Semua Bab Mertua Pilih Kasih Tidak Tahu Kami Banyak Uang: Bab 111 - Bab 120

131 Bab

BAB 111

"Ekhm!" Mas Ruslan berdehem pelan seraya memperbaiki posisi duduknya terlebih dahulu agar terasa lebih nyaman. Dia lalu menatap ke arah Dimas yang duduk di seberang sembari menghela nafas panjang. "Jadi begini loh, Dim. Maaf banget sebelumnya. Bukannya Mas tidak mau meminjamkan uang, tetapi uang yang dipinjamkan itu loh yang nggak ada," ucap Mas Ruslan. "Mas Ruslan benar-benar tidak punya uang?" tanya Dimas terlihat sanksi. Ekspresinya yang memasang wajah dengan mata memicing curiga pada kami ini membuatku dan Mas Ruslan secara kompak tersenyum kecut. Bahkan jika kami memiliki uang sebanyak itu, kami tidak akan meminjamkannya pada Dimas. Mohon jangan pandang kami sebagai orang jahat, aku dan Mas Ruslan sendiri saat ini membutuhkan biaya besar untuk pembangunan kos-kosan yang sudah mulai berjalan. "Kamu lucu deh. Uang sebanyak itu dapat darimana, Dim? Uang hasil nulisku memang mencapai beberapa juta, tapi nggak sampai 100 juta juga ka
Baca selengkapnya

BAB 112

Dimas POV, "Assalamu'alaikum!" Aku mengucapkan salam dengan keras setibaku di rumah. Walaupun aku tidak mendapatkan hasil apa-apa dari pertemuan dengan Mas Ruslan dan istrinya, tapi entah kenapa aku merasa hatiku jauh terasa lebih ringan. " ... "Karena tidak ada yang menjawab salamku, aku pun langsung menyeret kaki menuju dapur untuk meletakkan bingkisan dari Mas Ruslan. Saat melewati ruang makan, aku melihat ibu duduk sendiri tampak merenung sendu. "Bu... " sapaku. " ... "Namun, ibu tidak menjawab. Beliau tampak tenggelam dalam lamunan yang dalam. "Bu... " panggilku sekali lagi seraya mengambil tempat di hadapan ibu. Tidak lupa aku juga mengibaskan tangan di wajah beliau. Aku berharap dengan begitu dapat menyadarkan beliau, sehingga ibu dapat mengalihkan fokusnya ke arahku. "Hah?""Ibu udah makan, belum?" tanyaku dengan lembut. "Dimas bawa ayam bakar nih buat ibu," ujarku se
Baca selengkapnya

BAB 113 | Dina POV

Dina POV, "Mbak Dina!" Teriakan Dimas membuatku terkesiap. Sebuah tangan kemudian dengan cepat melewatiku untuk mematikan kompor. Air yang sedang aku didihkan hampir meluber membasahi kompor. "Dim," sapaku dengan kikuk. "Mbak Dina kenapa udah ngelamun aja sih pagi-pagi. Bahaya tahu ngelamun dekat kompor!" tegur Dimas yang aku balas dengan senyum canggung. "Aku udah tiga hari lihat Mbak di sini. Ada apa? Mbak ada masalah sama Mas Arifin?" tanya Dimas kepo. Aku pun mengangguk pelan. "Iya. Mungkin Mbak sama Mas Arifin sebentar lagi akan resmi bercerai," jawabku tanpa menyembunyikan hubunganku yang telah retak dengan sang suami. "Kenapa? Kirain selama ini hubungan kalian baik-baik aja," tukas Dimas. Aku mengangkat bahu dengan acuh tak acuh. "Kelihatannya aja begitu. Faktanya, hubungan Mbak sama Mas Arifin udah rusak sejak lama," ungkapku."Benar-benar rusak? Tidak bisa diperbaiki? Lalu bagaimana den
Baca selengkapnya

