Beranda / CEO / Sekretarisku Jilbaber / Bab 161 - Bab 170

Semua Bab Sekretarisku Jilbaber : Bab 161 - Bab 170

214 Bab

Bab 161

Kemudian Rania pulang ke rumahnya dengan perasaan tak tenang, lagi-lagi Rania memikirkan pertanyaan-pertanyaan Annisa yang membuat dia gelisah. Rania yang sedang memasak pun tertegun, ia mulai resah, dengan rahasia yang selama ini ia simpan. Apa aku harus jujur saja ya? Apa aku harus memberi tahu Bu Annisa? ucap Rania dalam hati. Jika ia jujur nanti bagaimana dengan Dirga? Kemudian Raka muncul, ia berdiri sambil menatap Rania.“Bu, Bu?” Panggil Raka yang keheranan melihat Rania yang melamun sambil memasak dengan kompor yang masih menyala.“Ah, eh, i-iya, ada apa Ka?” tanya Rania terbata. Ia memperbaiki posisinya.“Kok Ibu melamun sambil memasak, lihat tuh, sambelnya hampir gosong,” ucap Raka sambil menunjuk kuali yang berasal kerena dibiarkan oleh Rania.“Astagfirullah!!” Rania baru sadar ternyata cukup lama ia termenung. Gegas ia mematikan kompor dan mengaduk sambalnya agar tidak gosong. “Ya Allah, untunglah ada kamu Raka, kalau enggak Ibu keterusan melamun nya, untung saja sambaln
Baca selengkapnya

Bab 162

Annisa meninggalkan Rania, yang sedang menyiram tanaman, ia semakin yakin akan menyelidiki semua ini, banyak kejanggalan yang setelah ia pikir-pikir agak aneh. Tentang Dirga, yang tingkahnya tidak mencerminkan dirinya atau juga Damar, tentang kepintaran yang dimiliki oleh Dirga, bahkan di bawah standar.Wajah Dirga yang tidak mirip sama sekali dengan Damar dan banyak lagi kejanggalan yang kini baru ia sadari.Kemudian Raka yang agak mirip dengan Damar, jika diperhatikan dengan seksama Raka memang mirip dengan Damar, mungkin jika remaja itu dipakaikan jas dan berpakaian rapi mungkin akan terlihat mirip dengan Damar.Kemudian, sikap Rania juga agak aneh ketika Annisa mulai menanyakan tentang Raka.Annisa mulai tak tenang dan gelisah, jadi jika Dirga bukan anaknya, siapakah anaknya yang sesungguhnya? Mungkinkah Raka? atau orang lain, dan entah dimana dia berada.Kemudian Annisa pergi menemui Gendhis di cafenya, ia ingin membicarakan hal ini pada Gendhis, Annisa tak bisa berpikir jika s
Baca selengkapnya

Bab 162

Annisa masih duduk bersama Gendhis di Cafenya.“Jadi gimana Nis rencananya?” tanya Gendhis.“Kita tes DNA dulu, jika terbukti nanti barulah aku memberi tahu Mas Damar, supaya dia juga percaya dengan ucapanku berdasarkan bukti, doa kan ya Ndis, semoga berjalan lancar,” ucap Annisa sambil menatap Gendhis.“Tolong rahasiakan dulu ya Ndis, Cuma kamu yang tahu hal ini,” ucap Annisa sebelum pulang. Gendhis mengangguk.“Ya sudah, aku pulang dulu ya Ndis, Assalamualaikum,” ucap Annisa. Gendhis menjawab salam Annisa, ia turut prihatin atas apa yang menimpa sahabatnya itu, ia tak menyangka ternyata ucapan Farra waktu itu, membuat Annisa benar-benar menyelidikinya, sehingga kebenaran pun terungkap walaupun belum ditemukan titik terangnya. “Kasihan Annisa, siapa yang tega menukar bayinya saat itu, ini pasti perbuatan seseorang yang tak suka pada Annisa dan Kak Damar,” ucap Gendhis bermonolog. Ia masih berdiri melihat Annisa yang berjalan keluar dari Cafenya.Annisa pulang ke rumah, ia bersikap b
Baca selengkapnya

