Beranda / CEO / Sekretarisku Jilbaber / Bab 61 - Bab 70

Semua Bab Sekretarisku Jilbaber : Bab 61 - Bab 70

214 Bab

Bab 61

Suara azan shubuh berkumandang di langit kota ini, Farid segera bangun dan dan menunaikan shalat shubuh.“Farid, maafkan Emak, mungkin Emak terlalu keras kepadamu, Mak gak mau kalau kejadian yang menimpa Emak terjadi juga padamu,” ucap Wartini seraya menyendokkan nasi goreng ke piring.“Ya Mak, Farid paham, Mak gak perlu minta maaf.”“Rasanya dihina gara-gara miskin itu sakit banget Farid, Emak gak sanggup selalu dihina oleh Eyangmu yang orang kaya itu. Makanya Emak minta cerai dari ayahmu, dan sakitnya lagi ayahmu tak mau mempertahankan kita, alasannya jika anak laki-laki surga ada di telapak kaki ibunya,” kenang Wartini sedih, netranya mengembun.Ayah Farid, Anwar, menikahi Wartini atas dasar sama-sama cinta, walaupun tak mendapatkan restu dari Ibunya Anwar, mereka tetap melaksanakan pernikahan di bawah tangan.Mereka pikir setelah punya anak Ibu Anwar akan berubah menerima Wartini, sampai Farid lahir pun Ibu An
Baca selengkapnya

Bab 62

Gendhis segera menandatangani surat persetujuan untuk melakukan tindakan operasi pada Farid. Gendhis juga sudah menghubungi Wartini Emaknya Farid agar segera datang ke rumah sakit.Setelah semua berkas ditandatangani oleh Gendhis, Farid segera dimasukkan ke dalam ruangan operasi dalam keadaan kesakitan.Gendhis dan Sandika menunggu Farid di depan ruangan tindakan operasi. Gendhis terlihat sangat khawatir, ia tak bisa duduk dengan tenang, ia mondar mandir di depan ruangan operasi.Sandika yang melihat Gendhis seperti itu, mencoba menenangkannya.“Mbak, sebaiknya Mbak duduk disini, tenangkan diri, Mbak, semoga suami Mbak gak kenapa-kenapa,” ucap Sandika merasa bersalah.“Maafkan saya Mbak Gendhis, karena saya, suami Mbak harus masuk ruangan operasi,” ucapnya lagi pelan.“Ini musibah Mbak, Mbak jangan merasa bersalah, sesuatu yang terjadi di muka bumi ini semua atas gerak Allah, kita tak bisa mengelaknya,” ucap Gendhis bijak.“M
Baca selengkapnya

Bab 63

Yang rindu sama Damar dan Annisa semoga terobati yahch!!“Ngapain lagi kamu kesini?!” ketus Wartini.“Saya hanya ingin melihat keadaan Mas Farid, Bu,” ucap Gendhis lembut.“Bi, Bibi kan cuma bermasalah dengan ibunya, anaknya kan tidak, sebaiknya Bibi bersikap baik sama Gendhis,” ucap Aisya pada Wartini.Wartini beralih pada Aisya, “Kamu tau apa Aisya? Berani menasehati Bibimu? Aku tidak akan merestui hubungan mereka, ngapain lagi dia kemari?!” Wartini tetap pada pendiriannya.“Saya masih bisa mengurus Farid, Belum jadi istri saja dia sudah lancang mengambil keputusan untuk Farid ketika di rumah sakit kemarin, bagaimana kalau sudah jadi suami mungkin kamu akan jadi babunya,” ucap Wartini menuding Gendhis.“Astagfirullah Bu, istighfar Bu, kenapa Ibu sangat membenci Gendhis? Kalau dia tidak langsung menandatangani surat persetujuan di rumah sakit itu, entah apa mungkin yang akan terjadi pada Farid,” ucap Farid yang masih berbaring di tempat tidur.Tiba-tiba pintu di ketuk seseorang, terd
Baca selengkapnya

Bab 64

Annisa segera mengangkat telpon dari ‘Cs’ tersebut dengan perasaan tak karuan, “Hallo, Assalamualaikum?”“Hallo?” Tak ada sahutan apapun.“Hallo?” Hening.Tiba-tiba saja telepon dimatikan, Annisa menggenggam erat ponsel Damar dan terduduk di ranjang, lalu ia menghapus log panggilan dari orang tidak dikenal tersebut.Pintu kamar mandi terbuka, Damar sudah selesai mandi, Annisa buru-buru meletakkan ponsel Damar di tas meja kerja kembali, kemudia ia duduk di tempat tidur.“Mas, aku boleh tanyak sesuatu gak?” tanya Annisa tenang.“Mau nanyak apa sayang?” tanya Damar sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.“Emm Mas pernah dihubungi oleh Clarissa gak?”Damar menghentikan aktivitasnya dan memandangi Annisa, kemudian ia menghampiri Annisa yang duduk di ranjang.“Annisa, berapa kali sudah kukatakan, jangan bahas tentang Clarissa lagi, kamu sekarang istri Mas, sedangkan Clarissa hanya masa lalu,” ucap Damar
Baca selengkapnya

