Share

BAB 112

Penulis: Mokaciinoo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dimas POV,

"Assalamu'alaikum!"

Aku mengucapkan salam dengan keras setibaku di rumah. Walaupun aku tidak mendapatkan hasil apa-apa dari pertemuan dengan Mas Ruslan dan istrinya, tapi entah kenapa aku merasa hatiku jauh terasa lebih ringan.

" ... "

Karena tidak ada yang menjawab salamku, aku pun langsung menyeret kaki menuju dapur untuk meletakkan bingkisan dari Mas Ruslan. Saat melewati ruang makan, aku melihat ibu duduk sendiri tampak merenung sendu.

"Bu... " sapaku.

" ... "

Namun, ibu tidak menjawab. Beliau tampak tenggelam dalam lamunan yang dalam.

"Bu... " panggilku sekali lagi seraya mengambil tempat di hadapan ibu.

Tidak lupa aku juga mengibaskan tangan di wajah beliau. Aku berharap dengan begitu dapat menyadarkan beliau, sehingga ibu dapat mengalihkan fokusnya ke arahku.

"Hah?"

"Ibu udah makan, belum?" tanyaku dengan lembut. "Dimas bawa ayam bakar nih buat ibu," ujarku se
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mertua Pilih Kasih Tidak Tahu Kami Banyak Uang   BAB 113 | Dina POV

    Dina POV, "Mbak Dina!" Teriakan Dimas membuatku terkesiap. Sebuah tangan kemudian dengan cepat melewatiku untuk mematikan kompor. Air yang sedang aku didihkan hampir meluber membasahi kompor. "Dim," sapaku dengan kikuk. "Mbak Dina kenapa udah ngelamun aja sih pagi-pagi. Bahaya tahu ngelamun dekat kompor!" tegur Dimas yang aku balas dengan senyum canggung. "Aku udah tiga hari lihat Mbak di sini. Ada apa? Mbak ada masalah sama Mas Arifin?" tanya Dimas kepo. Aku pun mengangguk pelan. "Iya. Mungkin Mbak sama Mas Arifin sebentar lagi akan resmi bercerai," jawabku tanpa menyembunyikan hubunganku yang telah retak dengan sang suami. "Kenapa? Kirain selama ini hubungan kalian baik-baik aja," tukas Dimas. Aku mengangkat bahu dengan acuh tak acuh. "Kelihatannya aja begitu. Faktanya, hubungan Mbak sama Mas Arifin udah rusak sejak lama," ungkapku."Benar-benar rusak? Tidak bisa diperbaiki? Lalu bagaimana den

  • Mertua Pilih Kasih Tidak Tahu Kami Banyak Uang   BAB 114 | Dina POV

    Dina POV, "Mas Arifin, kamu pikir kamu bisa menghentikanku? Jangan harap!" Aku menggeram dari balik kemudi mobil yang sedang aku kendalikan menuju sekolah Aldi. Inilah yang paling aku takutkan sejak Aldi memutuskan untuk memilih ayahnya kemarin. Akan sulit bagiku jika ingin bertemu dengannya. Keluarga Mas Arifin pasti akan mencari-cari alasan untuk menjauhkan Aldi dariku. Setibanya di sekolah Aldi, aku memarkir mobil dengan rapi di seberang jalan. Aku memutuskan untuk tidak turun dari mobil, dan terus menatap lamat-lamat ke arah gerbang sekolah. Kulirik jam yang melingkar pada pergelangan tangan. Sebentar lagi menunjukkan pukul 8 pagi. Aku yang sama sekali tidak percaya jika Aldi sudah berangkat sekolah sejak tadi pun terus menatap satu demi satu anak-anak yang datang.Akan tetapi, setelah menit demi menit berlalu, tetapi sosok Aldi tidak juga kelihatan, aku mulai dilanda panik. "Apa aku kelewatan?" tanyaku pada diri sendiri

  • Mertua Pilih Kasih Tidak Tahu Kami Banyak Uang   BAB 115 | Tiana POV

    Tiana POV,Tok tok tok,"Tiana. Bangun!""Kamu mau tidur sampai kapan? Lihat sudah jam berapa sekarang?!"Teriakan dari balik pintu kamar membuatku mengernyitkan kening dengan kesal. Tidak di rumah sendiri, tidak di rumah mertua, kenapa aku tidak bisa menjalani pagi dengan tenang?Tok tok tok,"Tiana!" teriakan melengking Mama, dan gedoran kerasnya dari balik pintu membuatku dengan enggan membuka mata."Iya, Ma!" timpalku dengan nada ogah-ogahan seraya beranjak membuka pintu."Kamu ini kok bisa sih nggak berguna banget jadi anak!" semprot Mama begitu aku membuka pintu kamar."Mama kenapa sih pagi-pagi sudah teriak-teriak aja?" tanyaku masih dengan santai."Kamu masih tanya kenapa?" sungut Mama di depan wajahku. "Kamu masih tidak lupa mengenai apa yang sedang menimpa keluarga kita 'kan?" tukas beliau dengan menggebu-gebu.Aku mau tidak mau menganggukkan kepala pelan. "Tiana tahu, tapi t