Bab 164

Tak lama kemudian Damar pulang, seperti biasa Annisa mencium punggung tangan Damar dan mengambil tas dari tangan Damar. “Capek sayang?” tanya Annisa. “Hmm.” Damar membuka dasinya dan duduk di ranjang, wajah Damar terlihat sangat lelah, mungkin banyak yang ia kerjakan saat di kantor tadi.Damar merebahkan tubuhnya sejenak, tidak mungkin kan Annisa meminta memotong kuku suaminya disaat begini, mungkin saat dia tidur nanti, ya, benar pikir Annisa. Setelah makan malam, Annisa sebenarnya tak ingin merahasiakan ini semua dari Damar, tapi Annisa takut jika ia mengatakan hal ini, Annisa disangka sedang ngawur, lebih baik saat hasil tes DNA itu keluar Annisa akan menjelaskan semuanya pada Damar. Entah bagaimana tanggapan Damar jika ia sampai mengetahui hal itu, karena Damar begitu menyayangi Dirga begitu juga dengan Bu Widya dan Pak Danu, mereka begitu menyayangi Dirga bahkan mereka cenderung memanjakan Dirga. Malamnya sebelum tidur Annisa sengaja mengelus-elus rambut Damar, sambil berca
Baca selengkapnya

Bab 165

“Apa yang akan kau tanyakan Nak?” tanya Rania.“Aku mau menanyakan saat Ibu menangis saat itu, apa yang ingin Ibu katakan? Apakah aku bukan anak kandung Ibu?” tanya Raka. Rania kaget dengan pertanyaan yang diajukan oleh Raka. ternyata Raka bisa menebaknya, padahal selama ini Rania selalu bersikap baik pada Raka.“Mengapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu?”tanya Rania.“Karena Sepertinya saat itu Ibu ingin mengatakan hal itu, tapi tidak jadi karena Bapak menghalangi, apa benar Bu?” Rania diam, sesungguhnya semua yang dikatakan oleh Raka adalah benar.“Bu?” Raka kembali menunggu jawaban dari Rania. Kemudian Kanaya tiba-tiba keluar dari kamar, ia berdiri dan menatap tajam pada Raka.“Benar, kau bukan anak kandung Ibu, akulah sebenarnya anak kandung Ibu, kamu hanya anak pungut,” ucap Kanaya tajam.“Naya!” sentak Rania.“Kenapa? Sampai kapan Ibu ingin menyembunyikan ini semua dari Raka? Dia memang bukan anak kandung Ibu sama Bapak, kamu Cuma anak yang ditukar dengan adik kandung ku!” peki
Baca selengkapnya

Bab 166

Raka membersihkan rumah sesekali melirik Rania yang ada di depannya, tak ada suara apa pun, hening. Kemudian Raka bangkit dan menghampiri Rania. “Bu, maafkan aku, walaupun Ibu bukan Ibu kandungku, tapi aku tetap sayang pada Ibu, tapi Bu, mengapa kita harus pindah? Apakah aku masih bisa sekolah? Pekerjaan Ibu bagaimana?” tanya Raka.“Ibu nggak tahu, ikuti saja ucapan Bapak,” ucap Rania. Raka kini tak tahu harus ke mana, mau tak mau ia harus ikut juga pindah bersama Rania dan Surendra. Tapi, jika harus mengorbankan sekolahnya Raka akan bertahan hidup sendiri, lagi pula diam-diam Raka sudah punya tabungan dari mengajar privat Dirga, walaupun tak begitu banyak tapi setidaknya cukup untuk hidup sendiri.Malam harinya sebuah mobil truk besar datang, Surendra dan beberapa temannya segera mengangkat barang-barang yang sudah dirapikan dari tadi.Setelah semua selesai, mereka segera berangkat ke kontrakan baru, entah dimana, hanya Surendra yang tahu, Rania juga sudah pasrah dengan keadaan. Ji
Baca selengkapnya

Bab 167

Setelah Dirga berangkat ke sekolah, Annisa berniat akan ke rumah Rania, kebetulan Annisa sudah tahu di mana rumah Rania. Saat Rania sakit.Tapi sebelum itu dia akan akan ke rumah sakit dulu untuk mengambil hasil tes DNA, gegas Annisa naik ke lantai dua rumah sakit dan bertemu dengan Kepala LAB yang menangani tes DNA milik Annisa Minggu lalu. “Bagaimana Bu apa hasilnya sudah keluar?” tanya Annisa. “Sudah Bu, ini hasilnya, jika ada yang ibu tidak mengerti tanyakan pada saya,” ucap Kepala Lab perempuan itu.Annisa membuka hasil Lab yang telah keluar itu, tangannya bergetar karena ia takut ternyata hasilnya tidak sesuai dengan yang dia inginkan. Annisa membuka hasil tesnya atas nama Dirga dan Damar, kemudian Annisa membacanya dengan seksama. Di akhir surat Annisa membacanya dengan suara pelan. “... Jadi dapat disimpulkan Bahwa Dirgantara Damar Wijaya dan Damar Hardana Wijaya tidak memiliki kesamaan DNA atau negatif...” Annisa menutup mulutnya, ternyata anak yang ia asuh saat ini adala
Baca selengkapnya

