaah~" Helaan nafas keras terdengar di ruang tamu villa yang kami sewa. Asalnya tentu saja dari aku dan juga Wisnu. "Apakah sekarang sudah waktunya kita pulang?" tanya Wisnu semberi mengemas koper yang ada di hadapannya. Waktu 4 hari 3 malam kamu di Bali telah berakhir. Dan seperti kata Wisnu, hari ini sudah waktunya kami kembali ke kampung halaman. Hanya dengan memikirkannya saja sudah membuatku merasa berat hati. "Setelah hari ini sudah waktunya mulai tahun ajaran baru. Kamu harus rajin belajar, Nu!" ujar Mas Ruslan yang membuat wajah Wisnu mengkerut tak suka. "Jangan diingatkan dong, Mas!" serunya. Lain Wisnu, lain pula aku. Memikirkan bahwa kami akan kembali ke rumah mertua membuat jantung kecilku meningkatkan hentakannya. Aku tidak tahu kemarahan seperti apa yang akan ditunjukkan oleh ibu mertuaku itu ketika kami kembali nanti. "Kamu sudah menyiapkan jawaban nggak kalau ditanya ibu nanti, Mas?" tanyaku pada
Read more

BAB 56

"Aduh, aku gugup nih, Mas!" ujarku pada Mas Ruslan seraya mengenakan helm. Sore ini kami hendak kembali ke rumah orang tua Mas Ruslan. Aku tidak bisa membayangkan dan tidak mau membayangkan kemarahan seperti apa yang sedang menunggu kami di sana. Tidak hanya tidak menuruti keinginan ibu mertua untuk langsung pulang beberapa waktu lalu, kami bahkan masih mematikan telepon hingga detik ini. "Santai saja. Kalau ditanya, kita tinggal jawab!" pungkas Mas Ruslan dengan acuh tak acuh. Aku spontan melemparkan tatapan mendelik pada Mas Ruslan. Keperibadiannya yang tenang telah benar-benar membuatku iri. "Jangan melamun sambil berkendara. Fokus!" tegur Mas Ruslan sebelum kami membawa motor masing-masing keluar dari rumah orang tuaku. "Iya!" jawabku menimpali. Kami kemudian berkendara menuju rumah orang tua Mas Ruslan dengan kecepatan sedang. Di tengah jalan, kami menyempatkan diri untuk berhenti membeli makan malam. Hal ini kami laku
Read more

BAB 57 | Tiana POV

Tiana POV, "Ibu kalau kekurangan uang jajan kenapa nggak sekalian minta jatah sama Dimas. Dia lebih kaya dari Mas Ruslan. Ada juga pemasukan stabil tiap bulan. Sementara Mas Ruslan 'kan cuma kerja serabutan,"Kalimat panjang yang dilontarkan oleh Astri itu membuatku harus menahan geram di dalam hati. Berani-beraninya dia menyeret penghasilan suamiku yang tidak seberapa ke dalam masalah ini. "Diam kamu!" sentak ibu mertua dengan keras. "Ini semua gara-gara kamu. Ruslan berubah menjadi tidak patuh gara-gara kamu!" hardik ibu mertua. Amarah wanita paruh baya ini tampak belum menunjukkan tanda-tanda akan segera mereda. "Jangan nyalahin orang sembarangan gitu dong, Bu. Coba berkaca dulu sama sikap ibu sendiri terhadap Mas Ruslan selama ini. Kira-kira, sudah pantas belum ibu mendapat baktinya Mas Ruslan," balas Astri dengan nada mencibir yang terdengar jelas.Kalimat terakhir yang dilontarkan itu membuatku cukup merasa takjub. Aku tidak tahu
Read more

BAB 58

Keesokan harinya, Kami masih menjalani hari seperti biasa. Di pagi hari, aku masih menjalankan rutinitasku untuk melepas Mas Ruslan yang hendak berangkat bekerja. "Apa rencana kamu hari ini?" tanya Mas Ruslan seraya mengenakan helmnya. "Mau membersihkan toko. Dan kalau masih ada waktu, aku juga mau membeli perabotan untuk di mengisi lantai dua," jawabku dalam bisikan pelan agar tidak ada yang bisa mendengar. "Kamu bisa melakukannya sendiri?" tanya Mas Ruslan. "Atau kamu bayar orang aja buat bantuin, biar kamu nggak terlalu capek," saran Mas Ruslan. Namun, aku menggelengkan kepala pelan. "Aku bisa sendiri kok, Mas!" ujarku menolak. "Nggak terlalu luas ini. Tinggal disapu sama dipel doang," jawabku. " ... "Mas Ruslan terdiam tanpa kata. Dia tidak terlihat lega mendengar ucapanku ini. "Jangan khawatir, Mas. Aku nggak akan memaksakan diri kok. Kalau aku capek, aku bisa lanjutin besok," ujarku menenangkan sua
Read more

BAB 59 | Tiana POV

Tiana POV, "Aku tidak percaya kalau uangmu sudah habis, Mas. Jika kamu tidak ketahuan berlibur ke Bali, kamu mungkin tidak akan pernah memberitahu orang lain soal kamu yang mendapat komisi karena telah membantu orang menjual tanahnya. Dan ini mungkin bukan satu-satunya tanah orang yang sudah berhasil kamu jual. Di masa lalu juga pasti ada!" Aku berbicara pada diri sendiri sambil memacu mobilku mengikuti Mas Ruslan yang sedang menuju ke peternakan. Laju kendaraan sengaja aku buat lambat untuk menjaga jarak dari Mas Ruslan agar tidak ketahuan. Begitu Mas Ruslan mulai berbelok di persimpangan jalan menuju peternakan, aku memutuskan untuk memarkirkan mobilku di pinggir jalan. Ini adalah jalan satu-satunya yang mengarah ke peternakan. Jadi bahkan jika aku memarkir mobil di sini, aku tetap akan bisa melihat Mas Ruslan saat dia meninggalkan peternakan nanti. "Mari kita lihat apa saja yang kamu sembunyikan dari keluarga kamu, Mas!" gumamku.
Read more

BAB 60

"Akhirnya beres juga!" Aku berseru sambil menepuk kedua tangan untuk mengikis debu yang melekat. Setelah dari pagi bekerja keras untuk mengatur lantai dua toko ini, akhirnya semuanya telah tampak layak huni. Di dalam kamar, sudah ada ranjang besar yang bisa menampung kami bertiga. Lalu di sudut ruangan ada lemari dan meja rias yang masih kosong. Kemudian menilik ke arah kamar mandi yang ada di kamar, aku pun menyunggingkan senyum bahagia. Beberapa peralatan mandi juga sudah lengkap berada di tempatnya. Keluar dari kamar, aku melangkah pelan menuju sebuah ruangan yang aku jadikan sebagai dapur kecil. Tempat itu juga sudah dipenuhi dengan berbagai macam perabotan memasak dan meja makan. Sementara itu, di ruang sebelah yang aku jadikan sebagai ruang cuci, sudah ada mesin cuci beserta gantungan bajunya. "Ini baru bisa disebut rumah!" gumamku pada diri sendiri seraya mengedarkan mata menatap semua hal yang telah tersusun rapi di tempat yang seharusnya.
Read more
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status