  • Mertua Pilih Kasih Tidak Tahu Kami Banyak Uang   BAB 116 | Dimas POV

    Dimas POV,Semenjak banyak masalah menghampiri rumah tanggaku, aku mulai sering merokok untuk mengalihkan pikiran yang terasa mumet."Ton, Sar, aku sering mendengar kalian mengeluhkan mengenai rumah tangga, dan istri kalian masing-masing. Tetapi kenapa kalian masih terus bertahan, dan bukannya bercerai saja?" tanyaku menerawang sembari menghembuskan asap rokok keluar dari mulut."Yaelah, bro. Tidak semua masalah rumah tangga itu penyelesaiannya dengan cara bercerai," jawab Anton. "Kenapa? Kamu ada masalah sama istri, dan ada niat buat bercerai?" tanyanya kemudian dengan curiga." ... "Aku tidak langsung menjawab, dan justru asyik menyesap rokok di bibirku dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan keras. Tanpa menjawab pertanyaan ini secara langsung, aku tahu bahwa siapa saja dapat menebaknya setelah melihat reaksi yang aku berikan."Jangan mengambil keputusan dengan gegabah, bro!" tukas Sardi seraya menepuk bahuku dengan keras.

  • Mertua Pilih Kasih Tidak Tahu Kami Banyak Uang   BAB 117 | Dimas POV

    Dimas POV,"Siapa pria itu?" tanyaku dengan nafas tertahan. Gelombang amarah yang memenuhi dada hampir membuncah keluar."I-itu..." Tiana menatapku dengan sorot mata bergetar. Pun dengan suaranya yang tercekat kikuk. Kedua tangan yang memegang kantong belanjaan perlahan disembunyikan di belakang punggung. Mungkin dia berharap tindak tanduknya itu tidak akan tertangkap oleh mataku."Apa kamu baru saja pulang kencan dengan pria itu?" tanyaku sambil mendengus pahit.Selama ini aku selalu mengabaikan himbauan dari Mbak Astri yang terus menekankan bahwa istriku ini adalah wanita kegatelan. Aku juga tidak menganggap serius kata-kata iparku itu yang kerap kali memperingatkan agar jangan sampai aku membiarkan istriku ini dekat-dekat dengan Mas Ruslan. Dan baru sekaranglah mataku terbuka lebar, bahwa barangkali hati istriku sudah sirna untukku. "Kamu tidak lupa kalau kamu ini masih wanita bersuami 'kan?" tanyaku lagi karena Tiana tidak

  • Mertua Pilih Kasih Tidak Tahu Kami Banyak Uang   BAB 118 | Dina POV

    Dina POV,"Ring!""Ring!""Ring!"Alarm dari ponselku terus berdering ribut sepanjang pagi, memenuhi setiap sudut kamar yang sunyi. Namun, aku sama sekali tidak bergeming untuk mematikannya. Semenjak Aldi tidak bisa dihubungi karena katanya sedang liburan bersama ayahnya, aku menjadi uring-uringan.Belum saja perebutan hak asuh anak kami lakukan, tetapi aku sudah merasa kalah. Kisah beberapa selebriti yang memenangkan hak asuh anak, tapi tidak bisa bersama dengan anak mereka menjadi mimpi buruk yang menghantuiku di sepanjang malam tadi.Tok tok tok,"Mbak, berisik. Matikan alarm-mu dong!" Suara teguran Dimas menggema dari balik pintu kamar. Dengan enggan aku kemudian meraih ponsel yang tergeletak di atas bantal yang ada di sampingku, lalu mematikan alarm itu. Saat itulah aku melihat satu baris pesan masuk dari Arumi.[Din, kamu nggak mau ke kontrakanku hari ini?Mamaku baru tiba tadi malam nih,]

