Beranda / CEO / Sekretarisku Jilbaber / Bab 81 - Bab 90

Semua Bab Sekretarisku Jilbaber : Bab 81 - Bab 90

214 Bab

Bab 81

Setelah selesai makan, Pak Hartono langsung membicarakan tentang pertunangan antara Seruni dan Farid, menurut Pak Hartono pertunangan mereka digelar di sebuah gedung dengan mengundang banyak orang tapi Farid tak ingin pertunangannya terlalu meriah ia hanya ingin pertunangannya di selenggarakan dengan sederhana dan dihadiri oleh keluarga saja.“Nak Farid kami ini banyak relasi, jika tak mengundang mereka aku merasa tak enak,” ucap Pak Hartono.“Tapi Om bisa mengundangnya ketika acara resepsinya nanti, ini kan baruntunanagan tapi saya rasa tak perlu semeriah itu, lagipula dalam Islam tidak ada pertunangan yang ada hanya mengkhitbah atau melamar,” ucap Farid.“Iya Om mengerti, Om hanya ingin membahagiakan Seruni saja, tak ada salahnya bukan kalau orang tua ingin membahagiakan anaknya,” ujar Pak Hartono yang kekeh dengan pendapatnya.Bagi Farid keluarga Pak Hartono terlalu modern, jika Seruni benar-benar paham agama seharusnya ia tak mau sering-sering datang ke kantor Farid hanya mengotor
Baca selengkapnya

Bab 82

“Maksud kamu apa sampe nyari-nyari Farid kemana-mana, kamu masih berharap pada Farid ya, Ndis?” selidik Annisa, Gendhis nampak menunduk dan tak menjawab. “Aku Cuma mau mencari tau apakah Bang Farid sudah menikah atau belum, itu aja, Nis,” ujar Gendhis menyangkal.“Kenapa nggak langsung telepon Ukhti Aisya?” “Nomornya sudah nggak aktif lagi, mungkin dia sudah ganti nomor,” jawab Gendhis. Annisa terdiam ia melihat manik mata Gendhis di situ masih terlihat kalau Gendhis masih menaruh harapan pada Farid, begitu besarkah rasa cintanya pada Farid?“Nis, bantu aku cari tau tentang Bang Farid, apa dia sudah menikah atau belum, pliiiss.” Gendhis menyatukan tangannya dan memohon pada Annisa. “Jika Farid belum menikah kamu mau apa?” tanya Annisa. “Em, tidak apa-apa, aku hanya mau mencari tau saja,” ujar Gendhis memilin ujung hijabnya. “Em, ketahuan kamu memang masih mengharapkan Farid, kasihan adikku, ya sudah nanti aku cari nomor baru Ukhti Aisya, siapa tau ada, aku nggak nyangka sudah sek
Baca selengkapnya

Bab 83

Malam kian beranjak, Bu Widya dan Clarissa masuk ke dalam villa terlebih dahulu, alasannya Bu Widya ingin menunjukan Clarissa kamar. Kemudian diikuti oleh Gendhis, Pak Danu dan Damar, Annisa masih membereskan sedikit makanan yang tersisa di taman.“Mar ini minum susu dulu, biar tidurmu nyenyak.” Bu Widya memberikan segelas susu pada Damar ketika ia hendak masuk ke kamar, dan ia menerimanya tanpa curiga sedikitpun. Ia meneguk habis susu hangat tersebut dan langsung masuk ke kamar setelah mengucapkan terimakasih. Sementar itu Annisa baru selesai membereskan makanan yang masih tersisa, ia hendak masuk ke kamar juga menyusul Damar tapi dicegah oleh Bu Widya. “Nis Mama mau minta tolong, boleh?” “Boleh Ma, apa yang bisa aku bantu Ma?” tanya Annisa. “Tolong kerokin punggung Mama, kayaknya Mama masuk angin nih.” Bu Widya mengeluarkan sendawa seperti orang yang sedang masuk angin. “Baik Ma, di sini saja?” tanya Annisa. “Di kamar aja.” “Emm tapi di kamar ada Papa, nanti menganggu Papa yan
Baca selengkapnya

