Beranda / CEO / Sekretarisku Jilbaber / Bab 181 - Bab 190

Semua Bab Sekretarisku Jilbaber : Bab 181 - Bab 190

214 Bab

Bab 181

Air mata Rania menetes, ia kembali ke meja makan dan menutup makanan yang telah ia siapkan untuk Dirga. Rania termenung, andai saja dulu Dirga tidak ditukar, mungkin dia tidak akan begini, karena terbiasa hidup enak Dirga jadi tidak terbiasa hidup susah. Rania terpekur duduk di kursi, tiba-tiba Surendra bangun ia langsung ke kamar mandi dan mencuci mukanya. Kemudian ia kembali lagi, kemudian mengambil sarapan dan segelas teh yang telah disiapkan untuk Dirga.“Ini punya Dirga Bang, punyamu di dapur belum aku siapkan,” ucap Rania, menarik kembali piring tersebut.“Ah, sama aja kan? Sini nasi gorengnya aku laper,” ucap Surendra merebut piring tersebut dengan paksa. Rania tidak berkutik. Surendra makan dengan lahap, Rania menatap suami tak berguna ini, ia jadi kepikiran apa yang diucapkan oleh Dirga semalam, mengapa dia tidak minta berpisah saja dengan Surendra. Bertahun-tahun hidup dengan Surendra membuat ia semakin tersiksa dengan kelakuan suaminya. Surendra acuh saat ditatap oleh R
Baca selengkapnya

Bab 182

“Kau tidak ingat padaku?” tanya wanita itu, memandang Surendra dengan ekor matanya.“Masih Bu, Bu Clarissa! Mengapa tak memberi tahuku jika Ibu mau datang ke sini, jadi saya bisa mempersiapkan penyambutan untuk Ibu, silahkan duduk Bu,” ucap Surendra agak kikuk. "Bagus kalau kamu masih ingat."Surendra mempersilahkan Clarissa untuk duduk. Kanaya dan Rania mengintip mereka dari pintu dapur, melihat heran pada wanita cantik yang datang ke rumah mereka. Tapi Clarissa tak mau duduk, ia tetap saja berdiri.“Bu, dia siapa ya? Apa dia simpanan Ayah? Apa wanita itu yang selalu memberikan Ayah uang?” tanya Kanaya pada Ibunya sambil terus memperhatikan Clarissa.“Nggak tahu, tapi sepertinya bukan, wanita ini kalau nggak salah dalang dibalik penukaran bayi Raka dan Dirga beberapa tahun yang lalu,” ucap Rania.“Oh aku baru ingat Bu, sepertinya memang dia, mengapa kita ngakak lapor ke polisi saja?” ucap Kanaya. "Tidak bisa, buktinya nggak ada, kita cuma orang miskin, orang kaya lebih berkuasa, j
Baca selengkapnya

Bab 183

Pagi menyingsing, rumah Pak Danuarta kini sudah terlihat sibuk. Raka kini sudah terbiasa dan sudah bisa menyesuaikan diri dengan keluarga itu. Ia sudah mulai dekat dengan Annisa dan Damar tak canggung lagi.Tapi terkadang ia masih juga membantu menyiram tanaman, kini Annisa tidak melarangnya lagi, tidak ada salahnya juga orang kaya bekerja, malah lebih bagus, walaupun sudah menjadi orang kaya Raka tetap menjadi anak yang rendah hati. Semua orang di rumah itu sangat menyayangi Raka.Annisa juga sudah mendatangi klinik tempat Raka dilahirkan dahulu, Annisa sudah berusaha meminta hasil rekaman CCTV pada saat itu, tapi pihak rumah sakit mengatakan rekaman tersebut sudah tak ada lagi, karena yang bekerja di bagian teknis juga sudah berganti orang. Apa lagi kejadiannya sudah sangat lama. Mereka mengatakan mungkin file nya sudah tidak ada lagi, entah mungkin hilang atau bagaimana tidak tahu pasti. Seharusnya rekaman itu masih ada, apa mungkin ada seseorang yang mengambil rekaman itu. Annis
Baca selengkapnya

