Di perjalanan menuju ke hutan Alas Tua, Indra melihat dua orang anak mencurigakan yang rupanya anak buah Tuan Braja tertangkap tangan sedang mengayunkan tubuh seorang pria dan hendak membuangnya ke dalam jurang.
Ustaz Amir menghentikan laju mobil yang dia kendarai."Hubungi pihak kepolisian sekarang, Nak Indra!" pinta Pak Kiai.Indra menganggukkan kepala dan menghubungi kepolisian setempat untuk segera ke lokasi. Terjadi perkelahian yang menegangkan antara Ustaz Amir dan para penjahat itu. Ilmu bela diri milik Pak Kiai juga tak kalah mumpuni dalam mengalahkan kedua penjahat tersebut. Sementara pria satunya mencoba kabur dan berlari. Namun, langkahnya terhenti karena Indra melempar pria itu dengan kayu yang tepat sasaran mengenai punggung penjahat tersebut."Kita ikat mereka dan minta keterangan lokasi rumah pemujaan itu," ucap Pak Kiai."Siap, Pak Kiai."Tanpa menunggu waktu beranjak, Ustaz Amir segera melaksanakan perintah guru besaMereka bertemu dengan Braja dan Maya yang berdiri menghadang."Wow, keponakan Tante yang cantik ini sudah ditolong penjaga tampaknya," ucap Maya melayangkan senyum dengan memegang keris di tangannya."Aku tak menyangka dengan perbuatan Tante, dasar perempuan ular!" pekik Alina."Hmmm ... hati-hati kalau bicara, nanti lidahmu itu bisa kupotong," ancam Maya seraya menunjukkan pedang sampai itu di hadapan Alina.“Kita duel tanpa senjata!” seru Indra menantang Tuan Braja yang juga memegang keris di tangannya.“Baiklah.”Tuan Braja melempar keris di tanganya ke lantai. Gemerutuk tangan kekarnya berbunyi saat melakukan pemanasan. Inilah yang sudah Tuan Braja tunggu."Sudah lama rasanya aku belum merasakan lagi rasanya berkelahi dengan manusia sepertimu," ucap Braja."Baiklah, ayo hadapi aku dengan tangan kosong!" Indra terlihat menantang Braja penuh percaya diri karena pernah mengikuti kelas karate kala dirinya masih
Keadaan semakin genting. Setibanya di rumah sakit, Alina dan Indra langsung ditangani oleh tim medis. Untungnya kondisi keduanya sudah stabil setelah dokter melakukan pengecekan kepadanya.Di kamar perawatan Alina, Haris terus menemani gadis itu sampai Alina siuman dan membuka mata.“Hai, gimana kondisi kamu?” tegur Haris yang duduk di samping Alina dengan menggenggam tangan kanan gadis itu.“Alhamdulilah, aku nggak apa-apa kata dokter. Terima kasih ya, Ris, kamu selalu ada buatku dan Bang Indra.” Alina menunjukkan senyum manis nan hangatnya. Gadis itu meminta Haris untuk membantunya duduk.“Sama-sama, tapi maaf mungkin ke depannya aku udah nggak bisa bantu kamu lagi sama Bang Indra,” ucap Haris yang menatap lekat ke wajah Alina.“Ris, bisakah kamu tetap di sisiku selamanya?" Bulir bening yang kian deras itu akhirnya tumpah juga membasahi wajah Alina. “Kamu tau kan kalau aku nggak bisa melakukan itu," lirih Haris.
