Home / Horor / AFRAID / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of AFRAID: Chapter 121 - Chapter 130

140 Chapters

Bab 121

Seorang pria menemukan tubuh Indra tergeletak di tepi sungai pukul setengah enam pagi saat akan pergi menuju ladangnya."Tolong … ada mayat!" Pria itu terus saja berteriak meminta bantuan.Dua orang yang mendengar dan berada dekat dengan pria itu lantas datang untuk membantu. Mereka berusaha menarik dan mengangkat tubuh Indra."Dia belum mati, dia masih hidup," ucap pria berkumis."Ya, dia masih ada napasnya," sahut salah satunya."Kita bawa ke puskesmas dan laporkan pada Pak Kades," ujar pria paruh baya di sampingnya.Indra akhirnya dibawa ke puskesmas desa tersebut. Kebetulan ada dokter jaga baru dari kota yang sedang bertugas di desa itu. Dia mengenal sosok Indra karena pernah bertemu dengan pria itu di sebuah pertemuan seminar antar dokter di wilayah kota yang sama.Saat terbaring di ranjang puskesmas, Indra terbangun karena seseorang mengguncang tubuhnya. Kedua mata pria itu perlahan terbuka."Bang, bangun!
last updateLast Updated : 2023-08-31
Read more

Bab 122

Pria itu menghela napas panjang. Setelahnya, dia mengembuskan penuh kelegaan. Braja kembali lagi berkonsentrasi ke tubuh Alina yang terbaring di atas meja pemujaan itu. Wanita itu lalu memantrai tubuh gadis itu untuk tetap diam dan membuatnya tak sadarkan diri. Sementara beberapa anggota yang lain bersenandung menyanyikan nyanyian pemujaan karangan Braja untuk membangkitkan dan menyambut kedatangan Ratu Agung."Datanglah, wahai ratu kegelapan.Datanglah, wahai penguasa kejahatan.Datanglah, wahai roh agung pemberi kemakmuran. Datanglah wahai Ratu Agung yang maha suci.Datanglah ... datanglah ... datanglah ...."Kedua tangan mereka diangkat ke atas seraya melambai dan meliuk-liukan tubuhnya ke kanan dan ke kiri bagai gerakan tumbuhan terkena angin.Bayangan seorang wanita yang wajahnya penuh luka berongga dan tubuh tampak tua serta peyot itu mendekat. Rambut sosok Ratu Agung memiliki rambut panjang yang setiap helai terlihat meliuk-liuk bagai ul
last updateLast Updated : 2023-08-31
Read more

Bab 123

Di perjalanan menuju ke hutan Alas Tua, Indra melihat dua orang anak mencurigakan yang rupanya anak buah Tuan Braja tertangkap tangan sedang mengayunkan tubuh seorang pria dan hendak membuangnya ke dalam jurang.Ustaz Amir menghentikan laju mobil yang dia kendarai."Hubungi pihak kepolisian sekarang, Nak Indra!" pinta Pak Kiai.Indra menganggukkan kepala dan menghubungi kepolisian setempat untuk segera ke lokasi. Terjadi perkelahian yang menegangkan antara Ustaz Amir dan para penjahat itu. Ilmu bela diri milik Pak Kiai juga tak kalah mumpuni dalam mengalahkan kedua penjahat tersebut. Sementara pria satunya mencoba kabur dan berlari. Namun, langkahnya terhenti karena Indra melempar pria itu dengan kayu yang tepat sasaran mengenai punggung penjahat tersebut."Kita ikat mereka dan minta keterangan lokasi rumah pemujaan itu," ucap Pak Kiai."Siap, Pak Kiai." Tanpa menunggu waktu beranjak, Ustaz Amir segera melaksanakan perintah guru besa
last updateLast Updated : 2023-09-01
Read more

