Beranda / CEO / Kesayangan Sang Duda / Bab 141 - Bab 150

Semua Bab Kesayangan Sang Duda: Bab 141 - Bab 150

168 Bab

Asik Sah

Kepala pelayan masih belum mengerti dengan apa yang Darren katakan. Kepala pelayan tersebut menatap ke arah Darren yang berdiri di depannya. "T-tuan mau tanya apa?" tanya kepala pelayan dengan penasaran. "Istri saya mana? Saya cari dia. Lagian bapak kenapa juga menanyakan hal yang tidak jelas. Masalah uang, bom. Mana mereka?" tanya Darren. Kepala pelayan mengelus dadanya, ternyata majikannya ini mencari istrinya. "Nyonya pergi, katanya mau beli baju untuk acara pernikahan Tuan Komo dan istrinya. Apa Anda tidak tahu?" tanya Kepala pelayan lagi dengan tatapan menyelidik. "Tidak, tapi tunggu dulu saya periksa ponsel saya," jawab Darren yang segera memeriksa ponsel dan ternyata ada pesan dari istrinya mengatakan ingin keluar bersama ibunya dan anaknya seperti yang dikatakan oleh kepala pelayan. "Ternyata mereka pergi tanpa aku, ya sudah lah. Yang penting aman," jawab Darren. Darren segera meninggalkan kepala pelayan yang terdiam menatap kepergian sang majikan. Anne, Nyonya Dini jug
Baca selengkapnya

Belah Duren

Komo menatap Darren, dia tidak mungkin mengatakan kepada Danda apa itu belah duren. Anne segera turun tangan untuk membuat Danda tidak bertanya lagi. "Sayang, ayo kita pergi sekarang. Masih banyak yang mau salam dengan Om Komo. Kita makan kue coklat di sana saja atau kita makan duren saja di luar. Ayo, Papa kita pergi makan duren, Danda mau tidak?" tanya Anne melihat ke arah Darren. Darren mendengar pertanyaan dari Anne menganggukkan kepala. Darren pun ikut jongkok dan ikut membantu Anne untuk berbicara dengan anaknya. "Iya, ayo kita pergi beli duren. Nanti kita kasih ke Om Komo. Dia sangat suka dengan duren. Benar tidak, Om Komo?" tanya Darren sambil mengedipkan matanya. Komo membolakan matanya, dia tidak menyangka jika Darren mau memberikan dia duren sedangkan yang dia mau duren lain. "Ya sudah, ayo kita pergi. Kalian ini lama sekali, ayo cepat kita turun, Danda ayo kita pergi jangan dengarin apapun, kasihan cucuku karena kalian semua, wong edan!" sungut Nyonya Dini.Darren,
Baca selengkapnya

Malam Pertama Ke Dua

Komo mulai bermain, dia tidak menunggu lama tubuh Marlin mulai menegang saat wajah Komo mendekati wajahnya. Kedua bibir anak manusia tersebut mulai mengecup satu sama lain, perlahan Komo mendesak lidahnya ke bibir Marlin untuk terbuka. Marlin pun tanpa menunggu aba-aba dari Komo segera membuka mulutnya dan melumat bibir bawah Marlin. Keduanya saling perang lidah dan suara ucapan terdengar cukup jelas. Komo melepaskan tautannya dan memandang ke arah Marlin dengan tatapan yang sayu. Marlin mengusap wajah Komo dengan perlahan. Tubuh Komo menegang mendapatkan usapan lembut dari Marlin. "Kita mulai ya jangan takut, aku akan pelan," ucap Komo. Komo mengecup sekilas bibir Marlin yang sudah bengkak akibat ulahnya. Komo mulai menyesap ujung gunung Marlin yang berwarna pink. Komo sudah seperti anak bayi yang kehausan. Komo secara bergantian menyesap gunung Marlin. Komo menyesap dengan rakus gunung kenyal tersebut dan gunung sebelahnya ikut diremas oleh Komo dengan pelan dan lembut. "Eughh,
Baca selengkapnya