Alina bangkit berdiri dan langsung memeluk Indra sambil menangis sesenggukan."Maafkan aku ya, Lin, maafin aku nggak bisa jaga Haris buat kamu," ucap Indra lirih.Malam itu, Alina bermimpi sedang berada di sebuah kebun bunga dengan area pinggirannya terhampar rumput hijau bak permadani surga. Sinar mentari memantulkan cahayanya menyilaukan mata lentik gadis itu. Tiba-tiba seorang pria menutupi cahaya mentari tersebut. Wajahnya semakin jelas terlihat.“Haris!”Alina memeluk pria di hadapannya itu.“Kok nangis, sih? Jangan nangis dong!” sahut Haris seraya mengusap punggung Alina.“Aku kangen sama kamu, Ris.”Haris melepas pelukan Alina perlahan, pemuda itu lalu menyeka bulir bening di pipi gadisnya itu.“Kalau kangen sama aku, kamu tinggal kirim doa ya buat aku, eh kalau biasa selalu doain aku di setiap sujudmu,” ucapnya.Alina mengangguk lemah, tangisannya masih juga tak dapat ia hentikan. Haris memberi
Bab 127 AfraidSatu tahun berlalu setelah pernikahan Alina dan Indra.Hari mulai petang diikuti mendung gelap. Indra dan Alina pindah ke sebuah perkampungan. Alina mengikuti suaminya yang dipindahkan tugasnya ke rumah sakit di Kampung Hijau."Masih jauh ya, Suami?" tanya Alina yang mulai lelah."Harusnya sih dikit lagi sampai, istriku," sahut Indra yang sebenarnya juga sudah lelah.Ia mengemudikan avamza silver miliknya lebih dari enam jam perjalanan. Pria itu meminta Alina mengikuti GPS dari ponselnya. "Tau nih kok lama, Kak?" celetuk Rossa yang menjadi penumpang dan duduk di kursi kedua dalam mobil tersebut bersama Aldo."Yang nyuruh kalian ikut siapa?" Indra mendelik."Hehehe, baru nanya gitu aja marah," sahut Rossa."Makanya, duduk tenang aja!" ketus Indra.Terbesit di dalam kepala Indra, apakah mereka benar sampai di alamat yang benar sesuai arahan Pak Dadang pemilik rumah sakit di Kampu
Bab 128 AfraidRossa lantas menemukan sebuah artikel di gawat miliknya. Ia lalu menceritakan sebuah tanah milik keluarga kaya raya yang mereka lintasi. Namun, sekarang tak ada lagi yang mengurus tempat tersebut sehingga menjadi tanah mati."Kenapa nggak ada yang mau mengurus tanah seluas ini?" tanya Alina.Rossa kembali mencari keterangan tentang tanah keluarga Kertajasa di Kampung Hijau. Ternyata tanah ini disebut tanah sial. "Mungkin pada takut mengurus kali. Nggak ada yang mau mengurus tanah yang pernah menjadi tempat pembunuhan, takut sial katanya," jawab Rossa."Tempat pembunuhan?" tanya Alina dna Indra bersamaan.Aldo sampai meraih gawai Rossa."Pernah ditemukan mayat-mayat yang organ tubuhnya sudah dicuri. Semua korbannya wanita," ucap Rossa. "Hah, pencurian organ tubuh, gitu? Tega banget tuh orang," sahut Aldo."Dan ini kejadian di Rumah Sakit Pelita loh, Kak Indra," ucap Rossa."Ruma
Bab 129 Afraid"Enggak!" sahut Rossa dan Alina bersamaan."Masuk aja deh, kepalang tanggung!" Indra melangkah maju.Alina paham dengan sifat suaminya yang tak pernah bisa dibantah jika sudah memiliki kemauan.Di hadapan mereka menjulang sebuah pintu kayu besar yang terbuat dari jati. Pintu yang diukir dengan halus dengan simbol-simbol dan gambar khas kebudayaan Jawa. Terlihat sangat tua tetapi masih kokoh. Pintu tersebut antik dengan ornamen khas akar menjalar yang membentuk sosok kepala singa.Indra melihat ke sekeliling seakan-akan sedang mencari sesuatu. Alina ikut mendekat ke pintu kayu tersebut, menyentuhnya lalu merasakan bahan kayu jati tersebut."Bagus banget kayanya punya pintu kayak gini," ucap Alina."Mahal, Lin, antik lagi. Lumayan bisa dijual," kikik Rossa.Lalu, Indra tanpa sengaja menemukan sebuah gembok besar yang menahan pintu tersebut."Suami, kamu mau buka pintu ini?" tanya Alina pela