Bab 124

Mereka bertemu dengan Braja dan Maya yang berdiri menghadang."Wow, keponakan Tante yang cantik ini sudah ditolong penjaga tampaknya," ucap Maya melayangkan senyum dengan memegang keris di tangannya."Aku tak menyangka dengan perbuatan Tante, dasar perempuan ular!" pekik Alina."Hmmm ... hati-hati kalau bicara, nanti lidahmu itu bisa kupotong," ancam Maya seraya menunjukkan pedang sampai itu di hadapan Alina.“Kita duel tanpa senjata!” seru Indra menantang Tuan Braja yang juga memegang keris di tangannya.“Baiklah.”Tuan Braja melempar keris di tanganya ke lantai. Gemerutuk tangan kekarnya berbunyi saat melakukan pemanasan. Inilah yang sudah Tuan Braja tunggu."Sudah lama rasanya aku belum merasakan lagi rasanya berkelahi dengan manusia sepertimu," ucap Braja."Baiklah, ayo hadapi aku dengan tangan kosong!" Indra terlihat menantang Braja penuh percaya diri karena pernah mengikuti kelas karate kala dirinya masih
last updateLast Updated : 2023-09-01
Read more

Bab 125

Keadaan semakin genting. Setibanya di rumah sakit, Alina dan Indra langsung ditangani oleh tim medis. Untungnya kondisi keduanya sudah stabil setelah dokter melakukan pengecekan kepadanya.Di kamar perawatan Alina, Haris terus menemani gadis itu sampai Alina siuman dan membuka mata.“Hai, gimana kondisi kamu?” tegur Haris yang duduk di samping Alina dengan menggenggam tangan kanan gadis itu.“Alhamdulilah, aku nggak apa-apa kata dokter. Terima kasih ya, Ris, kamu selalu ada buatku dan Bang Indra.” Alina menunjukkan senyum manis nan hangatnya. Gadis itu meminta Haris untuk membantunya duduk.“Sama-sama, tapi maaf mungkin ke depannya aku udah nggak bisa bantu kamu lagi sama Bang Indra,” ucap Haris yang menatap lekat ke wajah Alina.“Ris, bisakah kamu tetap di sisiku selamanya?" Bulir bening yang kian deras itu akhirnya tumpah juga membasahi wajah Alina. “Kamu tau kan kalau aku nggak bisa melakukan itu," lirih Haris.
last updateLast Updated : 2023-09-01
Read more

Bab 126

Alina bangkit berdiri dan langsung memeluk Indra sambil menangis sesenggukan."Maafkan aku ya, Lin, maafin aku nggak bisa jaga Haris buat kamu," ucap Indra lirih.Malam itu, Alina bermimpi sedang berada di sebuah kebun bunga dengan area pinggirannya terhampar rumput hijau bak permadani surga. Sinar mentari memantulkan cahayanya menyilaukan mata lentik gadis itu. Tiba-tiba seorang pria menutupi cahaya mentari tersebut. Wajahnya semakin jelas terlihat.“Haris!”Alina memeluk pria di hadapannya itu.“Kok nangis, sih? Jangan nangis dong!” sahut Haris seraya mengusap punggung Alina.“Aku kangen sama kamu, Ris.”Haris melepas pelukan Alina perlahan, pemuda itu lalu menyeka bulir bening di pipi gadisnya itu.“Kalau kangen sama aku, kamu tinggal kirim doa ya buat aku, eh kalau biasa selalu doain aku di setiap sujudmu,” ucapnya.Alina mengangguk lemah, tangisannya masih juga tak dapat ia hentikan. Haris memberi
last updateLast Updated : 2023-09-01
Read more

Bab 127

Bab 127 AfraidSatu tahun berlalu setelah pernikahan Alina dan Indra.Hari mulai petang diikuti mendung gelap. Indra dan Alina pindah ke sebuah perkampungan. Alina mengikuti suaminya yang dipindahkan tugasnya ke rumah sakit di Kampung Hijau."Masih jauh ya, Suami?" tanya Alina yang mulai lelah."Harusnya sih dikit lagi sampai, istriku," sahut Indra yang sebenarnya juga sudah lelah.Ia mengemudikan avamza silver miliknya lebih dari enam jam perjalanan. Pria itu meminta Alina mengikuti GPS dari ponselnya. "Tau nih kok lama, Kak?" celetuk Rossa yang menjadi penumpang dan duduk di kursi kedua dalam mobil tersebut bersama Aldo."Yang nyuruh kalian ikut siapa?" Indra mendelik."Hehehe, baru nanya gitu aja marah," sahut Rossa."Makanya, duduk tenang aja!" ketus Indra.Terbesit di dalam kepala Indra, apakah mereka benar sampai di alamat yang benar sesuai arahan Pak Dadang pemilik rumah sakit di Kampu
last updateLast Updated : 2023-09-01
Read more