Bab 84

“Memangnya kamu kemana? Kok lama banget masuk ke kamar?” tanya Damar. “Anu, disuruh Mama buat ngerokin punggungnya, katanya masuk angin,” ujar Annisa, kamudian ia meraih ponselnya dan kembali duduk bersandar di ranjang. Damar tertegun, ia sedang memikirkan hal yang terjadi semalam, apa semalam hanya mimpi? Ia kembali mengingat-ingat hal apa yang terjadi semalam. Ah, entahlah, kurasa aku hanya mimpi, bathinnya. Annisa dan Damar keluar kamar, sarapan sudah terhidang di meja, Pak Danu sedang membaca koran sambil menunggu semua anak-anaknya berkumpul di meja makan. Sedangkan Bu Widya dan Clarissa sedang asik bercengkrama bersama. “Pagi Damar, Annisa, wah, semalam kalian bergadang ni kayaknya,” Goda Clarissa. Pak Danu menurunkan korannya dan menatap Clarissa tak suka. Annisa dan Damar tak menanggapi, hanya senyum hambar yang tersungging di bibir Annisa. Mereka semua sarapan tanpa bersuara. Akhirnya Clarissa buka suara. “Oke, mungkin kehadiranku membuat suasana jadi tak kondusif, s
Baca selengkapnya

Bab 85

“Mas Farid kami mau bertemu Mbak Seruni,” ucap Aisya, Hani mengangguk bersemangat.“Ayo Mas kita lihat wajah Mbak Seruni,” ajak Hani. Farid menggeleng.“Biarkan nanti saja setelah menikah, aku tak mau mengotori hatiku, biarkan nanti jadi kejutan di malam pertama, setelah halal,” jelas Farid.“Oh, begitu, ya sudah Mas, lebih baik begitu agar hati juga terjaga sampai halal nanti, ya sudah, ayo kita pulang,” ajak Aisya.Setelah acara selesai Farid dan keluarganya berpamitan.“Mak, perasaanku mengatakan kalau ada yang aneh dari Seruni,” ucap Farid setelah di rumah.“Maksud kamu aneh bagaimana Rid?”“Seruni seperti mau-mau saja ketika keluarganya menyuruhku untuk memasang cincin, mengapa dia tak menolak?”“Yah, itu kan saudara-saudaranya saja yang heboh tadi, dia kan anteng-anteng saja,” ucap Bu Wartini yang masih duduk istirahat di atas sofa.“Maksudku apa dia tidak memberi tahu keluarganya, jika aku tak mungkin menyentuh dia, dia kan belum jadi istriku baru tunangan saja,” ungkap Farid
Baca selengkapnya

Bab 86

“Mas ini aku bawakan makanan untuk kamu, jika sudah bekerja pasti nggak ingat makan,” ujar Annisa seraya membuka makanan yang ia bawa. “Pak Lukman makan sekalian aja, aku bawa banyak,” ujar Annisa mengajak Lukman untuk makan bersama. “Oh baiklah, kalau kamu memaksa,” ucap Lukman terkekeh. “Tapi kayaknya Annisa nggak maksa kamu buat makan Man,” ujar Damar meninju pelan bahu sahabatnya. Lukman meringis pura-pura kesakitan.“Anggap aja dipaksa, perutku sudah meronta-ronta minta diisi,” ujar Lukman yang tak tau malu. Annisa tersenyum melihat tingkah kedua sahabat baik tersebut. Damar sedang berusaha menyembunyikan kegelisahannya pada Annisa, Lukman masih berada di ruangan Damar, ia terus melirik ke arah Damar yang jika diperhatikan wajahnya begitu gelisah. “Mas, kamu kenapa? Sakit?” tanya Annisa menatap heran pada suaminya. “Ah, enggak, sebenarnya siang ini aku harus bertemu dengan klien di sebuah cafe, tapi aku melupakannya, untung saja tadi Lukman mengingatkanku,” jawab Damar agak
Baca selengkapnya

Bab 87

“Ah, tidak, sepertinya aku sakit perut sayang... ya sudah aku ke kamar mandi dulu,” ujar Damar berlari ke kamar mandi. Sebenarnya itu hanya alasannya saja agar Annisa tak menaruh curiga pada Damar. Sebelum ke kamar mandi, Damar meletakkan ponselnya di atas nakas.Ting!Sebuah pesan masuk ke ponsel Damar, Annisa bangkit dari duduknya dan akan meraih ponsel Damar yang tergeletak di atas meja. Tiba-tiba saja Damar keluar dari kamar mandi.“Sayang, ambikan air hangat, kayaknya aku masuk angin.” Annisa yang hampir saja meraih ponsel Damar seketika urung. Selama menikah Damar dan Annisa saling terbuka jika soal handphone, Damar nengetahui password ponsel Annisa begitu juga dengan Annisa, alasan mereka agar tak saling curiga.“Bentar Mas aku ambil dulu,” ucap Annisa, kemudian Annisa keluar kamar menuju dapur untuk mengambil segelas air hangat untuk suaminya.“Huffft hampir saja,” gumam Damar, dengan sigap Damar mengambil ponselnya dan membuka pesan yang masuk, benar dari Clarissa. Gegas ia m
Baca selengkapnya