Nanggung Sayang

Darren enggan untuk turun karena dia sudah kadung on tidak mungkin off. Darren menatap Anne dengan tatapan satu memohon kepada Anne untuk tidak meminta dia membukakan pintu. Tapi, sebaliknya Anne tidak sama dengan dirinya. "Jangan minta udahan, Sayang. Nanggung Sayang. Tolong lah, kasihani lah suamimu yang sudah berdiri tegak bak tongkat sakti kalau di suruh buka itu pintu maka aku akan bisa lesut lagi, nggak on lagi, Sayang. Ayolah, jangan memintanya. Sedikit lagi," ucap Darren yang merengek untuk tidak meminta menyudahi kuda- kudaan. "Siapa tahu penting, buka dulu nanti kita lanjutkan lagi," ucap Anne meminta Darren untuk membukakan pintu. "Tapi, ini sudah seperti ini. Bagaimana menidurkan dirinya. Tongkat sakti berdiri tegak dan tidak mungkin bisa off lagi, ayo lah, Baby. Jangan seperti ini, tega sekali dirimu ini kepadaku," jawab Darren dengan raut wajah sendu. Anne tidak tega melihat suaminya yang sendu tapi karena suara ketukan semakin kencang membuat Anne tidak bisa mengab
Baca selengkapnya

Meninggal

Bram yang sudah masuk ke dalam kamar mencari ke sekeliling kamar. Tidak satupun dia menemukan Dinda. Bram berlari ke arah kamar dia menduga jika Dinda ada di sana. "Kemana dia, apa dia di kamar mandi. Dinda, Sayang. Apa kamu sedang mandi? Aku ikut mandi ya, Sayang?" tanya Bram yang berteriak kencang memanggil sang wanita. Bram membuka pintu kamar mandi dan alangkah terkejutnya Bram tidak menemukan sama sekali Dinda di kamar mandi. Bram balik ke arah kamar dan saat melihat ke arah jendela Bram berlari dan begitu gorden terbuka terlihat jendela sudah terbuka. "Akhhh, sial kamu Dinda, berani~beraninya kamu pergi dari sini. Akhhhhh! Aku tidak akan mengampuni kamu!" teriak Bram dengan kencang. Nafas Bram memburu dia segera keluar meminta ke anak buahnya untuk menangkap Dinda. Bram menduga jika Dinda belum pergi terlalu jauh jadi memudahkan anak buahnya untuk menangkap Dinda. Brakkk! "Hei, kalian cepat cari wanita itu, cepat pergi dari sini!" teriak Bram meminta kepada anak buahnya
Baca selengkapnya

Gemes Aku

Dinda yang sudah berada di mobil segera melajukan mobil meninggalkan rumah Bram. Tanpa peduli sama sekali apa yang terjadi. "Syukur tidak ada yang tahu aku pergi. Tapi, anehnya kemana anak buah dari pria tidak tahu diri itu ya? Apa dia memecatnya atau mencari aku. Hahah, carilah aku sampai dapat aku tidak akan kembali lagi ke sini dan Bram pun sudah mati, rasakan itu!" geram Dinda yang segera melaju menuju rumahnya. Dinda harus sampai di rumah. Dia ingin segera mandi karena tubuhnya yang penuh darah Bram. Berbeda dengan Darren yang saat ini sudah bangun dan menatap ke arah Anne juga anaknya Danda. "Kalian sudah bangun? Apa sudah mandi?" tanya Darren yang duduk dan memperhatikan keduanya. "Baru saja. Kamu mandi sana bukannya hari ini kamu ke kantor. Jangan malas-malas, ingat kami butuh duit untuk shoping benar tidak, Sayang, Mama?" tanya Anne sambil mengecup Danda. "Benar, Papa. Kami butuh uang untuk beli boneka yang banyak," jawab Danda dengan senyum mengembang. Anne mendengar
Baca selengkapnya

Main Terus

Seseorang itu adalah Komo. Komo yang ditawarkan bulan madu ke Maladewa tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Bukan dia tidak mampu tapi dia sangat mampu. Karena ini hadiah bulan madu jadi dia menerimanya dengan senang hati. Dan, dirinya menyudahi untuk berlama di hotel dan membawa Marlin pulang ke apartemen pagi-pagi. "Sayang, sudah selesai? Jika sudah ayi kita pulang. Aku harus bekerja, karena jika kerjaan aku tidak selesai maka aku akan gagal ke Maladewa bersamamu. Aku tidak mau kita ke Maladewa dengan uangku. Kebetulan sahabatku memberikan kesempatan aku tidak menolaknya," jawab Komo membuat Marlin menggelengkan kepala. Kamu ini benar-benar tidak tahu diri. Harusnya, kita bulan madu pakai uangmu, ini tidak. Tapi, ya sudah tidak apa lagian kita bisa menghemat pengeluaran," jawab Marlin. Komo yang mendengar perkataan istrinya tersenyum geli. Tadi dia dikatakan tidak tahu diri sekarang malah dia mengatakan tidak apa. "Ayo kita pergi sekarang aku tidak sabar ingin ke kantor." Komo
Baca selengkapnya