Bab 130 AfraidSampai di sebuah gapura memasuki Kampung Hijau, akhirnya Indra dan lainnya bertemu dengan seorang kakek yang melintas. Alina meminta Indra untuk bertanya."Selamat malam, Kek! Maaf saya tanya alamat Jalan Seroja nomor lima. Apa kakek tau?" tanya Indra."Aden bukan orang sini, ya? Sebenarnya mau cari rumahnya siapa?" "Saya mau cari rumahnya Pak Dadang Hermawan ke arah mana, ya?" tanya Indra."Aden siapanya Tuan Dadang, ya?" Kakek itu mengamati Indra penuh saksama. "Saya Indra. Saya diminta Pak Dadang untuk bekerja di rumah sakit yang ada di kampung ini," jawab Indra."Oh, begitu. Rumah Tuan Dadang masih agak jauh dari gapura sini," kata si kakek."Mohon maaf, kalau Kakek tidak keberatan, apa bisa antarkan kami ke rumah Pak Dadang? Nanti saya beri imbalan," ucap Indra."Baik saya akan antar. Tapi, tidak usah pakai imbalan, saya ikhlas menolong apa lagi menolong tamunya Tuan Indra," ucap pria paruh baya itu.Akhirnya Indra meminta Aldo bergeser untuk memberi tumpangan pa
Bab 131 AfraidAlina selesai merapikan dan membersihkan dapur dibantu oleh Rossa. Mereka juga sudah memasak mie instan rebus dan menggoreng nugget karena belum sempat membeli keperluan dapur lainnya. Sehingga, Alina hanya membawa bahan-bahan makanan yang cepat saji. Mungkin besok dia akan minta diantarkan ke pasar oleh Rossa.Mereka lalu menyantap makan malam dengan suasana yang masih canggung karena berada di rumah yang baru mereka tempati. Tak lama mereka memulai saling berbincang. Merencanakan tentang kegiatan esok sebelum akhirnya mereka beristirahat."Hoaaam, aku ngantuk banget nih, Istri. Kita tidur, yuk!" ajak Indra."Aku beresin kamar kita dulu, ya," ucap Alina.Indra pun tak lama mengecup pucuk kepala istrinya sebelum sang istri beranjak ke lantai dua. "Kita juga tidur yuk, Sa!" ajak Aldo."Eh, mana boleh gitu! Di sini kan ada tiga kamar. Kamar Rossa di atas deket kamar aku, kamar kamu di bawah deket dapur sana!" titah Indra."Itu kan kayak kamar pembantu, Kak. Masa tega aku
Bab 140 AfraidTeriakan Nyi Asih nyaring terdengar, rupanya Rossa menusuk bola mata Nyi Asih dengan tusuk konde di tangannya."Rossa!" seketika Alina merasa dapat menggerakkan tubuhnya."Lari, Lin! Cepat lari!" pekik Rossa.Dengan mata berkaca-kaca, Alina masih enggan beranjak. Dia ingin lari bersama Rossa."Kita lari bareng!" ajak Alina."Aaaarrgghh, kalian kurang ajar! Aku akan habisi kalian berdua!" Nyi Asih mencabut tusuk konde di bola matanya. Wanita iblis itu lalu bergerak menghampiri Alina dan Rossa. Ia bersiap menghunuskan tusuk konde tersebut ke Alina. Tetapi Rossa menepisnya. Ia mengorbankan tangan kanannya dan tertusuk tusuk konde tersebut."Rossa!" teriak Alina seraya memegangi tangan Rossa.Darah mengucur dengan deras dari lukanya."Lari, Lin! Kamu harus lari! Selamatkan dirimu!" pinta Rossa."Nggak, aku nggak akan pergi tanpa kamu," lirih Alina.Nyi Asih semakin tertawa puas. Ia beranjak menghampiri dan kini hendak mencekik Alina. Tiba-tiba, sosok pria hadir dan mengha
Bab 139 Afraid"Makhluk jadi-jadian, Do," bisik Indra."Aku juga tahu kalau itu mah. Jelasnya itu makhluk apa? Mana badannya gak lengkap gitu," bisik Aldo ketakutan.Indra dan Aldo yang sama-sama ketakutan akhirnya memutuskan untuk berteriak. Beberapa warga yang mendengar langsung menoleh dan menghampiri. Mereka lantas mengejar Ningsih.Anto terlihat kebingungan. Dia masih tak menyangka kalau yang dia pikirkan selama ini benar. Ningsih adalah makhluk yang meneror warga kampung selama ini. Hatinya sangat kalut. Namun, dia begitu mencintai Ningsih.Tubuh Anto gemetar hebat. Lemas dan tiada berdaya. Namun, lagi-lagi Anto menyerah. Dia tak bisa memburu sang istri. Dia tak akan meninggalkan sang istri, dia tak bisa.Malam itu, Anto menjerit dalam hati. Dia memaksa diri untuk mengejar sang istri. Dia mau melindunginya. Meskipun dia masih tetap ngeri dan ketakutan. Akan tetapi, Anto tetep nekat berlari."Ningsih, ingin rasanya aku pergi malam ini. Aku ingin pergi jauh dari tempat ini. Sung