Bab 88

“Clarisaa, jangan main-main denganku, jika tidak aku akan pergi,” ancam Damar bersiap- siap bangun dari duduknya.“Oke-oke, aku akan mengatakannya.” Kemudian Damar duduk kembali. Ia mendengus kesal, seolah-olah Clarissa seperti hendak mempermainkannya.“Damar, aku ingin jadi istri keduamu.” Tanpa basa-basi Clarissa langsung mengutarakan maksudnya. Damar langsung berdiri, wajahnya memerah, apa ini? Mengapa pula Clarissa ingin menjadi istri kedua Damar, apa ini maksud perbuatannya di Villa waktu itu.“Clarissa aku tidak berniat untuk menikah lagi? Mengapa kau memintaku jadi suamimu?”“Duduk dulu Mar, kita bicarakan ini baik-baik.” Clarissa menenangkan Damar. Damar duduk kembali, ia terus membuang pandangannya ke arah lain.“Kau ingat foto yang aku kirimkan waktu itu? Kita sudah terlanjur melakukannya Damar, sewaktu di villa,” ujar Clarissa sambil terisak.“Astaghfirullah, tidak mungkin, aku tidak mungkin melakukannya, kau jangan becanda Clarissa,” ujar Damar sambil menggelengkan kepalan
Baca selengkapnya

Bab 89

Damar segera menemui Bu Widya, ia harus memberi tahu Bu Widya agar menghentikan sandiwara murahan ini, Bu Widya sedang di kamarnya.“Ma, aku ingin bicara.” Damar langsung duduk di bibir ranjang. Bu Widya yang sedang bersolek menghadap cermin rias, menoleh sesaat pada Damar.“Ada apa tho Mar? sepertinya serius sekali.” Kemudian Bu Widya melanjutkan merias wajahnya kembali.“Mengapa Mama menyuruh Clarissa membuat sandiwara sampah ini?!” tanya Damar meninggi, ia benar-benar marah pada Bu Widya, ia tak menyangka Ibu kandungnya tega melakukan hal ini.“Hei kamu kenapa? Kok ngomong gitu sama Mama,” ujar Bu Widya memutar tubuhnya menghadap pada Damar.“Aku tau Mama merencanakan semua ini bukan? Mama yang meletakkan sesuatu ke susu Damar waktu di Villa dan Mama juga yang menyuruh Clarissa masuk ke kamarku,” ujar Damar dengan suara meninggi.“Tenang dulu dong, kamu kok gitu sih Mar, nuduh Mama yang bukan-bukan, mana mungkin Mama mau menjerumuskan kamu Mar,” ujar Bu Widya merasa sedih.“Tapi m
Baca selengkapnya

Bab 90

“Silahkan duduk Mar, Tante Wid,” ucap Clarissa mempersilahkan Damar dan Bu Widya duduk. Damar dan Bu Widya duduk ditempat yang telah disediakan oleh Clarissa. “Kita pesan makanan dulu ya Tan,” ucap Clarissa lagi menawarkan. “Boleh Ca, kebetulan Tente juga sudah laper,” ucap Bu Widya, ia meletakkan tas mewah di atas meja, sedangkan Damar hanya duduk dengan memasang muka dingin. Bu Widya dan Clarissa, sibuk memesan makanan sambil melihat-lihat buku menu, sementara Damar berkali-kali melirik jam tangannya. “Damar, kamu mau makan apa?” tanya Clarissa menyentuh lengan Damar pelan, Damar langsung menarik tangannya tak suka. “Apa aja.” ketusnya.Bu Widya dan Clarissa kembali bercengkrama bersama, mereka membicarakan hal-hal kecil sampai seputaran tentang wanita, seperti fashion, salon, masih banyak lagi. Damar sampai bosan mendengarnya. “Ma, Damar nggak punya banyak waktu ini, sebentar lagi aku mau balik ke kantor,” ujar Damar. “Ah, buru-buru amat Mar, makan dulu sama Mama dan Clariss
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
22
DMCA.com Protection Status