All Chapters of Mertua Pilih Kasih Tidak Tahu Kami Banyak Uang: Chapter 91 - Chapter 100

131 Chapters

BAB 91

Tinggal terpisah dengan mertua sungguh terasa seperti angin segar bagiku. Aku bisa dengan bebas, dan leluasa menentukan menu makan siang dan makan malam tanpa harus mendengar komentar sewot orang lain. Aku pun tidak perlu lagi mendidik Danis dalam keadaan hati setengah dongkol karena omelan ibu mertua yang terus terjadi setiap hari seperti sebelumnya. Kini jiwaku rasanya benar-benar sehat. Dan tampaknya hal yang sama juga berlaku pada Mas Ruslan. Setidaknya suamiku itu tidak perlu terus-terusan merasa bersalah padaku yang tidak pernah absen mendapat makian merendahkan dari ibunya. Bukan hanya aku, dan Mas Ruslan, lingkungan ini lebih-lebih berdampak sangat baik pada Danis. Putraku yang memang senang menceritakan kehidupan sekolahnya, tidak lagi harus menahan semangat seperti ketika berada di rumah mertua. Danis menjadi anak yang lepas dalam berekspresi. Bagaimana tidak, ketika berada di rumah mertua, putraku ini selalu mendapatkan protes dari ibu mertua karena ka
Read more

BAB 92

Sekalipun pesan yang dikirimkan oleh Tiana mengandung kata-kata provokasi yang seolah mengatakan bahwa Mas Ruslan ingin lepas dariku, tetapi itu tidak membuatku menjadi ragu pada suamiku sama sekali. Aku justru merasa penasaran bagaimana Mas Ruslan, dan Tiana bisa bertemu di siang hari bolong begini. Dan jebakan apa yang diumpankan oleh wanita itu sehingga Mas Ruslan bersedia untuk mengikutinya duduk di dalam cafe? "Ck ck ck. Wanita yang satu ini kayaknya udah nggak ada takut-takutnya sama sekali, ya!" dumelku pelan. "Tunggu aja Tiana, kamu pikir aku akan diam aja?" racauku pada diri sendiri. Tanpa membuat terlalu banyak pertimbangan, aku langsung saja men-screenshot layar whats*pp yang berisi pesan dari Tiana itu. Setelahnya, aku segera mengirimkan hasilnya pada Dimas, selaku suami wanita itu. Tentu saja aku juga tidak lupa melampirkan video yang dikirim oleh Tiana sembari menyematkan untaian kata panjang untuk adik iparku itu. [Tolong banget sih ini,
Read more

BAB 93 | Dimas POV

Dimas POV, Sebuah pesan whats*pp dari Mbak Astri siang tadi membuatku cukup terkejut hingga sekarang ini. Saking terkejutnya, aku sampai tidak konsentrasi menyelesaikan sisa pekerjaan yang ada. Karenanya, aku beberapa kali mendapat teguran dari rekan sejawat. Memang sudah berkali-kali aku mendengar keluhan Mbak Astri mengenai istriku yang mendekati suaminya. Pada awalnya, aku pun hanya menganggap keluhan itu sebatas angin lalu. Karena bagiku, Tiana tidak akan mungkin menyukai Mas Ruslan. Dan apabila ada hal-hal yang menjurus ke arah hubungan tidak pantas itu, pastilah Mas Ruslan yang memulai. Akan tetapi, hasil screenshot pesan dari Tiana pada Mbak Astri yang dikirim padaku membuatku sungguh tidak bisa berkata-kata. Aku yang biasanya tidak merokok pun, akhirnya memilih sebatang lintingan tembakau itu untuk mengalihkan pikiran. "Nggak pulang, Bro?" tanya Anton yang melihatku sedang merokok di bawah pohon mangga depan kantor. "Tumben b
Read more