Bab 168

Gegas Annisa dan Damar melangkahkan kakinya keluar kantor. Annisa mengimbangi langkah kaki suaminya yang lebar-lebar."Nisa!" panggil Andina.Andina kini sudah menikah dan mempunyai anak, tapi dia masih bekerja di kantor Damar. Annisa menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Andina setengah berlari mendekati Annisa. "Nis, apa kabar? Gue kangen banget sama lu," ucap Andina."Alhamdulillah, sehat bagaimana keadaan kamu?""Aku juga sehat, kok nggak ngasih kabar, kalau mau datang kemari atau kenapa nggak mampir ke ruangan aku?"Damsar menunggu Annis dan meliriknya berkali-kali. Memberikan isyarat agar cepat dengan lirikan matanya."Maaf, aku terburu-buru, ada urusan sedikit, aku pergi dulu ya, lain kali aku datang lagi, Mas Damar udah nungguin aku, sampaikan salam ku pada Cellin ya!" ucap Annisa, tanpa menunggu jawaban dari Andina, kemudian Annisa segera berlalu mengikuti Damar yang sudah lebih dulu pergi ke mobilnya. Kemudian mereka naik ke mobil Damar dengan terburu-buru.Setel
Baca selengkapnya

Bab 169

Malam kian beranjak, Damar sudah tidur dari tadi tapi Annisa tidak bisa memejamkan matanya, bayangan Raka terus membayangi malamnya. Ia terus teringat akan anak itu, di mana Raka sekarang? Apa dia sudah makan atau belum? Apakah dia sehat atau tidak? Apakah dia baik-baik saja?Annisa bangun kemudian mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat untuk menenangkan hatinya, ia berdoa semoga Allah memudahkan jalannya dalam mencari Raka. Kemudian setelah selesai sholat ia merebahkan tubuhnya di samping Damar.“Maaf Mas, jika semua ini harus terjadi,” ucap Annisa. Pagi-pagi Annisa sengaja mengantarkan Dirga ke sekolahnya, sekalian melihat keberadaan Raka, siapa tahu dia muncul di sekolah. “Mi, kenapa harus diantar sih, biasanya juga Pak Supir yang mengantarnya,” ucap Dirga. “Ummi mau lihat Raka, siapa tahu dia ke sekolah hari ini.”“Raka nggak sekolah lagi Mi, dengar-dengar dia sudah pindah jauh, kemarin Zahra mengatakan begitu, baguslah setidaknya dia nggak dekat-dekat lagi sama Zahra,” u
Baca selengkapnya

Bab 170

Rania menetralkan raut wajahnya, agar terlihat biasa, “Mari masuk Bu, Pak, maaf rumahnya berantakan begini,” ucap Rania. Surendra juga menetralkan raut wajahhya, mereka harus bersikap senormal mungkin. Menutupi rasa gugupnya karena tiba-tiba kehadiran Annis dan Damar tanpa di duga.Damar dan Annisa masuk dan duduk di ruang tamu beralaskan ambal yang sudah tua. Annisa melihat sekeliling rumah, ruangannya tidak begitu luas, tidak ada perabotan apa pun kecuali sebuah TV yang sudah usang.“Rania bagaimana kabarmu?” tanya Annisa. Ia juga bersikap seperti biasa, tidak mungkin datang-datang langsung menanyakan tentang prihal Raka.“Alhamdulillah sehat Bu, Ibu bagaimana?” “Alhamdulillah sehat Ran.” Sesaat semua terdiam.“Rania ... dima...” “Mas!” Annisa segera memotong ucapan Damar, kemudian menggeleng. Damar pun tidak jadi meneruskan ucapnya. Surendra menyalakan rokoknya sambil melirik pada Damar. “Bu maafkan saya, tidak memberi tahu Ibu kalau kami sudah pindah rumah, kami mendadak pinda
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
22
DMCA.com Protection Status