Home / Romansa / Skandal Cinta Wanita Penghibur / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Skandal Cinta Wanita Penghibur: Chapter 11 - Chapter 20

78 Chapters

Permintaan

"Mayra Anjani, maukah kau menikah denganku dan menjadi ibu dari anak-anakku kelak?" Jaya memandang manik mata Mayra. Sepertinya halusinasi Mayra semakin bertambah parah sekarang! Dia harus memeriksakan telinganya dengan segera ke dokter."May, apakah kau mau?" kata Jaya kembali, menegaskan apa yang dia katakan.Jadi yang dikatakan Jaya bukan khayalan atau surga telinga semata! Itu memang kenyataannya. Mayra termangu, kembali menatap wajah tampan Jaya. Ada keseriusan yang terpancar dari wajah itu.Meskipun hanya dalam mimpi, Mayra sama sekali tidak pernah membayangkan ada seorang pria yang akan memintanya untuk menikah.Jaya mengajaknya untuk menikah? Dia dilamar dalam posisi seperti ini? Dengan masih ada bayang-bayang kesakitan yang mendera. Apakah ini sebuah permintaan atau hanya permainan semata? Mayra akan mengetahuinya segera."Tuan Jaya, anda pasti sangat lelah! Mari kita tidur!" kata Mayra lembut. Tangannya membelai rambut Jaya dan mengusapnya pelan. Mereka masih bergelung dala
Read more

Rumah Sakit

Perjalanan ke daerah asal Mayra memerlukan waktu sekitar tiga jam perjalanan dengan bis. Setelah keluar dari rumah Jaya, Mayra bergegas menuju taxi online yang memang sudah dipesannya sebelum keluar rumah.Sepanjang perjalanan, Mayra memejamkan mata, berusaha merafalkan doa yang dia masih hafal. Semata-mata agar pikirannya yang kalut bisa lebih tenang."Ibu!" teriak Mayra lirih ketika melihat sang ibu duduk terpekur di samping tempat tidur ayahnya."May! Kamu sudah datang, May?""Iya, Bu. Bagaimana keadaan ayah, Bu?""Sudah lebih baik, tetapi kita tidak boleh lengah, May.""Kau pasti lelah sekali! Maaf, Ibu menganggu tidurmu, May!""Ibu bicara apa? Mayra tidak ada masalah, Bu. Ibu yang harus beristirahat."Mayra melihat wajah ibunya yang terlihat kuyu dan lelah. Badan ibunya terlihat lebih kurus dibandingkan waktu Mayra bertemu keluarganya terakhir kali."Bu, kenapa ayah dirawat di kamar ini?" tanya Mayra. Memindai kamar perawatan ayahnya. Terlihat dua ranjang yang masih kosong, tidak
Read more

Rencana Gagal

"Tuan Jaya?" desis Mayra lirih ketika melihat siapa yang memanggilnya.Jaya segera berlari menghampiri Mayra yang hendak masuk ke dalam mobil."Tidak perlu masuk, May!" kata Jaya tegas."Kenapa, Tuan?" tanya Mayra polos. Padahal tadi dia sudah memutar akalnya agar bisa segera keluar dari situasi yang cukup menyulitkan, tetapi ketika Jaya memintanya untuk pergi, kenapa dia masih menanyakannya? Dasar Mayra bodoh! tegur suara hatinya jauh di dalam sana.Mayra juga sekilas melihat bagaimana sikap kedua pria berbadan kekar yang menghadangnya tadi. Kenapa mereka hanya diam saja? Dari gestur mereka, bisa dikatakan bahwa dua orang pria itu merasa segan terhadap Jaya."Pergilah kalian. Bilang kepada ibu Ratu bahwa Mayra tidak akan bertemu dengan beliau!""Dan juga kepada anda, Nona Martha!" ucap Jaya kepada wanita berpakaian modis yang keluar dari mobil."Tolong sampaikan kepada ibu agar jangan coba mengganggu Mayra. Aku tidak akan tinggal diam!" Setelah mengatakan itu, Jaya menarik tangan May
Read more

