Beranda / CEO / Sekretarisku Jilbaber / Bab 121 - Bab 130

Semua Bab Sekretarisku Jilbaber : Bab 121 - Bab 130

214 Bab

Bab 121

Setelah mengucapkan salam, Pak Danu mengucapkan selamat datang pada keluarga Farid, tak lupa Pak Danu juga memohon maaf karena beberapa tahun yang lalu, Gendhis dan Farid tak jadi menikah karena terhalang restu oleh orang tua. “Saya tidak menyangka ternyata Gendhis dan Farid ditakdirkan untuk bersama, jika mereka berjodoh tak ada seorang pun yang bisa menghalangi, jika Tuhan sudah berkehendak semua bisa terjadi, Gendhis yang hendak menikah pun waktu itu batal, begitu juga dengan Farid, ia juga batal menikah, ternyata ikatan jodoh mereka begitu kuat,” ucap Pak Danu. “Jadi untuk hari ini saya harap, tidak ada lagi yang menentang pernikahan mereka, restui hubungan mereka, hingga jenjang pernikahan,” ucap Pak Danu dengan mata berkaca-kaca. Setelah selesai pihak dari Farid juga ikut berbicara dan secara resmi melamar Gendhis pada orang tuanya. “Pak Danu, kami minta kehadiran dari Gendhis di sini, kami mau melihat calon istri Farid,” ucap Ayahnya Ukhti Aisya mewakili keluarga Farid, kar
Baca selengkapnya

Bab 122

Setelah acara lamaran selesai, keluarga Farid pun meminta izin untuk berpamitan pulang. Bu Widya dan Pak Danu mengantarkan mereka sampai ke halaman rumah. “Alhamdulillah ya Jeng, akhirnya kita bisa jadi besan, aku nggak nyangka lho. Soalnya aku sampe nggak ngenalin Jeng. Nggak nyangka juga ternyata dalam tempo beberapa tahun Jeng sama Farid bisa jadi orang kaya. Kalau seperti ini baru cocok jadi bagian dari keluarga kami,” ujar Bu Widya. Gendhis mendelik tajam ke arah Mamanya, bisa-bisanya Bu Widya berkata begitu disaat seperti ini. Apa maksud Bu Widya berkata seperti itu, apa dia ingin mengejek keluarga Farid lagi? Bu Wartini hanya menanggapinya dengan senyuman, ia tak ingin ribut, biarlah Bu Widya begitu, anggap saja angin lalu. Semua ini lakukan demi kebahagiaan Farid, masa lalu membuat Bu Wartini belajar banyak. Dulu dia juga pernah berburuk sangka pada suaminya jika Ayah Farid tidak akan menganggap Farid sebagai anaknya lagi, tapi apa, ternyata Ayah Farid mewariskan perusahaann
Baca selengkapnya

Bab 123

Pagi-pagi sekali Gendhis sudah bangun, hari ini hari pernikahannya, tidak terasa waktu begitu cepat berlalu. Padahal baru Minggu kemarin Farid meminangnya.Annisa yang dari tadi sudah berada di kamar Gendhis menatap adik iparnya itu.“Ada Gendhis? Kok melamun?”“Rasanya ini seperti mimpi ya Nis? Tidak pernah dalam bayanganku jika aku akan menikah dengan Bang Farid, mengingat semua kejadian di masa lalu,” terang Gendhis sendu. Annisa bangun dari duduknya dan menghampiri Gendhis.“Aku pikir mendapatkan Bang Farid kembali itu sulit sekali, karena waktu itu Bang Farid juga sudah tidak bisa lagi berjalan, ditambah lagi Ibu Bang Farid sangat membenciku. Kemudian Mama juga engkau tahu gimana,” lanjut Gendhis.Annisa merengkuh bahu Gendhis dengan sebelah tangannya. “Alhamdulillah semua sudah berakhir, kini semua setuju dengan pilihanmu, kini kamu menikah dengan restu dari kedua orang tua dan mertuamu, bersyukurlah Gendhis, Allah tahu mana yang te
Baca selengkapnya

