Home / CEO / Sekretarisku Jilbaber / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Sekretarisku Jilbaber : Chapter 71 - Chapter 80

214 Chapters

Bab 71

“Jadi, bukan karena hadirnya Clarissa?” tanya Damar.Annisa menghentikan langkahnya.“Kalau iya kenapa?” tantang Annisa.Damar bertingkah kikuk.“Ya nggak apa-apa, Oh iya Em, jadi Cellin naksir Lukman ya, Nis?” tanya Damar mengalihkan topik pembicaraan.“Sepertinya, tapi Pak Lukman kaya nggak peka gitu, kasian Cellinnya.”“Oh.”Hari berlalu, bulan berganti, Annisa masih bekerja sebagai sekretaris Damar. Seperti yang Damar katakan ia akan bersikap profesional selama berada di kantor.Annisa sedang sibuk di mejanya, ia sedang membuat surat izin mengadakan proyek ke berbagai pihak, karena perusahaan akan mendapatkan proyek baru yang lumayan besar.Tiba-tiba di ujung koridor seorang wanita berpakaian cantik dan elegan menuju ke arah Annisa.Annisa langsung mengenali wanita itu dari jauh, ia berjalan seolah tanpa melihat kehadiran Annisa di mejanya.“Wanita itu, ngapain lagi dia kemari?” gumam Annisa.Ia langsung hendak menerobos masuk ke ruangan Damar. Tapi ....“Maaf Mbak Clarissa, anda
Read more

Bab 72

“Belum ada tanda-tanda juga, Nis?”tanya Bu Widya ketika sedang bersantai di ruang keluarga bersama yang lain.“Maksud Mama tanda-tanda apa?” tanya Annisa melihat ke arah Bu Widya.“Ya tanda-tanda kalau kamu hamil?” “Oh, Nisa pikir tanda apa, belum Ma,” jawab Annisa.“Em, padahal Mama sudah pengen Ssekali menimang cucu,” ujar Bu Widya lagi sinis.“Anak itu titipan Ma, Allah yang memberikannya, sama kayak jodoh, kalau belum waktunnya kata Allah, ya belum juga,” ucap Pak Danu.“Maunya yo kamu periksa tho Nis ke dokter, siapa tau rahim kamu bemasalah,” saran Bu Widya.“Iya Ma, nanti aku akan antarin Annisa ke dokter Obgyn, Mama tenang aja,” ujar Damar. Annisa hanya diam, ia melirik suaminya, semenjak keguguran sikap Bu Widya mulai berubah, ia mulai tak menyukai Annisa, mungkin karena sampai sekarang Annisa belum juga kunjung memberikan cucu padanya.“Jangan lama-lama dong, sepertinya Annisa sudah cukup lama kosong semenjak keguguran itu, apa dia tak berniat punya anak lagi?” tanya Bu Wi
Read more

Bab 73

Tok ... tok... tok ...Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Farid.“Ya masuk!” seru Farid dari dalam.Di depan pintu tampak Sandika dan seorang perempuan mengenakan niqab berdiri di depan pintu. “Sandika?” ucap Farid keheranan.“Masuklah, silahkan duduk,” Farid mempersilahkan kedua tamu yang datang untuk duduk.“Maaf Mas Farid, aku tak memberitahumu dahulu tentang kedatangan kami kemari, kemarin kami mampir ke rumah Mas Farid, kebetulan hanya bertemu dengan Bu Wartini saja, jadi, beliau menyuruhku untuk kemari agar bertemu dengan Mas Farid,” terang Sandika sembari menarik kursi dan duduk.“Tidak masalah, aku juga sedang tidak sibuk,” ujar Farid tersenyum.“Oh iya, kedatangan saya kemari sebenarnya ingin memperkenalkan adik saya, namanya Seruni, dia baru pulang beberapa hari yang lalu, kemarin saya mengatakan kalau Seruni putri belum pulang, tapi ternyata Seruni bisa pulang lebih cepat.”“Oya, Dek ini Mas Farid, anaknya Bu Wartini yang kita mampir ke rumahnya kemarin,” ucap Sandi
Read more