Bab 138 Afraid"Kita harus segera pergi dari sini, Lin. Tidakkah desa ini mengerikan jika ada kutukan seperti itu?" bisik Rossa pada Alina."Iya, kamu bener, Sa. Aku ingin segera pergi dari sini," sahut Alina."Tolong! Tolong! Tolong! Aaaaaaaaaa!" teriakan seorang wanita terdengar di kebun belakang dekat dengan arah Laras tadi berlari.Beberapa warga langsung datang mendekat. Mereka menemukan hal mengerikan lainnya. Rupanya, Laras yang tengah kerasukan baru saja menarik seorang wanita hamil dan membuatnya melahirkan. Laras merebut paksa bayinya lalu kabur."Apa yang terjadi dengan Laras?" pekik ibunya Laras."Dia pergi, Bu," jawab salah satu warga yang tengah membopong wanita korban yang baru saja kehilangan bayinya."Memangnya apa yang Laras lakukan?!" tanyanya lagi."Bu, dia bukan Laras yang kamu kenal. Dia sudah berubah seperti iblis," ujar kepala desa."Laras ditemukan, Pak Kades! Dekat sungai di sana. Katanya dia lagi makan ari-ari bayi dan menghisap darahnya," ucap salah satu w
Bab 137 AfraidTiba-tiba, saat pencarian tengah berlangsung tadi, terdengar bunyi gemerisik dari daun kering yang terinjak sesuatu. Cepat-cepat salah satu penduduk mengarahkan obor."Suara apa itu?" tanya Tarno."Babi, No!" sahut Andi."Biasa aja ngomong babinya jangan sengaja banget muncrat ke muka aku," sungut Tarno. Sontak saja Indra dan Aldo menahan tawa mereka. Rupanya memang ada seekor babi hutan yang merasa terganggu muncul di sekitar mereka. Dua babi hutan yang induk dan anak itu, melarikan diri karena merasa terancam akan kedatangan manusia."Ahh... hanya babi, biarkan ia pergi. Ayo, kita harus secepatnya membawa Laras ke rumahnya. Soalnya nanti biar Pak Ustaz yang kasih air untuk menenangkan," kata salah satu penduduk. Indra akhirnya mengerti setelah dijelaskan karena memang sudah biasa para penduduk yang kesurupan atau diganggu hal di luar nalar yang mistis, mereka akan minta air kepada Pak Ustaz atau Kyai setempat. Mereka yakin kalau ada yang sakit atau kerasukan roh jah
Bab 136 Afraid"Kamu kenapa, Istri?" tanya Indra cemas."A-aku, aku lihat–"Belum sempat Alina menjawab pertanyaan Indra seutuhnya, bus yang mereka kendarai menabrak sesuatu diikuti jeritan semua penumpang yang ada di dalamnya. Indra dengan sigap memegangi Alina. Ia melihat sekeliling dan mendapati para penumpang lainnya terhenyak di tempat duduknya. Lalu, seorang wanita berteriak ke arah jendela. "Ada yang ditabrak! Ada yang ditabrak!" serunya panik.Dua laki-laki di depan Indra dan Alina tadi segera melangkah turun dari dalam bus guna melihat siapa yang baru saja tertabrak. Beberapa penumpang lainnya mengikuti. Sementara itu, Indra tetap menemani Alina dan berusaha menenangkannya. Di depan bus tersebut langsung dipenuhi kerumunan orang yang penasaran dengan kejadian barusan. Setelah memberanikan diri, Alina mengajak Indra untuk turun. Saat itu lah mereka melihat seorang wanita tersungkur dengan darah tergenang dari tubuhnya. Tulang tangan serta kakinya patah. Perempuan ini pastil