  • Mertua Pilih Kasih Tidak Tahu Kami Banyak Uang   BAB 119 | Dina POV

    Dina POV,Umur tujuh tahun adalah umur yang termasuk kelam dalam sejarah hidupku. Pada usia itu, aku menyaksikan ibuku tantrum seperti orang gila karena menemukan ayah bergelung di atas ranjang yang sama dengan saudara kembarnya.Aku ingat sore itu tengah hujan deras. Saat itu, seharusnya kami sekeluarga sedang bantu-bantu di rumah tetangga yang kebetulan mengadakan hajatan.Namun, karena ibu mengingat di rumah ada saudara kembarnya yang kebetulan datang berkunjung dan menginap, ibu meminta izin pada tetangga untuk pulang sebentar. Beliau sangat mengkhawatirkan saudara kembarnya yang barangkali tidak memiliki makanan untuk dimakan itu. Berbekal jatah lauk dari tetangga, ibu mengajakku pulang di tengah guyuran hujan yang sedang turun dengan deras-derasnya."Bu, aku nggak mau pulang. Hujan!" protesku ketika ibu mengajak pulang. Saat itu aku tengah asyik bermain dengan anak-anak seusiaku. "Sebentar aja. Nanti kita balik lagi," uja

  • Mertua Pilih Kasih Tidak Tahu Kami Banyak Uang   BAB 120 | Dina POV

    Dina POV,"Din, kok kayaknya aku nggak mengerti dengan apa yang ibumu dan ibuku perdebatkan?" bisik Arumi tepat di samping telingaku.Perkataannya ini langsung membawa aku kembali dari ingatan masa lalu yang tidak pernah bisa aku lupakan itu."Kamu tidak mengerti atau kamu pura-pura tidak mengerti?" timpalku dengan ketus pada Arumi."Emm, sepertinya aku mengerti? Tapi sepertinya, aku juga tidak mengerti?" pungkas Arumi dengan tidak peka pada emosi buruk yang sedang menyelimutiku."Bodo amatlah!" seruku dengan sinis."Iihh, kok kamu gitu sih, Din?" balas Arumi dengan nada merajuk." ... "Kali ini aku memilih diam tidak menanggapi. Fokusku terus jatuh pada kedua wanita paruh baya yang masih saling tatap dengan sorot mata berapi-api itu."Dasar egois. Kamu pergi begitu saja dengan meninggalkan semua beban padaku!" geram ibu dari balik gigi yang terkatup rapat."Itu sudah menjadi resiko buat kamu

Bab terbaru

  • Mertua Pilih Kasih Tidak Tahu Kami Banyak Uang   BAB 131

    Untuk yang kedua kali, aku dan keluarga mengunjungi Bali. Kali ini aku berhasil membujuk ayah dan ibu untuk ikut turut serta. Alasannya adalah biar ada yang menemani ibu mertuaku untuk hanya sekedar mengobrol dengan orang seusianya."Kamu yakin semuanya akan baik-baik saja?" tanya ibu ketika kami baru saja tiba di Bali."Kenapa harus nggak baik-baik aja?" tanyaku dengan santai."Ibu mertua kamu benar-benar setuju nggak kalau kami ikut?" tanya ibu masih tidak yakin."Setuju kok. Ibu tenang aja. Ibu mertuaku sekarang baik. Kalau ibu nggak percaya, nanti kita buktikan!" ujarku dengan percaya diri."Kamu yakin?" tanya ibu lagi."Halah ibu ini, kenapa malah jadi kamu yang paranoid?" sambar bapak.Beliau sepertinya risih dengan pertanyaan yang sudah berulang kali diajukan oleh ibu sejak kemarin."Ih, bapak. Ibu kan cuma nanya," protes ibu atas reaksi bapak."Ya habis ibu nanya itu terus. Telinga bapak panas d

  • Mertua Pilih Kasih Tidak Tahu Kami Banyak Uang   BAB 130 | Dina POV

    Dina POV,Berbulan-bulan berlalu, wacanaku untuk menculik Aldi dari ayah kandungnya sendiri selama ini hanya berakhir sebagai wacana. Aku tidak bisa membawa Aldi pergi menjauh dari ayah kandungnya tanpa persetujuan dari anak itu sendiri. Walaupun menyakitkan, aku tetap berusaha untuk menghargai keinginan Aldi."Aku tidak mengharapkan Aldi akan diabaikan oleh ayahnya sih. Tapi aku pikir begitu anaknya si Astuti lahir, fokus si Arifin pasti akan lebih dominan pada istri dan anak barunya," tukas Sadewa yang masih setia tinggal di desa ini untuk menemaniku."So?""Mungkin saat itu kamu bisa kembali merayu Aldi untuk tinggal bersamamu," ujar Sadewa."Hm," gumamku sembari menganggukkan kepala pelan tanpa menoleh ke arah Sadewa yang sedang duduk di balik kemudi.Saat ini, aku dan dia sedang menunggu di depan sekolahnya Aldi. Aku sangat merindukan anak yang beberapa waktu ini menolak untuk menemuiku. Semua ini lantaran dia marah padaku k