Cinta atau Obsesi

Hembusan angin pagi menerpa wajah Mayra yang masih terpaku dengan pernyataan yang keluar dari bibir Jaya."Maaf, Tuan. Anda harus beristirahat. Saya permisi dulu!" kata Mayra cepat. Dia harus segera kembali ke tempat ayah dan ibunya sebelum Jaya melantur semakin jauh.Jaya menarik tangan Mayra yang melewatinya dan mendekatkan tubuhnya. Mayra kembali panik, dan melihat sekeliling mereka dengan sudut penglihatannya. Jantungnya bertalu-talu dengan keras. Lebih dominan karena takut ada orang yang melihat posisi mereka. Meskipun profesinya sebagai kupu-kupu malam, hal itu hanyalah sebagai pekerjaan saja. Inilah sifat asli Mayra. Dia akan kaku ketika berinteraksi sedikit mesra di depan umum."Tuan, jangan begini! Tidak enak jika dilihat orang!" kata Mayra akhirnya.Jaya tetap bergeming, raut wajahnya kembali dingin tidak memperdulikan perkataan Mayra."Begini, Tuan Jaya. Kita akan bicara. Tapi ijinkan saya untuk ke kamar ayah saya dulu. Tiga jam saja! Kemudian kita akan bertemu di restoran
Read more

Patah

Mayra tetap menatap wajah Jaya dengan teguh. Tekadnya sudah bulat. Dia tidak akan menerima Jaya. Lagipula, apa yang Jaya lihat dari diri Mayra?Dia hanya seorang Kupu-Kupu Malam. Hanya seorang yang memberi kepuasan saja. Tidak lebih. Abaikan kelainan Jaya, Mayra bukan menitikberatkan pada hal itu. Satu hal yang pasti, banyak rencana yang ada di dalam benak Mayra dan Jaya bukan salah satu dari rencana itu."Terima kasih untuk minumannya, Tuan Jaya. Saya permisi dulu!" pamit Mayra yang diabaikan oleh Jaya. Bahkan Jaya masih menatap kosong jauh di belakang Mayra. Seolah-olah menganggap Mayra tidak ada di sana. Mayra menghela nafas panjang. Dia tidak peduli. Pasti setelah ini semua, Jaya akan baik-baik saja. Mayra yakin akan hal itu. Keluarganya lebih membutuhkan Mayra saat ini. Keberadaan seorang Jaya Mahendra akan membuat pikirannya lebih terbebani lagi.Setelah meninggalkan Jaya yang masih terlihat patah hati, Mayra berjalan perlahan menuju rumah sakit. Mayra memang sengaja tidak naik
Read more

Tertangkap

Mata Mayra masih terpejam tetapi kesadarannya sudah kembali. Dia ingat, tadi ada yang membekapnya dengan saputangan. Pasti ada cairan pembius pada saputangan itu. Pasti begitu. Meskipun matanya terpejam, Mayra tetap merasakan situasi di sekitarnya. Bau kayu yang terasa asing menyergap indera penciumannya. Terasa hening. Tidak ada satu suarapun yang terdengar. Mayra membuka matanya segera. Satu hal yang dilihatnya adalah pakaiannya. Masih utuh. Tidak ada koyakan dimanapun, menandakan tidak ada yang menjamah tubuhnya. Mayra menyentil dahinya sendiri. Apa yang kau harapkan, Mayra? Toh, kamu tidak punya kehormatan ataupun semacamnya. Batin Mayra menegur di dalam sana. Membuat Mayra tersenyum mengiyakan. Benar! Kalaupun ada pria yang melakukan hal buruk kepadanya, itu bukan masalah besar! Dia sudah ternoda sejak lama. Jadi, tambahan satu noda lagi seharusnya tidak menjadi beban.Kamar yang ditempati Mayra bernuansakan kayu yang pekat. Mungkin kalau tidak dalam kondisi seperti ini, pasti M
Read more

Penyiksaan

Jaya dengan fokus meneliti layar di hadapannya. Kamera pengawas yang ada di jalanan masih memperlihatkan sosok Mayra ketika keluar dari Restaurant. Bahkan Mayra masih terlihat di layar monitor ketika dia berjalan dan berhenti sejenak untuk menerima telepon."Gadis bodoh! Kenapa tidak naik taxi saja?" gumam Jaya merutuki Mayra yang terlihat berjalan santai sambil merenung.Mayra terlihat menyusuri jalan sepi dan masuk ke sebuah jalan sempit yang tidak terlihat oleh kamera. Tidak ada satupun kamera yang bisa memperlihatkan apa yang terjadi di jalan tersebut. Hanya itu yang bisa Jaya temukan."Ada yang mempermainkanku! Ini pasti ulah ibu!" seru Jaya. Dia berdiri tetapi kemudian kembali lagi mengawasi layar di depannya. Mayra yang tengah berlari menarik perhatiannya, dan juga beberapa pria yang seperti menanti gadis itu. Terlihat dari mereka yang siap menyongsong kedatangan Mayra dan langsung menyambutnya dengan sebuah kain. Setelah itu gelap dan layar mulai menunjukkan serabut kecil-keci
Read more