Bab 124

“Tunggu!!!” Semua mata tertuju pada pada asal suara tersebut, seorang wanita tampak berdiri di melihat ke arah semau orang. Wanita muda berjilbab itu berdiri dengan gagah di situ.“Hentikan! Teganya kau Mas, ternyata ini maksudnya kau memutuskan pertunangan kita, kau punya kekasih yang lain,” ungkap wanita itu lagi. Pak Danu melepaskan jabat tangannya, semua orang menatap heran pada wanita itu, mengapa dia tiba-tiba menghentikan pernikahan ini? Semua orang bertanya-tanya apa hubungan Farid dengan wanita ini?Gendhis melihat wanita itu, ia tidak mengenalnya, ia begitu terkejut, pernikahan yang hampir dilakukan kembali gagal. Mengapa begitu sulit bagi Gendhis untuk menikah dengan Farid.Farid berdiri, kemudian melihat ke arah wanita tersebut, ia merasa tak mengenali wanita tersebut, siapa dia? “Siapa kau? Aku tidak mengenalmu, mengapa kau tiba-tiba masuk ke ruangan ini tanpa di undang,” ucap Farid. Bu Widya dan yang lain juga ikut bangun, apa perempuan ini kurang waras? Mengapa Farid
Baca selengkapnya

Bab 125

Kemudian Farid mendekati Seruni dengan langkah pelan, semua yang melihat adegan tersebut menahan nafas. Kini Gendhis tidak lagi menangis, sekarang ia paham sepertinya Seruni sedang mengalami tekanan mental. Mungkin kah penyebabnya karena ditinggal oleh Farid, kalau begitu kasihan sekali nasib wanita ini, diputuskan pertunangan oleh Farid.“Nis apa dia tidak depresi ya? Mengapa tingkahnya brutal sekali,” bisik Gendhis. “Sepertinya iya Ndis, bagaimana ini kalau dia sampai menyayat pergelangan tangannya, bisa-bisa kita berurusan dengan polisi,” ucap Annisa sambil terus memperhatikan Farid yang sedang membujuk Seruni. “Em, kita telepon rumah sakit saja bagaimana? Suruh tangkap orang sakit jiwa,” saran Gendhis. “Tidak mungkin lah, dia asian ruang sakit jiwa yang sedang melarikan diri, nanti takutnya keluarga dia akan marah jika sesuatu terjadi pada anaknya, tapi jika persetujuan dari keluarganya nggak masalah sih,” ucap Annisa. Gendhis mengangguk-angguk. Farid sudah begitu dekat dengan
Baca selengkapnya

Bab 126

Kemudian dengan perlahan Gendhis menyentuh dan meraih tangan Farid kalau menciumnya dengan takzim. Farid tersenyum melihat ke arah istrinya. Kemudian ia memegang pucuk kepala Gendhis dan membaca do’a setelah akad. “”Ya Allah, berkahilah aku dalam permasalahan keluargaku. Berkahilah keluargaku dalam permasalahanku. Berilah mereka rizki dariku, dan berilah aku rizki dari mereka. Satukan kami selama dalam kebaikan, dan pisahkan kami selama dalam kebaikan.” “Amin.” Gendhis mengaminkan do’a Farid. Gendhis masih menundukkan kepalanya. Ia tak berani melihat wajah Farid yang sekarang sudah sah menjadi suaminya. Farid hanya tersenyum melihat Gendhis yang masih saja malu-malu.Kemudian pasangan suami istri itu menyalami kedua orang tua Gendhis dan Bu Wartini. Gendhis menyalami Mamanya, ia menciumi tangan sang Bunda dengan takzim. Netra Bu Widya mengembun, kini anak gadisnya sudah mengakhiri masa lajangnya, tanggung jawabnya sebagai orang tua kini telah selesai. Sebagai seorang Ibu, Bu Widy
Baca selengkapnya

Bab 127

Gendhis acuh, ia segera melangkah naik ke lantai dua di mana kamarnya berada. Sebenarnya ia juga merasa tak karuan, jantungnya juga berdetak kencang. Sedangkan Farid mengikuti Gendhis di belakang. Begitu sampai di depan pintu kamar, Ia berhenti ini kali pertama Gendhis berada dengan laki-laki setalah hijrah. Gendhis membuka pintu kamar dan pintu terbuka. Terlihat kamar yang luas dan tempat tidur yang besar. Ada lemari besar dan sebuah meja rias lengkap dengan beraneka macam make up.“Mari masuk Bang, ini kamar ku,” ucap Gendhis. “Ah, Eh, baik.” Gendhis masuk ke kamarnya diikuti oleh Farid, Gendhis terlihat bingung, ia melihat ke kiri dan ke kanan bingung sendir, pdahal itu kamarnya. Apa yang selanjutnya yang harus ia lakukan, menyuruh Farid beristirahat atau apa? “Gendhis di mana aku akan sholat?” tanya Farid. Gendhis kaget, bukannya Farid ke mari hanya ini Shalat, mengapa ia bisa terlupa ya? Gendhis meringis menahan malu, melihat Farid yang kebingungan sendiri di kamar Gendhis,
Baca selengkapnya