  • Mertua Pilih Kasih Tidak Tahu Kami Banyak Uang   BAB 129

    Aku memasak makan siang di bawah pengawasan ibu mertua. Awalnya terasa tidak nyaman, tetapi seiring dengan berjalannya waktu, aku mulai melupakan keberadaan beliau dan sepenuhnya fokus pada pekerjaan yang ada di tangan.Setelah sibuk berkutat di depan panci dan wajan, akhirnya masakan yang aku buat matang. Dengan telaten aku mulai menyendok nasi beserta lauk pauknya ke atas piring, lalu menyajikannya di depan ibu mertua."Coba aja kamu melakukan hal seperti ini dari dulu," celetuk ibu mertua.Aku spontan memutar mata. "Ini semua gara-gara ibu sih. Coba kalau ibu nggak keseringan sensi dan marah-marah," timpalku dengan santai."Cih," balas ibu mertua."Ayo makan siang. Setelah ini aku harus kembali kerja," ujarku seraya mengambil tempat duduk di kursi yang berada tepat di hadapan ibu mertua."Hubunganmu dengan Ruslan gimana?" tanya ibu mertua sembari mulai menyendok makanan ke dalam mulutnya."Sangat baik!" jawabku dengan

  • Mertua Pilih Kasih Tidak Tahu Kami Banyak Uang   BAB 128

    Hari demi hari masih berlalu dengan monoton seperti biasanya. Kata-kata bapak masih menghantuiku hingga saat ini, tetapi aku belum memiliki keberanian untuk pergi ke rumah ibu mertua untuk merayunya atau apalah itu.Selentingan kabar mereka diam-diam aku cari tahu melalui akun sosial media yang ada. Dan dari sana aku mengetahui bahwa Arumi dan ibu Sarinah telah kembali ke ibu kota. Ada juga kabar perceraian Dimas dan Tiana, serata kabar perceraian Mbak Dina dan suaminya.Rentetan kabar buruk yang datang satu demi satu menyambangi keluarga Hadinata membuat grup whats*app kompleks diibaratkan layaknya air yang dituangkan ke dalam minyak panas. [Keluarga Hadinata lagi dikasih banyak banget cobaan belakangan ini,][Ho-oh. Aku tidak menyangka umur pernikahan si Dimas bakal singkat banget. Padahal dia kelihatan cinta banget sama istrinya,][Isi dapur orang nggak ada yang tahu,][Memang sih,][Belum lagi si Dina juga bercerai.

  • Mertua Pilih Kasih Tidak Tahu Kami Banyak Uang   BAB 127 | DINA POV

    Dina POV,"Din, hubungan kamu dengan Arifin bagaimana sih sebenarnya?" tanya bapak ketika kami sedang menyantap makan malam." ... "Karena makanan yang masih ada di dalam mulutku, aku tidak langsung memberi jawaban."Kamu juga, Dim. Tiana kemana? Kok dia nggak pulang-pulang?" tukas bapak pada Dimas yang duduk di sampingku."Aku dan Tiana berencana untuk bercerai," jawab Dimas dengan santai."Bercerai? Kenapa?" tanya ibu terdengar cukup terkejut.Dimas mengangkat bahunya pelan seraya berkata. "Sudah tidak ada kecocokan. Kalian masih ingat mengenai dia yang meminjam uang 100 juta untuk menutupi hutang keluarganya?" "Iya, terus kenapa?" tanya ibu dengan sedikit nada mendesak dalam suaranya."Aku tidak bisa membantunya untuk mencari jalan keluar terkait hutang itu. Alhasil dia mendekati banyak pria yang bersedia memberikannya uang secara cuma-cuma," jawab Dimas dengan enteng."What?!" seruku tida