Bab 74

Farid kembali teringat akan Gendhis, Gendhis juga memiliki sebuah restoran dan terakhir ia menerima kabar Gendhis, Gendhis sudah menikah dengan seorang Chef rekan bisnisnya.Em mengapa suami Sandika juga Chef?“Ah nggak mungkin, Gendhis sudah menikah,” gumam Farid.“Kamu ngomong apa Rid?” tanya Wartini seraya melihat persembahan musik sebagai hiburan di acara pernikahan Sandika ini.“Tidak Mak, Farid nggak ngomong apa-apa, ya sudah ayo kita ke pelaminan, Farid udah siap makan,” ucap Farid mengajak Emaknya yang gini berpenampilan layaknya orang berada, setelah mendapatkan warisan perusahaan dari ayahnya, hidup Farid benar-benar berubah.Mereka berusa segera naik ke atas pelaminan, Wartini menyalami Ibunya Sandika.“Aduh Jeng aku pikir nggak jadi dateng,” ucap Ibu Sandika seraya melirik Farid yang hanya tersenyum simpul.“Semoga nanti hubungan kita menjadi lebih deket ya Jeng, siapa tau jadi besan,” kelakar Bu Sofi sambil tersenyum penuh arti pada Seruni.“Iya, amin Jeng, biar bisa
Read more

Bab 75

Mereka berdua memasuki sebuah salon ternama, rencananya ingin memanjakan tubuh dengan spa dan sebagiannya.Dua orang karyawan salon segera menyambut kedatangan mereka berdua.“Selamat datang di salon BEAUTY, ada yang bisa kami bantu Mbak?” tanya salah seorang dari mereka.“Mama aku mau spa aja, tubuhku rasanya udah lama nggak dimanjain, yuk sekalian aja Ma,” ajak Gendhis.“Mama mau krimbat sama facial aja lah, nggak usah spa,” ucap Bu Widya menolak ajakan Gendhis.“Oh ya udah, Gendhis masuk ya, Ma,” pamit Gendhis. “Silahkan Bu,” ujar salah seorang karyawan salon. Gendhis langsung masuk ke ruangan spa, aroma ruangan yang segar tercium, setelah dipijat Gendhis memilih untuk luluran agar tubuh terasa lebih segar.Sementara Bu Widya sedang menikmati krimbat dan facial wajah.Setelah selesai Bu Widya duduk santai membaca majalah seraya menunggu Gendhis yang sedang menikmati spa-nya.“Terimakasih atas kunjungannya,” ucap salah seorang karyawan, membungkuk pada seorang Ibu-ibu yang sudah
Read more

Bab 76

“Oh iya Mas Farid, kamu belum pernah melihat wajah seruni tanpa niqab bukan?” tanya Sandika sambil melirik Seruni. Farid menggeleng. “Oh iya Farid bagaimana perusahaanmu, lancar?” tanya Pak Hartono ayah Sandika. “Alhamdulillah lancar Om, itu juga berkat bantuan Sandika beberapa tahun lalu, hingga akhirnya aku bisa memimpin perusahaan dengan baik,” ujar Farid mengulas senyum. “Om ikut senang melihat kamu akhirnya bisa sukses, inilah buah ketekunanmu selama ini,” ujar Pak Hartono lagi. “Terimakasih Om.” “Oh iya Farid, mungkin kamu sudah tau dari Bu Wartini, kalau maksud saya mengundang kamu dan Emakmu ingin mempererat silaturahmi kita yang selama ini terjaga dengan baik.” “Saya berencana menjodohkan kamu dengan anak kedua saya Seruni Putri,” lanjut Pak Hartono. Farid terdiam ia menunduk mendengarkan Pak Hartono. “Untuk itu saya harap kamu bisa menerima perjodohan ini, bagaimana menurutmu Farid?” Farid belum menjawab pertanyaan dari Pak Hartono, entah kenapa baginya terlalu sulit
Read more

Bab 77

“Sudahlah Mas, mungkin ucapan Mama benar, aku belum bisa memberi kamu anak,” ucap Annisa tiba-tiba.“Apa? Maksud kamu, kamu setuju dengan saran Mama?!” Suara damar meninggi.“Damar, Annisa, sudahlah jangan dibahas lagi, Damar tidak boleh poligami, sudah jangan hiraukan Mamamu” Pak Danu menengahi.“Ini juga sudah siang, lebih baik kalian segera berangkat bekerja,” saran Pak Danu.“Baik Pa,” sahut Annisa, sedangkan Damar masih dengan raut wajah kesal berpamitan pada Pak Danu.Mereka berangkat bekerja bersama ke kantor, Damar membatu, ia tak bersuara dari tadi, Annisa menoleh pada Damar yang duduk di sampingnya, Annisa menyentuh lengan Damar pelan.“Mas, maafkan aku,” ucap Annisa.“Tak ada yang perlu dimaafkan,” ucap Damar dingin. “Aku tidak bermaksud untuk ...”“Sudahlah Annisa, aku tak mau membahas itu lagi!" sentak Damar. Pak Karyo yang sedang menyetir kaget mendengar Damar menaikkan suaranya pada Annisa. Terlihat Pak Karyo melihat mereka berdua melalui kaca spion.Sampai ke kantor
Read more

