“Clarissa, benar-benar hamil Ma,” jawab Damar lemah. “Apa?” “Clarissa benar-benar hamil,” ulang Damar. Bu Widya membeliakkan matanya tak percaya, padahal kemarin Clarissa hanya berpura-pura hamil, jadi kenapa dia bisa hamil betulan. “Ah, baguslah, berarti kami harus menikahinya, mana mungkin Clarissa melahirkan tanpa seorang suami di samping, lagi pula ank itu kan anakmu,” ujar Bu Widya tak yakin. Damar masuk ke kamarnya, Annisa baru saja selesai mandi, ia menyisir rambut yang panjang. “Assalamualaikum.” “Waalaikumsalam,” sahut Annisa. Annisa hanya diam saja, tak ingin menanyakan apa pun pada Damar, hatinya belum siap menerima kenyataan. Wajah Damar terlihat sangat kusut, sepertinya ada hal yang telah terjadi. “Ini Mas, handuknya, mandi dulu,” ucap Annisa. Damar menurut, ia masuk ke kamar mandi, kemudian Damar membuka bajunya, ia memutar shower, ia mengguyur seluruh tubuhnya. Ia menangis, entah kenapa rasanya ia terlalu berdosa pada Annisa, jika benar janin yang dikandung oleh
Baca selengkapnya