Pria Bertopeng

Mayra mendengar keributan di luar tetapi dia lebih fokus kepada rasa sakitnya. Begitu terdengar kegaduhan di luar, Kanaya melepaskan penjepit besi itu dan berlari ke luar kamar. Kesempatan bagi Mayra untuk melarikan diri. Dia melepaskan semua penjepit besi itu dan meringis perih. Untungnya satu tangan luput dari kekejaman penjepit besi milik ibu Jaya itu. Mayra membuka pintu dengan cepat. Masih terdengar suara keributan di luar, tetapi sepertinya area dalam rumah tidak terjamah. Malah cenderung sepi. Sambil setengah berlari, Mayra menuruni anak tangga rumah yang dijadikan tempatnya tadi dikurung. Dia harus bergegas, jangan sampai tertangkap lagi. Mayra berjanji, setelah selamat dari semua ini, dia akan pindah dari kota tempatnya mengais pendapatan. Tidak mengapa kehilangan pekerjaan, asalkan nyawanya selamat. Itu prioritas Mayra saat ini."Mau kemana, Nona Kecil?" Sebuah suara mengejutkan Mayra yang bergegas menuju arah luar rumah. Tanpa memperdulikan suara itu, Mayra tetap berjalan
Read more

Pencarian

Bastian Mahendra dan Kanaya Arinda merupakan pasangan suami istri dari hasil perjodohan, tetapi rasa cinta juga menguat seiring dengan bertambahnya usia pernikahan mereka. Kepiawaian Bastian Mahendra dalam berbisnis berbanding lurus dengan kelihaian Kanaya Arinda dalam melihat prospek usaha di masa depan. Sepak terjang pasangan ini sudah tersiar sampai ke seluruh negeri. Pasti ada saja orang yang tidak senang dengan kesuksesan keluarga Mahendra. Beberapa orang bahkan menyewa preman atau penjahat kawakan untuk bisa menganggu keluarga Mahendra."Sial, kita terlambat!" Jaya menggeram kesal ketika rumah yang ditujunya sudah kosong. Hanya ada tanaman hias yang berserakan sebagai tanda adanya bekas perkelahian. "Saya akan menyelidikinya, Tuan!""Pasti mereka membawa ibu!" Jaya memandang seputar halaman dengan seksama. Kosong melompong, hanya hembusan angin saja yang terasa sejuk menerpa wajah Jaya."Tuan, saya menemukan ponsel Nyonya besar. Di dalam juga kosong, Tuan!" kata Andrian menyera
Read more

Penyelamatan

Jaya mengumpat kesal. Ada kemacetan di jalan yang mereka lalui. "Ada kecelakaan di depan, Tuan. Kita tidak bisa memutar arah!" Andrian mengamati jalanan di depannya dan menggeleng perlahan."Kenapa kau tidak monitor jalan yang akan kita lalui?" sergah Jaya kesal. Pertanyaan yang tidak dijawab oleh Andrian, tetapi ketika dia merasakan tatapan menghunjam yang menembus punggungnya, Andrian merubah pikirannya sendiri. Dia harus menjawab Jaya."Tuan Jaya hanya memberi arahan saja tanpa memberikan tujuannya!" Jawaban Andrian yang membuat Jaya semakin kesal. "Siapkan sepeda motor! Aku akan memakai motor!" Perintah dari nada suara yang tidak bisa dibantah dan harus dilaksanakan. Andrian meraih ponselnya dan menghubungi anak buah yang berada di bawahnya untuk menyediakan sepeda motor. "Sepeda motor akan siap dalam sepuluh menit, Tuan. Kita akan ke bawah pohon Akasia dipojok jalan," kata Andrian."Kita? Tidak! Aku sendiri yang akan ke sana. Kau urus saja disini!" Jaya melihat jamnya tidak
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status