BAB 94 | Tiana POV

Tiana POV, "Sayang, ayo jujur. Apa kamu ada rasa sama Mas Ruslan? Kalau iya, kenapa bisa?" Mendengar pertanyaan Mas Dimas ini membuatku menggerutu di dalam hati. Sudah tidak terhitung berapa kali aku juga memaki Astri yang telah memberi tahu Mas Dimas perihal aku yang menemui suaminya tadi siang. "Mas, kamu serius mau membahas ini?" tanyaku sengaja menyelipkan nada terluka karena suamiku ini tidak mau begitu saja percaya padaku. "Tentu. Kita harus membuat segalanya jelas. Jangan sampai ada kesalahpahaman di antara kita," jawab Mas Dimas dengan tegas. Aku pun menggertakkan gigi dengan geram. Mataku tidak lupa menyorotkan tatapan kejam padanya. Akan tetapi, suamiku itu hanya membalas tatapanku dengan acuh tak acuh. "Mas, kamu nggak percaya sama aku? Aku sama Mas Ruslan nggak ada apa-apa kok," ucapku dengan nada yang sengaja kubuat terdengar meyakinkan. Mas Dimas pun menghela nafas. "Oke, anggap saja apa yang kamu k
Read more

BAB 95 | Dimas POV

Dimas POV, "Mas, kok sikap kamu kayak gitu sih sama orang tuaku!" protes Tiana begitu kami tiba di garasi rumahnya. "Bersikap kayak gimana?" tanyaku tidak mengerti. Aku merasa tidak ada yang salah dalam sikap tegas yang aku tunjukkan pada kedua mertuaku tadi. "Sikap kamu itu ketus banget tau, nggak?!" seru Tiana sembari berkacak pinggang. Raut wajahnya menunjukkan kekesalan yang amat sangat padaku. "Perasaan kamu aja kali," timpalku dengan acuh tak acuh. "Ayo pulang!" ucapku melanjutkan seraya menyeret langkah menuju sepeda motorku yang terparkir di garasi. Namun, sebelum aku sampai di sana, Tiana terlebih dulu meraih pergelangan tanganku dengan keras, kemudian memaksaku untuk melihat ke arahnya. "Kamu kenapa begini sih, Mas. Kamu berubah!" seru Tiana dengan nada terluka. "Berubah gimana? Aku sama sekali nggak berubah kok," timpalku dengan santai. "Apa ini gara-gara aku bertemu dengan Mas Ruslan tadi sia
Read more

BAB 96 | Tiana POV

Tiana POV, Aku terdiam mematung cukup lama di samping mobilku. Penolakan tegas yang diberikan oleh Mas Dimas membuatku langsung kehilangan kata-kata untuk sementara waktu. "Jikapun Mas Ruslan punya uang, kamu tidak perlu terlalu berharap akan bisa meminjam uang dari mereka," ucap suamiku yang membuat aku kembali tersadar. "Apa salahnya sih berusaha, Mas!" seruku dengan kesal. Hari ini Mas Dimas benar-benar berbeda. Sikapnya padaku sudah berubah 180 derajat dalam sekejap. Dia tidak lagi seperti Mas Dimas yang semula selalu penyayang, dan senantiasa memanjakanku. Dia seperti orang lain yang tidak aku kenali sama sekali. "Aku hanya bersikap rasional. Jangan letakkan harapanmu pada hal yang tidak pasti seperti itu," ujar Mas Dimas dengan enteng. Aku yang sepanjang jalan tadi sudah berjuang menyusun alasan ini dengan harapan agar Mas Dimas turut antusias ketika mendengar analisisku terkait Mas Ruslan, tetapi ternyata di luar dug
Read more

BAB 97

"Hari minggu nanti, aku kayaknya harus ngajak Mas Ruslan jalan-jalan deh. Bosan banget nih," Aku bergumam pelan dengan dagu disangga telapak tangan sementara menunggu pelanggan berdatangan. Hari ini aku masih menjalani aktivitas seperti biasa, mengurus rumah tangga dan juga toko grosir milikku sendiri. Akan tetapi, tidak peduli seberapa menyenangkannya ketika melihat toko ini ramai pengunjung, perasaan sedikit bosan itu juga terkadang datang menghampiri. Apalagi ketika hanya menatap layar ponsel saja yang bisa dilakukan untuk menghabiskan waktu luang. Seperti saat ini. Sudah tidak terhitung berapa banyak kali aku keluar masuk semua jejaring sosial media yang ada di ponsel demi mencari hal-hal baru yang menyenangkan. Tetapi nihil, yang aku temukan kebanyakan justru curahan hati para istri, dan berita skandal para selebriti. Ketika aku sedang menggeser layar ponsel dengan bosan, satu pesan masuk dari grup whats*pp tetangga kompleks. Tadinya aku ingin meng
Read more