Kejam Nggak Sih

Komo Darren dan seorang pria yang tidak lain adalah Paman Boni yang duduk saling berhadapan satu sama lain. Belum ada yang bersuara sama sekali. "Kenapa kita diam, paman?" tanya Komo memecahkan keheningan di ruangan tersebut. "Ada apa paman? Kenapa paman berkata seperti itu? Apa paman tidak mau mengatakan sesuatu? Jangan buat kami penasaran, paman," ungkap Darren yang menanyakan kenapa pamannya ini tiba-tiba ingin bicara dengan wajah yang serius. "Begini, paman sudah menyelidiki siapa yang di belakang terormu. Anak buah paman sudah mendapatkan informasi dan dia seorang pria yang bernama, Bram. Bram ini seorang mafia Darren dan tidak ada yang bisa menangkapnya dan dia juga buronan polisi. Dan anehnya, dia meninggal secara mengenaskan. Paman di beritahu oleh anak buah paman yang menjadi mata-mata kalau dia di bunuh. Kalian tahu siapa yang bunuh dia?" tanya Paman Boni dengan serius. "Sebentar dulu, aku tidak mengerti yang paman katakan. Mafia dan teror? Apa hubungannya dengan Darren
Baca selengkapnya

Menipunya

"Asal menipunya," jawab Darren kembali. Komo dan Paman Boni menyerngitkan kening. Menipunya seperti apa pikir keduanya. Komo membenarkan duduknya dia ingin lebih jelas mendengar apa yang Darren katakan. "Sebentar dulu, menipunya bagaimana ya? Apa kamu mau menipu dengan cara penyamaran. Kalau memang iya ya sudah memang seperti itu yang gue dan paman katakan. Terus salahnya di mana coba?" tanya Komo yang makin tidak mengerti dengan cara pikiran Darren. "Benar itu, Ren. Bukannya penyamaran juga larinya ke sana juga ya. Kenapa kamu malah mengatakan menipunya?" tanya Paman Boni dengan serius. Darren mencondongkan tubuhnya ke depan. Melihat reaksi dari Darren membuat Komo dan Paman Boni ikut melakukan hal sama. "Dengar baik-baik ya," jawab Darren. Darren mulai mengatakan apa rencananya dan dia tidak sedikitpun menutupinya. Komo dan Paman Boni terkejut mendengar rencana Darren. Dia tidak tahu ide dari mana yang Darren dapatkan. Komo menoleh ke arah Paman Boni dan tersenyum. "Bagaiman
Baca selengkapnya

Aku Menyukainya

Pria tersebut berjalan dengan pelan agar tidak ketahuan oleh Dinda yang masih belum menyadari jika ada yang masuk ke dalam rumahnya. Pria tersebut yang semakin dekat dengan Dinda segera memeluk Dinda dengan erat. "Akhhh, lepaskan aku, siapa kamu, lepaskan aku!" teriak Dinda dengan kencang karena dirinya dipeluk erat dan Dinda juga merasakan jika yang memeluknya dalam keadaan tidak berpakaian itu bisa dirasakan oleh Dinda. "Jangan memberontak, Sayang. Aku tidak akan melepaskanmu, tapi aku akan memberikan kamu kenikmatan yang kamu inginkan. Aku pastikan kamu akan menikmatinya. Aku pastikan itu," jawab pria yang saat ini memeluk Dinda dengan erat. Dinda mencoba memberontak tapi hasilnya nihil. Dinda ditolak ke depan dan dia ditekan oleh pria misterius tersebut. Dinda bisa merasakan jika tongkat pria yang berada di belakangnya sudah membesar. "Siapa kamu dan kenapa kamu melakukan ini padaku. Cepat katakan siapa kamu!" teriak Dinda dengan kencang. "Siapa aku tidaklah penting, karena a
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status