Bab 128

Bab 128 AfraidRossa lantas menemukan sebuah artikel di gawat miliknya. Ia lalu menceritakan sebuah tanah milik keluarga kaya raya yang mereka lintasi. Namun, sekarang tak ada lagi yang mengurus tempat tersebut sehingga menjadi tanah mati."Kenapa nggak ada yang mau mengurus tanah seluas ini?" tanya Alina.Rossa kembali mencari keterangan tentang tanah keluarga Kertajasa di Kampung Hijau. Ternyata tanah ini disebut tanah sial. "Mungkin pada takut mengurus kali. Nggak ada yang mau mengurus tanah yang pernah menjadi tempat pembunuhan, takut sial katanya," jawab Rossa."Tempat pembunuhan?" tanya Alina dna Indra bersamaan.Aldo sampai meraih gawai Rossa."Pernah ditemukan mayat-mayat yang organ tubuhnya sudah dicuri. Semua korbannya wanita," ucap Rossa. "Hah, pencurian organ tubuh, gitu? Tega banget tuh orang," sahut Aldo."Dan ini kejadian di Rumah Sakit Pelita loh, Kak Indra," ucap Rossa."Ruma
last updateLast Updated : 2023-09-01
Read more

Bab 129

Bab 129 Afraid"Enggak!" sahut Rossa dan Alina bersamaan."Masuk aja deh, kepalang tanggung!" Indra melangkah maju.Alina paham dengan sifat suaminya yang tak pernah bisa dibantah jika sudah memiliki kemauan.Di hadapan mereka menjulang sebuah pintu kayu besar yang terbuat dari jati. Pintu yang diukir dengan halus dengan simbol-simbol dan gambar khas kebudayaan Jawa. Terlihat sangat tua tetapi masih kokoh. Pintu tersebut antik dengan ornamen khas akar menjalar yang membentuk sosok kepala singa.Indra melihat ke sekeliling seakan-akan sedang mencari sesuatu. Alina ikut mendekat ke pintu kayu tersebut, menyentuhnya lalu merasakan bahan kayu jati tersebut."Bagus banget kayanya punya pintu kayak gini," ucap Alina."Mahal, Lin, antik lagi. Lumayan bisa dijual," kikik Rossa.Lalu, Indra tanpa sengaja menemukan sebuah gembok besar yang menahan pintu tersebut."Suami, kamu mau buka pintu ini?" tanya Alina pela
last updateLast Updated : 2023-09-02
Read more

Bab 130

Bab 130 AfraidSampai di sebuah gapura memasuki Kampung Hijau, akhirnya Indra dan lainnya bertemu dengan seorang kakek yang melintas. Alina meminta Indra untuk bertanya."Selamat malam, Kek! Maaf saya tanya alamat Jalan Seroja nomor lima. Apa kakek tau?" tanya Indra."Aden bukan orang sini, ya? Sebenarnya mau cari rumahnya siapa?" "Saya mau cari rumahnya Pak Dadang Hermawan ke arah mana, ya?" tanya Indra."Aden siapanya Tuan Dadang, ya?" Kakek itu mengamati Indra penuh saksama. "Saya Indra. Saya diminta Pak Dadang untuk bekerja di rumah sakit yang ada di kampung ini," jawab Indra."Oh, begitu. Rumah Tuan Dadang masih agak jauh dari gapura sini," kata si kakek."Mohon maaf, kalau Kakek tidak keberatan, apa bisa antarkan kami ke rumah Pak Dadang? Nanti saya beri imbalan," ucap Indra."Baik saya akan antar. Tapi, tidak usah pakai imbalan, saya ikhlas menolong apa lagi menolong tamunya Tuan Indra," ucap pria paruh baya itu.Akhirnya Indra meminta Aldo bergeser untuk memberi tumpangan pa
last updateLast Updated : 2023-09-03
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status