Bab 128

Tiba-tiba Gendhis keluar dari toilet, gegas Farid menutup ponselnya, bukannya ia tak ingin istrinya tahu, tapi ini hari pertama mereka menikah, ia tak ingin merusak suasana. “Masih sakit perutnya?” tanya Farid. “Tidak Mas.” “Sudah Azan tuh, aku mau mandi dulu,” ucap Farid, Gendhis mengangguk, Farid mengambil handuknya dan berlalu ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, Farid keluar dengan lilitan handuk di pinggangnya, Gendhis yang sedang menyusun baju-baju Farid ke lemari, menoleh pada Farid, sontak saja terkejut dan menutup wajahnya. “Astaghfirullah, Mas, kok nggak pakai baju?” Farid yang melihat Gendhis terkejut, ikut-ikutan terkejut. “Ya Allah, maaf, aku nggak sengaja Ndis.” Seketika Farid membalikkan tubuhnya. Kemudian ia tersenyum sendiri, mengapa harus malu Gendhis itu kan istrinya, ia halal melihat tubuhnya bahkan lebih dari itu. “Gendhis, kok kamu menutupi wajah kamu? Aku ini suami kamu, kamu halal melihatku begini,” ucap Farid, ia merasa geli melihat tingkah Gendhis yan
Baca selengkapnya

Bab 129

“Jadi mengapa wajahmu seperti tak suka?” tanya Farid menyelidik. Ia benar-benar heran dengan sikap Gendhis yang seolah-olah menghindarinya. Jadi Farid berpikir bahwa Gendhis menghindarinya? “Apa kau marah karena Seruni datang tiba-tiba dan merusak acara pernikahan kita!?” tanya Farid.“Ah, tidak Mas, sama sekali tidak, aku hanya ...” Gendhis tak melanjutkan ucapannya. Apa harus Gendhis harus mengatakan kalau dia merasa canggung pada Farid?“Hanya apa!?” Farid memotong ucapan Gendhis. “A-aku merasa canggung berada di dekat Mas Farid, mungkin karena aku belum terbiasa saja, bisanya aku hanya sendiri di kamar ini, tiba-tiba ada Mas Farid, jadinya agak aneh,” ucap Gendhis sambi tertawa kecil. “Oh, begitu, Jadi bagaimana? Apa aku harus pulang sekarang?” Nada bicara Farid terdengar dingin.“Tidak, tidak, bukan begitu juga maksudku, aduh kok aku bingung sendiri ya,” ucap Gendhis kesusahan. Kemudian Farid tertawa, ia merasa lucu melihat tingkah istrinya ini. “Kok Mas tertawa? Mas menertaw
Baca selengkapnya

Bab 130

Farid dan Gendhis tidur di tempat tidur yang sama, mereka tidur sambil menatap langit-langit kamar, Farid tidur di sisi kanan tempat tidur, sedang Gendhis di sisi kirinya. Hening, tak ada percakapan apa pun, atmosfer di ruangan itu terasa panas dan agak berbeda padahal AC menyala.Gendhis memainkan selimut tipis yang ia gunakan untuk menutupi tubuhnya, ia menarik-narik ujung selimut tersebut, jantungnya kini semakin berdebar tak karuan, ingin rasanya ia keluar dari kamar itu tapi tak mungkin, jilbab panjang instannya juga masih melekat di kepalanya.Farid yang semula tenang kini juga tampak agak gelisah, kemudian ia memberanikan diri untuk bertanya. “Kok jilbabmu tidak kamu buka Sedari tadi?” Gendhis menoleh pada Farid seketika padangan mereka bertemu. Gegas Gendhis membuang pandangannya ke arah lain. “Kepalaku dingin Mas, karena AC nya,” ucap Gendhis asal. Farid melihat ke arah AC yang menyala.“Mana remotenya biar aku kecilin,” ucap Farid sambil bangun.“Eh tidak usah Mas, nanti
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
22
DMCA.com Protection Status