BAB 114 | Dina POV

Dina POV, "Mas Arifin, kamu pikir kamu bisa menghentikanku? Jangan harap!" Aku menggeram dari balik kemudi mobil yang sedang aku kendalikan menuju sekolah Aldi. Inilah yang paling aku takutkan sejak Aldi memutuskan untuk memilih ayahnya kemarin. Akan sulit bagiku jika ingin bertemu dengannya. Keluarga Mas Arifin pasti akan mencari-cari alasan untuk menjauhkan Aldi dariku. Setibanya di sekolah Aldi, aku memarkir mobil dengan rapi di seberang jalan. Aku memutuskan untuk tidak turun dari mobil, dan terus menatap lamat-lamat ke arah gerbang sekolah. Kulirik jam yang melingkar pada pergelangan tangan. Sebentar lagi menunjukkan pukul 8 pagi. Aku yang sama sekali tidak percaya jika Aldi sudah berangkat sekolah sejak tadi pun terus menatap satu demi satu anak-anak yang datang.Akan tetapi, setelah menit demi menit berlalu, tetapi sosok Aldi tidak juga kelihatan, aku mulai dilanda panik. "Apa aku kelewatan?" tanyaku pada diri sendiri
Baca selengkapnya

BAB 115 | Tiana POV

Tiana POV,Tok tok tok,"Tiana. Bangun!""Kamu mau tidur sampai kapan? Lihat sudah jam berapa sekarang?!"Teriakan dari balik pintu kamar membuatku mengernyitkan kening dengan kesal. Tidak di rumah sendiri, tidak di rumah mertua, kenapa aku tidak bisa menjalani pagi dengan tenang?Tok tok tok,"Tiana!" teriakan melengking Mama, dan gedoran kerasnya dari balik pintu membuatku dengan enggan membuka mata."Iya, Ma!" timpalku dengan nada ogah-ogahan seraya beranjak membuka pintu."Kamu ini kok bisa sih nggak berguna banget jadi anak!" semprot Mama begitu aku membuka pintu kamar."Mama kenapa sih pagi-pagi sudah teriak-teriak aja?" tanyaku masih dengan santai."Kamu masih tanya kenapa?" sungut Mama di depan wajahku. "Kamu masih tidak lupa mengenai apa yang sedang menimpa keluarga kita 'kan?" tukas beliau dengan menggebu-gebu.Aku mau tidak mau menganggukkan kepala pelan. "Tiana tahu, tapi t
Baca selengkapnya

BAB 116 | Dimas POV

Dimas POV,Semenjak banyak masalah menghampiri rumah tanggaku, aku mulai sering merokok untuk mengalihkan pikiran yang terasa mumet."Ton, Sar, aku sering mendengar kalian mengeluhkan mengenai rumah tangga, dan istri kalian masing-masing. Tetapi kenapa kalian masih terus bertahan, dan bukannya bercerai saja?" tanyaku menerawang sembari menghembuskan asap rokok keluar dari mulut."Yaelah, bro. Tidak semua masalah rumah tangga itu penyelesaiannya dengan cara bercerai," jawab Anton. "Kenapa? Kamu ada masalah sama istri, dan ada niat buat bercerai?" tanyanya kemudian dengan curiga." ... "Aku tidak langsung menjawab, dan justru asyik menyesap rokok di bibirku dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan keras. Tanpa menjawab pertanyaan ini secara langsung, aku tahu bahwa siapa saja dapat menebaknya setelah melihat reaksi yang aku berikan."Jangan mengambil keputusan dengan gegabah, bro!" tukas Sardi seraya menepuk bahuku dengan keras.
Baca selengkapnya

BAB 117 | Dimas POV

Dimas POV,"Siapa pria itu?" tanyaku dengan nafas tertahan. Gelombang amarah yang memenuhi dada hampir membuncah keluar."I-itu..." Tiana menatapku dengan sorot mata bergetar. Pun dengan suaranya yang tercekat kikuk. Kedua tangan yang memegang kantong belanjaan perlahan disembunyikan di belakang punggung. Mungkin dia berharap tindak tanduknya itu tidak akan tertangkap oleh mataku."Apa kamu baru saja pulang kencan dengan pria itu?" tanyaku sambil mendengus pahit.Selama ini aku selalu mengabaikan himbauan dari Mbak Astri yang terus menekankan bahwa istriku ini adalah wanita kegatelan. Aku juga tidak menganggap serius kata-kata iparku itu yang kerap kali memperingatkan agar jangan sampai aku membiarkan istriku ini dekat-dekat dengan Mas Ruslan. Dan baru sekaranglah mataku terbuka lebar, bahwa barangkali hati istriku sudah sirna untukku. "Kamu tidak lupa kalau kamu ini masih wanita bersuami 'kan?" tanyaku lagi karena Tiana tidak
Baca selengkapnya