Bab 65

Andina dan Cellin kembali diam, Annisa semakin gusar, apa sebenarnya yang mereka sembunyikan.“Ndin, pliiss aku tau pasti ada sesuatu yang kalian ketahui, beritahu aku, aku tidak akan mengatakan pada Pak Damar.“Demi aku Ndin,” ucap Annisa seraya memegang tangan Andina.Andina menghela nafas berat, sebenarnya ia tak ingin menceritakan apa yang ia ketahui pada Andina tapi Annisa sudah memaksa.“Sebenarnya beberapa hari yang lalu Clarissa datang ke kantor dan sepertinya menemui Pak Damar di kantornya.”Deg!Annisa terkejut dan membelalakan matanya. Ia tak menyangka Mas Damar masih berhubungan dengan mantannya, awalnya ketika Clarissa datang dan mengucapkan selamat di hari bahagia mereka. Wajah Annisa langsung berubah sedih.“Nis, Nis, lu lagi hamil Nis, jangan mikirin yang gak penting, aku gak tau keperluan Clarissa kemari apa, bisa jadi mereka mempunyai hubungan bisnis atau apa,”Andina menjelaskan dengan terburu-buru.“Nis, jangan dipikirkan ya, makanya aku ngerahasiain semuanya karen
Baca selengkapnya

Bab 66

Ting!Sebuah pesan di aplikasi hijau milik Annisa masuk. Hera mengirimkan pesan padanya.  Anisa cepat-cepat membuka pesan dari Hera, sebuah foto wanita sedang masuk ke ruangan Damar, ia memperbesar foto yang dikirim oleh Hera tersebut.  “Astaghfirullah!!”  Ia menutup mulutnya kaget, tangan Annisa bergetar memegang ponsel “Clarissa,” ucapnya lirih.  Bulir bening dari netranya jatuh begitu saja, ada rasa cemburu yang amat sangat ketika melihat wanita masa lalau Damara hadir kembali di kehidupan Damar.  “Iya, ini Clarissa, mengapa ia hadir lagi dalam kehidupan suamiku,” ucapnya sambil menangis.
Baca selengkapnya

Bab 67

“Mas ada yang ingin aku bicarakan,” ucap Annisa serius. “Em, biasanya kalau mau ngomong gak pernah minta izin dulu, ada apa sih?” tanya Damar.  “Sebelumnya aku minta maaf, Mas harus menjawab dengan jujur, apakah Mas masih mencintai Clarissa? Masih adakah sedikit rasa itu yang masih Mas simoanjauh dilubuk hati, Mas?”  “Annisa ada apa ini? Mengapa kau tiba-tiba menanyakan Clarissa?” tanya Damar heran.  “Mas mengapa masih berhubungan dengan perempuan itu?” tanya Annisa bergetar.  “Tenangkan dirimu dulu Annisa ... “  “Tidak! Aku gak menyangka Mas tega bertemu dengan Clarissa secara diam-diam di kantor, lalu aku Mas anggap apa?” Annisa menangis, airmatanya
Baca selengkapnya

Bab 68

“Bagaimana dengan bayi saya dokter?”Mereka kembali terlihat tegang, menunggu jawaban dari dokter tersebut. “Maaf Pak Damar, bayi anda dalam keadaan kritis, i ada di dalam inkubator,” ucap Dokter tersebut. Dokter segera berlalu. Lutut dan sendi Damar lemas, ia langsung terduduk, setelah mendengarkan dokter tersebut. Gendhis dan Bu Widya menangis berpelukan berharap ada keajaiban sehingga bayi yang baru dilahirkan oleh Annisa bisa melewati masa kritisnya. Damar masuk ke ruangan dimana Annisa dibaringkan, ia mencoba tersenyum melihat istrinya yang masih lemah. “Anakku dimana Mas?” tanya Annisa langsung. “Tenang Annisa, bayi kita masih dalam perawatan,” ucap Damar menyembunyikan kegelisahannya. “Apakah dia baik-baik saja, kenapa dirawat?” tanya Annisa mulai gusar.&nbs
Baca selengkapnya

Bab 69

Hari berlalu pernikahan Ryan dan Gendhis semakin dekat, entah kenapa Gendhis masih belum yakin dengan pernikahannya. Berkali-kali ia shalat tahajud dan istikharah semakin ia ragu akan pernikahan ini dilanjutkan. Hari ini ia menemui Ryan di Cafenya, ia datang bersama Annisa agar mereka tak berbicara berdua saja. Takut timbul fitnah karena mereka belum menjadi suami istri. “Nis, ini hari minggu, temani aku ya ke Cafe Ryan pliissss, mumpung kamu juga belum kerja,” ucap Gendhis memohon. “Eh Ukhti kok mau apelan sih, dah dulu dong, Ndis,” ucap Annisa. “Ya biarin dia ketemu calon suaminya, mungkin Gendhis kangen,” ucap Bu Widya tertawa kecil. “Bukan kok Ma, ada hal yang mau aku omongin ke dia, tentang pernikahan kita Ma,” ucap Gendhis mengedipkan matanya ke Annisa. Niat hati Gendhis ini mengatakan padaRyan, ia ingin m
Baca selengkapnya

Bab 70

Hari ini hari pertama Annisa bekerja lagi sebagai sekretaris di kantor Damar, setelah sekian purnama ia tak lagi bekerja terkadang ada rasa rindu bertemu dengan pekerjaan yang tak habisnya, bertemu teman-teman sekantor. Selama menikah Annisa hanya menghabiskan waktu di rumah, sebenarnya ia tak ingin bekerja lagi, tetapi karena ia mendengar Clarissa sudah mulai gencar mendekati Damar, ada baiknya jaga-jaga. Beberapa hari yang lalu Hera sudah di pindahkan ke bagian pegawai HRD, dan sebagai gantinya Annisa yang akan menjadi sekretaris, Damar suaminya sendiri. Annisa dan Damar turun dari mobil, Pak Karyo masih setia menyupiri Damar. Annisa tersenyum mengingat awal-awal ia bekerja dahulu, pria di sampingnya yang dulu menjadi Bosnya, memperlakukan Annisa seenaknya. “Kok senyum-senyum?” tanya Damar. “Emang kelihatan aku lagi senyum?” “I
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
22
DMCA.com Protection Status