Bab 184

“Papa!” Damar memanggil Papanya. Kemudian Damar membisikkan kalimat tauhid di telinga sang Papa.Dokter melepaskan alat yang terpasang di tubuh Pak Danu, kemudian Dokter menggunakan alat kejut jantung sampai beberapa kali. Hingga tubuh Pak Danu terangkat, Damar memalingkan wajahnya tak sanggup melihat Pak Danu. Tapi sepertinya nyawa Pak Danu tidak bisa tertolong lagi. Dokter menggelengkan kepalanya. pertanda Pak Danu tidak bisa lagi diselamatkan.“Maaf Bu, kami sudah berusaha semampunya tapi Allah berkehendak lain, saya turut berduka cita Bu,” ucap Dokter tersebut. “Innalillahi wainnailaihi Raji’un,” ucap Damar. Damar mengusap wajah Pak Danu, Pak Danu terlihat tenang dan seperti orang yang sedang tidur. Damar melipat tangan Pak Danu dan menutup wajahnya.“Pa, Papamu Damar, Papamu...” ucap Bu Widya histeris sambil memeluk jasad suaminya yang sudah terbujur kaku. "Papa!" pekik Bu Widya.Bu Widya terus menangis dan meratap. Gendhis dan juga Annisa masuk ke dalam ruangan terkejut menden
Baca selengkapnya

Bab 185

“Permisi Bu, kami dari kepolisian, ingin mencari Surendra, apakah Pak Surendra ada Bu?” Rania kaget saat melihat dua orang berseragam polisi sedang berdiri di depan pintu rumahnya. Rania terlihat gugup.“Siapa Bu?” tanya Dirga.“A-ada perlu apa ya Pak?” tanya Rania agak ketakutan.“Kami diperintahkan oleh atasan untuk membawa Pak Surendra ke kantor, ia surat penangkapannya,” ucap salah satu polisi tersebut. Polisi itu menyerahkan Selembar surat yang berisi perintah penangkapan untuk Surendra. Rania mengambilnya dan membaca isi suratnya, di dalam surat tersebut ada nama Surendra.Rania melihat ke arah belakang, menatap suaminya yang masih mabuk Karena Barus saja habis minum. Dirga menghampiri Rania dan mengambil kertas itu dari tangan Rania. Kemudian ia membacanya.“Masuk aja Pak, dia ada di dalam, Sedang teler,” ucap Dirga.“Dirga?” ucap Rania.“Jadi harus bagaimana Bu, Ayah memang bersalah mungkin, tidak mungkin kita menyembunyikannya dari polisi,” ucap Dirga. Kemudian dua orang pol
Baca selengkapnya

Bab 186

POV Raka Kini aku sudah tinggal di rumah besar ini, rumah besar yang dulu hanya aku lihat saja dan aku mengagumi rumah besar ini, berharap suatu saat aku bisa memiliki rumah besar seperti ini. Kemudian aku juga begitu menghormati Bu Annisa dan Pak Damar yang dulunya mereka adalah majikan Ibu Rania dan aku. Aku pikir aku hanya anak orang miskin yang tidak punya masa depan. Tapi ternyata akui adalah anak orang kaya.Tapi ternyata akulah anak kandung mereka, aku benar-benar tak habis pikir, mengapa Bapak Surendra tega menukar anak kandungnya dengan aku. Apa maksudnya hingga dia tega memisahkan anaknya Dirga dengan Ibu kandungnya?Sikap Dirga kini telah berubah, saat dia kecil ia tak seperti itu, dia begitu baik padaku. Tapi setelah ia besar, Dirga berubah aku tak tahu mengapa, dia menjadi angkuh dan sombong. Apa lagi saat mengetahui rahasia besar ini Dirga seperti tak suka padaku. Ia seperti sangat membenci diriku.Padahal bukan aku yang mencari tahu siapa Ibu kandungku, tapi Ibu Annis
Baca selengkapnya

Bab 187

Setelah ayah dan ibuku pulang ke Indonesia, aku melanjutkan kuliahku di sini, di Negeri orang tanpa keluarga teman-temanku. Aku harus bisa hidup mandiri di sini mengerjakan semuanya sendiri.Biaya hidup di sini sangatlah mahal, untuk sewa apartemen saja sampai kurang lebih 1000 dolar per bulan, itu pun apartemen yang tidak terlalu mewah, lain halnya uang semesteran, belum lagi untuk makan, listrik, gas dan lain-lain.Aku pikir aku harus berhemat di sini jadi aku memasak sendiri makanan dan berbelanja sendiri. Jika harus membeli makanan yang sudah jadi, aku takut jika kehalalannya tidak terjaga.Kemarin aku baru saja berbelanja keperluan untukku dalam seminggu ini, karena aku tak bisa jika tak makan nasi jadi aku membeli beras dan telur, jadi jika kepepet tinggal ceplok telur saja, beres.Aku belum mengenal room mate aku yang berada di apartemen ini, kami belum sempat berkenalan, apartemen tempat aku tinggal ada lima lantai. Yang aku tahu ada warga Kanada dan Mexico yang tinggal di si
Baca selengkapnya