BAB 98

Hanya dalam beberapa menit setelah story whats*pp itu aku buat, ponselku segera diberondong oleh notifikasi pesan masuk yang menanyakan maksud dari story tersebut. Namun, aku tidak membalasnya. Sengaja aku biarkan orang-orang membuat spekukasi sendiri tanpa banyak omong. Targetku adalah agar warga di sekitar perumahan ibu mertua tahu bahwa yang kurang ajar itu adalah Tiana, dan bukan suamiku. Dalam suatu hubungan asmara, seringkali pihak wanita yang memang paling dirugikan. Adanya paradigma dalam masyarakat yang melihat wanita sebagai makhluk lemah, sementara laki-laki adalah makhluk brengsek seringkali menyebabkan orang dengan cepat menggeneralisir sesuatu berdasarkan gender. Dalam kasus Tiana ini, aku tidak mau orang-orang merujak suamiku hanya karena penggalan video beberapa detik yang tidak bisa menjelaskan apapun selain menumbuhkan kecurigaan. Lebih penting lagi, aku juga tidak mau orang-orang menuduh suamiku lah yang telah bersikap genit pada Tiana. Mereka
Read more

BAB 99 | Dimas POV

Dimas POV, "Hah!" Helaan nafas panjang lolos dari bibirku begitu sambungan telepon dengan Mbak Astri terputus. Seketika aku juga merasa kehilangan harapan pada istriku sendiri. Belum rampung masalah yang menimpa rumah tanggaku kemarin, sekarang tercipta lagi masalah baru yang lebih besar. Aku sudah mengatakan pada Tiana bahwa dia tidak perlu mendekati Mas Ruslan hanya demi alasan yang dia sebutkan itu. Tapi kenapa dia tetap bersikukuh melakukannya? Apakah hanya itu jalan yang terpikir olehnya untuk mengatasi masalah orang tuanya? Bagaimana kalau dugaannya mengenai Mas Ruslan yang memiliki banyak uang itu ternyata salah? Atau mungkinkah itu hanya alasan Tiana semata hanya agar aku memberinya celah untuk mendekati Mas Ruslan? Tetapi kenapa harus Mas Ruslan? Hal menarik apa yang dimiliki oleh kakakku yang tidak pernah dianggap dalam keluarga itu. Berbagai macam pertanyaan memenuhi kepalaku hingga rasanya ingin pecah. Apalagi di tengah i
Read more

BAB 100 | Dimas POV

Dimas POV, "Tidur?""Kamu dari pagi sampai jam segini masih tidur?" tanyaku dengan intonasi suara yang naik beberapa oktaf. "Aku kalau lagi stres emang lebih suka tidur," jawab Tiana dengan acuh tak acuh. Dia bahkan mengangkat bahunya masa bodoh melihat amarah yang sedang berusaha aku tekan. " ... "Untuk sementara, aku dibuat kehilangan kata-kata atas ucapan yang dilontarkan oleh Tiana. Mendengar istriku ini mengatakan secara tidak langsung bahwa dia sedang stres membuat setengah bagian hati kecilku bergetar goyah. Namun, sebagian hati kecilku yang lain meminta agar aku tetap waras. Permasalahan yang sedang melanda hubunganku dengan Tiana harus segera dibicarakan, dan tidak dibiarkan berlarut-larut. "Kemarin aku sudah melarang kamu untuk ikut campur dalam masalah rumah tangga Mas Ruslan. Tetapi kenapa kamu tetap melakukannya? Video di grup ibu-ibu kompleks itu kamu yang kirim?" tanyaku dalam satu tarikan nafas panj
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status