Bab 78

Bu Widya sedang duduk bersama Gendhis di taman belakang, sebenarnya setelah bertemu dengan Bu Wartini, Bu Widya ingin mengatakannya pada Gendhis bahwa ia bertemu dengan Farid, sejak pertemuan itu pandangan Bu Widya pada Farid mulai berubah. Jika saja Farid belum menikah tentu saja ia setuju Gendhis membina rumah tangga kembali atau melanjutkan proses ta’aruf beberapa tahun yang lalu.“Kelihatannya dia sudah jadi pengusaha kaya,” gumam Bu Widya tanpa sengaja. Gendhis yang mendengarkan hal itu menautkan kedua alisnya, menatap Bu Widya yang senyum-senyum sendiri dari tadi. “Dooooor!!!” iseng Gendhis mengagetkan Bu Widya yang sedang melamun. “Eh Farid udah kaya!” spontan kata-kata itu meluncur dari mulut Bu Widya, refleks Bu Widya menutup mulutnya. “Ma?” “Apa?” sahut Bu Widya pura-pura tak tau. “Mama ngomong apa barusan?” selidik Gendhis. “Ngomong apa? Mama ndak ngomong apa-apa kok, tadi kan Mama kaget aja gara-gara kamu,” sahut Bu Widya bedalih. “Habisnya sih Mama pakek melamun s
Read more

Bab 79

Gendhis memicingkan matanya, bukan untuk melihat nominal uang yang diberikannya, tetapi ia seperti mengenal pria itu.“Bang Farid?” gumamnya dengan bibir bergetar. “Benar dia Bang Farid,” ucap Gendhis seraya melongok ke luar jendela. Traffic light berubah warna menjadi hijau, mobil Farid bergerak, Gendhis segera melajukan mobilnya di tengah ramainya kendaraan.Ia terus mengawasi mobil Farid yang berada di depannya, mobil Farid melaju dengan lincah, menyalip mobil yang ada di depan, sehingga mobil Gendhis tertinggal jauh. “Ah lampu merah lagi,” gerutu Gendhis. Mobil Farid tak terlihat oleh pandangan Gendhis ditelan oleh keramain kendaraan yang berdesakan. ‘Lebih baik aku ke rumah Bag Farid yang dulu, benar, aku ke sana saja,' pikirnya. Gendhis memacu kembali mobilnya, siapa tau Farid masih tinggal di rumahnya yang dulu, entah apa yang dipikirkan Gendhis sampai ia harus mencari keberadaan Farid. Ia hanya kata menuruti hatinya, entah kenapa ia hanya ingin bertemu dengan Farid.Ketika
Read more

Bab 80

“Ya udah aku aja Tan, yang jadi istri kedua Damar, pasti aku akan memberikan cucu yang banyak untuk Tante,” ujar Clarissa yang sukses membuat darah Annisa mendidih. Bu Widya dan Clarissa tertawa bersama.“Cukup ! cukup! Hentikan” Teriak Annisa keras.Semua kaget mendengar teriakan Annisa yang tiba-tiba, Clarissa dan Bu Widya memandang Annisa tanpa berkedip.“Clarissa! Bisa-bisanya kau berbicara seperti itu, ketika aku istri Mas Damar, ada di sini!” “Ck, Ck, Annisa, Annisa, aku hanya bercanda, begitu saja kamu masukkan ke hati, tenang ... aku nggak akan ngerebut Damar darimu, asalkan...”“Kau cepat-cepat memberikan pewaris untuk keluarga ini, iya kan Tan?” sambungnya lagi. Bu Widya mengangguk membenarkan ucapan Clarissa.“Mama tega padaku, tega-teganya Mama memikirkan mencari istri untuk Mas Damar padahal aku masih bisa memberikan keturunan untuk Mas Damar, hanya belum waktunya saja, Ma.” Clarissa tergelak, “Annisa, Annisa, bisa-bisanya kamu percaya pada omonganku, aku hanya bercanda
Read more
PREV
1
...
678910
...
22
DMCA.com Protection Status