Bab 188

Aku masih berdiri melihat gadis itu berjalan meninggalkan aku, dia itu sombong atau bagaimana ya? Tapi aku suka gayanya, dia tak terlihat gampangan, ia juga tak pernah dekat dengan seorang pun di kampus. Bahkan, ia sering menyendiri di kampus.Setelah ia tak terlihat lagi, aku pun turun ke lantai dua, di mana kamarku berada.“Huuffft, cape juga, setelah joging harus naik tangga pula, mana bawa barang berat lagi,” gerutuku. Setelah istirahat sebentar kurebahkan tubuhku di sofa, sambil mendengarkan musik yang ku putar dari ponselku. Karena lelah akhirnya aku pun tertidur dengan pulasnya.Beberapa saat kemudian aku terbangun ketika mendengar bunyi bel. Ah, ternyata lama juga aku tertidur, hampir Zuhur. Aku bangkit dari dudukku berjalan dengan malas ke arah pintu, siapa gerangan yang siang-siang begini? Kemudian aku membuka pintu, ada seorang gadis yang berdiri membelakangiku. Kemudian ia berbalik.“You?” Aku terkejut saya melihat siapa yang datang.“Aku bawakan makanan untukmu. Karena
Baca selengkapnya

Bab 189

“Jean... aku pusing,” ucapku lagi. Jean memapahku masuk ke dalam rumahnya, aku menurut saja karena aku memang sangat pusing. Melewati teman-teman yang lain sedang berjoget dengan musik yang menghentak-hentak. Aneh sekali, orang tuanya memberikan izin pada Jean untuk membuat party di rumahnya.Mataku samar-samar melihat Jean membawaku ke sebuah ruangan. Oh tidak, ini sepertinya kamar Jean. Apa yang akan dilakukan oleh Jean? Apa dia hendak menjebakku. Walaupun aku pusing tapi pikiranku masih waras.“Istirahatlah Raka,” ucap Jean. Ia membaringkan aku di sebuah ranjang. Kemudian ia mengunci pintu kamarnya. Kamar itu bernuansa soft pink dan biru muda. Kamar Jean begitu luas dan juga wangi. Kemudian Jean duduk di sampingku.“Aku pijit kepalamu ya, biar pusingku reda,” ucapnya Aku tak menyahut, walaupun aku sedang pusing tapi aku sedang memikirkan bagaimana caranya bisa keluar dari kamar ini, sementara aku tak bisa berjalan karena pusing. Aku memejamkan mata, sementara Jean memijiti keni
Baca selengkapnya

Bab 190

Maksud Jean aku perkasa? Aku tidak melakukan apa pun dengannya. Maksudnya aku tidur dengannya saat itu. Em, enak saja, aku tak pernah tidur dengannya, dia yang menjebakku, untung Briana datang, kalau saja tidak, mungkin entah apa yang akan terjadi.“Apa maksudmu? Aku tidak melakukan apa pun denganmu Jean?” “Ah, ngapain malu sih, kita kan sudah melakukannya semalam,” ucap Jean. Aku tertawa, em, ternyata menggiring opini teman-teman agar mereka mengira aku sudah tidur dengan Jean. “Aku tidak melakukan apa pun dengan Jean,” ucapku santai. Kemudian aku pindah duduk ke kursi lain, teman-teman yang lain tersenyum penuh arti padaku. Apa lagi beberapa teman laki-laki yang ikut ke pesta Jean. Aku tak peduli lagi tentang Jean, yang penting kini aku harus lebih berhati-hati lagi dengan mereka. Mungkin benar aku terlalu polos. Padahal ayah dan ibu sudah mengingatkan aku agar berhati-hati di negara orang. Adat dan kebiasaan di sini sangat berbeda dengan di Indonesia, jika sampai salah bergaul b
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
171819202122
DMCA.com Protection Status