BAB 118 | Dina POV

Dina POV,"Ring!""Ring!""Ring!"Alarm dari ponselku terus berdering ribut sepanjang pagi, memenuhi setiap sudut kamar yang sunyi. Namun, aku sama sekali tidak bergeming untuk mematikannya. Semenjak Aldi tidak bisa dihubungi karena katanya sedang liburan bersama ayahnya, aku menjadi uring-uringan.Belum saja perebutan hak asuh anak kami lakukan, tetapi aku sudah merasa kalah. Kisah beberapa selebriti yang memenangkan hak asuh anak, tapi tidak bisa bersama dengan anak mereka menjadi mimpi buruk yang menghantuiku di sepanjang malam tadi.Tok tok tok,"Mbak, berisik. Matikan alarm-mu dong!" Suara teguran Dimas menggema dari balik pintu kamar. Dengan enggan aku kemudian meraih ponsel yang tergeletak di atas bantal yang ada di sampingku, lalu mematikan alarm itu. Saat itulah aku melihat satu baris pesan masuk dari Arumi.[Din, kamu nggak mau ke kontrakanku hari ini?Mamaku baru tiba tadi malam nih,]
Baca selengkapnya

BAB 119 | Dina POV

Dina POV,Umur tujuh tahun adalah umur yang termasuk kelam dalam sejarah hidupku. Pada usia itu, aku menyaksikan ibuku tantrum seperti orang gila karena menemukan ayah bergelung di atas ranjang yang sama dengan saudara kembarnya.Aku ingat sore itu tengah hujan deras. Saat itu, seharusnya kami sekeluarga sedang bantu-bantu di rumah tetangga yang kebetulan mengadakan hajatan.Namun, karena ibu mengingat di rumah ada saudara kembarnya yang kebetulan datang berkunjung dan menginap, ibu meminta izin pada tetangga untuk pulang sebentar. Beliau sangat mengkhawatirkan saudara kembarnya yang barangkali tidak memiliki makanan untuk dimakan itu. Berbekal jatah lauk dari tetangga, ibu mengajakku pulang di tengah guyuran hujan yang sedang turun dengan deras-derasnya."Bu, aku nggak mau pulang. Hujan!" protesku ketika ibu mengajak pulang. Saat itu aku tengah asyik bermain dengan anak-anak seusiaku. "Sebentar aja. Nanti kita balik lagi," uja
Baca selengkapnya

BAB 120 | Dina POV

Dina POV,"Din, kok kayaknya aku nggak mengerti dengan apa yang ibumu dan ibuku perdebatkan?" bisik Arumi tepat di samping telingaku.Perkataannya ini langsung membawa aku kembali dari ingatan masa lalu yang tidak pernah bisa aku lupakan itu."Kamu tidak mengerti atau kamu pura-pura tidak mengerti?" timpalku dengan ketus pada Arumi."Emm, sepertinya aku mengerti? Tapi sepertinya, aku juga tidak mengerti?" pungkas Arumi dengan tidak peka pada emosi buruk yang sedang menyelimutiku."Bodo amatlah!" seruku dengan sinis."Iihh, kok kamu gitu sih, Din?" balas Arumi dengan nada merajuk." ... "Kali ini aku memilih diam tidak menanggapi. Fokusku terus jatuh pada kedua wanita paruh baya yang masih saling tatap dengan sorot mata berapi-api itu."Dasar egois. Kamu pergi begitu saja dengan meninggalkan semua beban padaku!" geram ibu dari balik gigi yang terkatup rapat."Itu sudah menjadi resiko buat kamu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status