  • Mertua Pilih Kasih Tidak Tahu Kami Banyak Uang   BAB 126

    "Kakek!""Nenek!"Danis berteriak dengan antusias tepat ketika kami baru tiba di rumah orang tuaku. Kebetulan saat ini kami bertemu dengan bapak dan ibu yang baru saja pulang dari sawah tepat di depan pintu gerbang rumah. "Danis, apa kabar? Nenek sama kakek udah lama nggak ketemu Danis," sambut ibuku dengan nada yang dibuat sedih ketika melihat cucunya.Memang beberapa minggu belakangan ini, kami terlalu sibuk mengurus toko yang baru dibuka, sehingga kami tidak bisa datang berkunjung ke rumah orang tuaku ini seperti biasanya."Iya nih. Bapak sama ibu sibuk-sibuk terus!" timpal Danis turut merajuk sambil bibirnya dimajukan beberapa sentimeter."Ayo, ngobrolnya di dalam aja," tukas bapak sembari membuka pintu gerbang untuk kami."Rumah kok sepi, Pak? Wisnu mana?" tanyaku."Di kosnya. Kamu lupa kalau adik kamu itu sudah masuk kuliah?" tukas bapak."Oh, aku lupa," timpalku seraya menepuk kepalaku pelan.

  • Mertua Pilih Kasih Tidak Tahu Kami Banyak Uang   BAB 125 | Dina POV

    Dina POV,"Bu, apa rencana ibu selanjutnya?" tanyaku pada ibu setelah kami kembali ke rumah. Saat ini hanya ada aku, dan ibu saja yang ada di rumah. Bapak memilih untuk pergi ke peternakan dan menghabiskan waktu di sana. Sementara itu, Dimas sudah berangkat ke kantor."Entahlah. Ibu juga tidak tahu," jawab ibu dengan nada gamang. Aku pun menghela nafas lelah."Ibu tidak mau bercerai saja dengan bapak. Lalu memulai kehidupan baru?" tanyaku dengan hati-hati. Aku takut membuat ibu terlalu emosional." ... "Hening,Ibu tidak langsung menimpali ucapanku. Mata beliau terlihat menerawang jauh. Dan aku pun tidak mendesak ibu untuk segera menjawab. Hal-hal terkait hati memang tidak bisa diputuskan dengan mudah."Baik bibi Sarinah dan juga Ruslan telah memutuskan jalan hidup mereka sendiri. Dan tampaknya mereka juga bahagia-bahagia saja dengan pilihan hidup mereka saat ini. Hanya tinggal ibu saja yang masih terjerat dal

  • Mertua Pilih Kasih Tidak Tahu Kami Banyak Uang   BAB 124 | Dimas POV

    Dimas POV,Jarum jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi ketika semua drama mengenai orang tua kandung itu selesai. Setidaknya itu yang mereka katakan. Sementara menurutku, penyelesaian seperti ini agak terdengar tidak benar. Akan tetapi, jika ditanya hasil seperti apa yang aku inginkan atas masalah ini, tentu saja aku tidak bisa menjawabnya dengan pasti. Karena orang-orang yang terlibat dalam masalah ini telah memutuskan untuk terus melangkah. Hanya ibu yang tampaknya masih terus terjerat dalam masa lalu. Namun, bahkan jika aku mengatakan apapun hingga berbusa, kalau ibu telah membuat keputusan keras kepala sendiri, lantas apa yang bisa aku lakukan?Rambutku yang sudah disisir dengan rapi, aku acak hingga berantakan. Masalah keluarga ini sungguh tidak ada habisnya!"Tau ah. Terserah mereka!" dumelku seraya mulai menyibukkan diri dengan pekerjaan yang ada di hadapanku kini.Dikarenakan masalah keluarga tadi, aku sampai harus minta i

  • Mertua Pilih Kasih Tidak Tahu Kami Banyak Uang   BAB 123

    "Jadi, masalah ini sudah selesai sampai di sini 'kan?" tanya Mas Ruslan dengan intonasi datarnya yang seperti biasa."Iya!" timpal ibu Sarinah."Kalau begitu, kami bisa pulang duluan 'kan? Aku masih punya banyak pekerjaan," tukas Mas Ruslan."Baiklah, ayo bubar!" pungkas Mbak Dina mengikuti.Karena posisi berdiri kami yang sudah ada di ambang pintu rumah kontrakan ini, Mas Ruslan dapat langsung membuka pintu, dan mengambil langkah keluar."Kamu pamit. Assalamualaikum, semuanya!" ujar Mas Ruslan yang segera aku ikuti dari belakang."Waalaikumsalam!" jawab Mbak Dina seorang.Tanpa menoleh ke arah belakang. Kami terus berjalan menuju sepeda motor yang diparkir Mas Ruslan tidak jauh."Ruslan, ada apa? Kok keluarga kamu rame-rame berkumpul di kontrakan Arumi?""Iya nih, Lan. Tadi kita semua lihat ibu kamu menjambak ibunya si Arumi itu. Mereka ada masalah apa sih sebenarnya?"Warga kampung yang meman

DMCA.com Protection Status