Bab 135 AfraidLastri dirawat di rumah sakit tempat Indra bekerja. Kejadian yang berlangsung di rumah kepala desa, Kakek Anjas, menggemparkan Kampung Hijau. Semua penghuni rumahnya meninggal dunia. Hanya Lastri yang tersisa. Namun sayangnya, wanita itu mengalami gangguan jiwa."Sa, aku kok deg deg an, ya?" tanya Alina pada Rossa saat menemaninya untuk cek ke dokter kandungan."Namanya juga mau liat dedek bayi. Terus Kak Indra mana? Katanya dia mau nyusul, kan?" tanya Rossa. "Harusnya udah dateng."Tak lama kemudian, Indra yang masih mengenakan jas putih seorang dokter, berlari kecil menghampiri Alina. "Nah, berhubung Kak Indra udah datang, aku mau kasih makan siang ke Aldo, ya. Sekali lagi aku ucapkan selamat buat kalian. Yeaaayy bentar lagi ada yang panggil aku aunty cantik hihihi," ucal Rossa lalu pamit menemui Aldo.Alina dan Indra pun masuk ke ruang dokter ginekolog, rekan kerja dari Indra juga di Rumah Sakit Pelita. Indra dan Alina melihat sang jabang bayi yang berusia hampir
Bab 134 AfraidPasca membantu proses melahirkan makhluk halus, kini rumah Alina sering didatangi makhluk halus lainnya untuk meminta tolong. Sampai suatu hari, Indra berpapasan dengan seorang pria paruh baya. Seorang pria tua dengan rambut yang disanggul. Dia tampak begitu gagah meski usianya mulai renta. la berdiri di salah satu rumah yang Indra dan Alina lewati saat sedang lari pagi. Pria itu bersama seorang lelaki tua lainnya yang ada di belakangnya. Dia tersenyum ke arah Alina dan Indra.Selama beberapa saat, Alina dan suaminya melihat si kakek. Ada sesuatu yang membuat Alina tiba-tiba memperhatikannya dengan sorot mata yang tidak biasa. Setelah mata mereka akhirnya bertemu satu sama lain, akhirnya Indra menundukkan kepala sekilas memberi hormat kepada dua orang pria renta itu."Nak Indra, kan? Sini mampir! Ada yang mau saya bicarakan!" seru salah satu kakek.Indra menoleh ke Alina yang mengangguk mengiyakan. Mereka menghampiri si kakek. Namanya Kakek Anjas dan Kakek Mara. Mereka
Bab 133 AfraidSatu bulan berlalu.Pukul satu dini hari, Alina tengah terlelap dalam tidurnya ketika sayup-sayup pintu rumahnya diketuk seseorang. Alina membangunkan Indra setelah membuka mata. Suara ketukan itu makin jelas terdengar. Saat Alina dan Indra keluar kamar, Rossa juga keluar dari kamarnya."Lin, kamu dengar juga ya kalau ada yang ketok-ketok?" tanya Rossa.Alina mengangguk. "Bangunin Aldo aja apa ya. kita suruh bukain," ucap Rossa."Kita aja yang liat." Indra melangkah menuju ke pintu utama."Suami, kalau rampok, gimana?" Alina menahan lengan Indra."Istri, mana ada rampok ketok rumah? Terus mereka ngucap salam, permisi bapak, ibu, mbak, mas, saya mau ngerampok, boleh?" Indra terkekeh."Nggak lucu, Suami! Aku tuh lagi takut gini tau," sahut Alina ketus.Alina dan Rossa lantas mengikuti Indra. Hanya Aldo yang tak tampak batang hidungnya karena sangat terlelap. Indra lantas mengintip dari balik tirai. Dia mendapati seorang pria dan wanita dengan perut buncit menahan sakit m
Bab 132 Afraid"Tuh kan nggak ada siapa-siapa, Kak. Balik ke dalam aja, yuk!" ajak Aldo."Kalau gitu anterin aku ambil buku di mobil!" titah Indra yang sebenarnya agak takut juga setelah tak menemukan apa pun di atap dapur dan halaman belakang rumah.Suara misterius itu pun menghilang dan tam terdengar lagi. Pasalnya Alina dan Rossa yang ketakutan memutuskan untuk membaca Al-Qur’an Surah yasin dan memohon perlindungan pada Allah. Suara misterius itu pun hilang. Mereka pun bisa tertidur lelap dan tenang malam itu. Malah Indra akhirnya memutuskan untuk tidur satu kamar dengan Aldo dikarenakan takut diganggu lagi oleh makhluk halus seperti tadi.***Keesokan harinya, Indra dan Aldo berangkat ke rumah sakit untuk menemui Tuan Dadang dan memulai bekerja di sana. Indra akhirnya berhasil mendapatkan pekerjaan untuk Aldo sebagai tenaga medis yang menangani kamar mayat. Meskipun takut, tetapi demi mendapatkan uang untuk menikahi Rossa, Aldo siap dipekerjakan di kamar mayat. Toh, Indra juga aka