Beranda / CEO / Sekretarisku Jilbaber / Bab 151 - Bab 160

Semua Bab Sekretarisku Jilbaber : Bab 151 - Bab 160

214 Bab

Bab 151

Esok harinya Rania datang lebih pagi, ia tak mau terlambat lagi seperti hari pertama bekerja. Ia harus bisa mengambil hati Bu Widya yang galak itu. Karena terlalu pagi bangun dan beberes Rania membangunkan suaminya. Ia bangun dan pergi ke dapur tak biasanya pagi buta begini Rania sudah bangun dan memasak.Surendra mengucek matanya dan menuju dapur mungil itu dengan setengah mengantuk."Bising banget sih Ran? pagi-pagi udah ribut aja, ini masih terlalu pagi," ucap Surendra kesal. Rumah petak itu akan terdengar jelas jika ada yang membuat kebisingan, selain hanya berdindingkan triplek tipis ditambah lagi karena rumah itu hanya sepetak, sehingga terdengar jelas ke kamar tidur."Iya Mas, aku harus bekerja, kebetulan kemarin kau mendapatkan pekerjaan baru, majikannya agak galak, jadi harus tempat waktu, jangan seperti kemarin telat," ucap Rania sambil terus mengaduk sayur kangkung yang ia tumis dengan bawang cabai. Wangi ikan asin digoreng menyeruak ke seluruh penjuru rumah itu."Kerja apa
Baca selengkapnya

Bab 152

Raka duduk termenung di depan rumah, menikmati guyuran hujan siang ini, hari ini ia sedang tak enak badan, sehingga dia tak ikut sang Ibu bekerja ke rumah Dirga. Sebentar lagi tahun ajaran baru akan segera dimulai, ia tak bisa melanjutkan sekolahnya ke tingkat SMP. Kerena waktu itu Ibunya mengatakan tak sanggup membiayai sekolahnya.Kini ia baru berpikir mengapa Kanaya selalu mengatakan dia bukan adiknya, sedangkan Surendra terkesan tak perduli padanya, hanya Rania yang sayang pada padanya dan memperhatikannya.Apakah dia bukan anak kadung dari Ayahnya? Mungkinkah dia hanya anak sambung dari Surendra? Ia ingin menanyakan hal ini pada Rania, tapi urung, karena ia berpikir mungkin Surendra memang begitu, untuk bekerja keras saja dia enggan apa lagi untuk memperhatikan anaknya.Jika Kanaya mengapa ia selalu mengatakannya bukan adiknya? Ada apa ini, haruskah Raka bertanya pada Ibunya tentang hal ini. Kemudian ada satu hal lagi yang mengganjal di pikirannya, mengapa Rani tak mau menyekolah
Baca selengkapnya

Bab 153

Annisa menatap Dirga, kira-kira hal apa yang ingin Dirga sampaikan padanya."Iya, mau ngomong apa sih? Kok kelihatannya serius sekali, ngomong di sini saja, mau cerita apa sih kok Umi jadi penasaran," ungkap Annisa. Pak Dan Bu Widya pun kini menatap Dirga.Akhirnya Dirga duduk dan mengutarakan maksudnya," Ummi, ini soal Raka, Dirga merasa kasihan padanya, tadi Durga menanyakan kepadanya, apakah dia melanjutkan sekolahnya atau tidak," ucap Dirga menggantung ucapannya."Terus?" tanya Annisa penasaran."Dia tidak melanjutkan sekolahnya Mi.""Jadi?" tanya Bu Widya agak sinis."Maukah Umi membantu Raka, entah kenapa aku kasihan melihatnya, ia begitu ingin bersekolah Mi," ucap Dirga melanjutkan.Bu Widya yang memang dari awal tak suka melihat Dirga bermain dengan Raka, tentu saja tak setuju."Ibunya kan ada, Bapaknya juga masih sehat, apa bukan alasannya saja itu, pura-pura nggak aja nggak melanjutkan sekolah biar dibantu sama kita, "ucap Bu Widya."Ma, jangan su'udzon begitu lah, udah baik
Baca selengkapnya

Bab 154

3 tahun kemudian. Raka kini telah menyelesaikan SMP nya, ia juga mendapatkan nilai tertinggi saat itu, oleh karenanya Annisa akan menyekolahkan Raka kembali sampai tingkat SMA. Damar juga setuju akan hal itu. “Raka, ibu akan menyekolahkan kamu kembali sampai kamu selesai SMA, Ibu berharap kamu bisa menjadi orang yang sukses kelak,” ucap Anisa tulus. Entah kenapa ia begitu sayang pada Raka, padahal Raka hanya anak dari seorang Asisten Rumah Tangga di rumah itu.“Terima kasih Bu, entah dengan apa aku akan membalas kebaikan ibu dan Bapak sekeluarga, aku benar-benar bersyukur bisa melanjutkan sekolahku, Terima kasih Bu,” ucap Raka terharu, ia tidak menyangka ia bisa mendapatkan majikan yang sangat baik. Rania sampai terharu melihatnya, seharusnya mereka Memeluk Raka karena Raka lah anak kandung mereka sesungguhnya. Tapi tidak Raka menjadi orang asing di rumahnya sendiri.“Maafkan aku Bu Annisa, aku belum punya nyali untuk mengakui Semuanya,” lirih Rania dalam hati. Bagaimana pun ia mera
Baca selengkapnya

Bab 155

Sekolah SMA Bina Bangsa Sebuah motor gede berhenti di parkiran sekolah Bina Bangsa itu, Dirga memang menjadi idola kaum hawa karena mereka mengetahui kalau Durga adalah anak sultan, anak sang CEO. Jika soal tampan Dirga tak begitu tampan hanya saja penampilannya membuat ia terlihat gagah dan berkelas, sikap dinginnya itu membuat kaum hawa tergila-gila untuk mendapatkan hatinya. Ia membuka helmnya dan mengibaskan rambutnya agar tidak lepek dan kusut. Semua mata tertuju pada Dirga. Ia begitu mempesona. Ia berjalan menuju kelasnya dengan mengangkat dagunya tak lupa kaca mata hitam ia kenakan agar terlihat lebih menawan.Anak-anak kelas sepuluh berteriak histeris saat sang idola sekolah itu lewat menuju kelasnya."Dirga!!!" "Dirga! aku padamu!""Dirga, aku mau jadi pacarmu!"Begitulah cewek-cewek terus berteriak sambil loncat-loncat tak karuan, bak cacing kepanasan. Namun, sang idola tetap cuek, ia terus berjalan ke kelasnya tanpa mengindahkan panggilan dari mereka, kebetulan sekali Ra
Baca selengkapnya

Bab 156

Dari pertemuan itu membuat Zahra dan Raka dekat, Raka juga menceritakan bahwa dia masuk ke sekolah ini karena orang tua Durga yang menyekolahkan dia."Ibu aku bekerja di rumahnya sudah lama, sehingga aku sering main bersama Dirga, keluarga mereka baik hati jadi aku disekolahkan sampai ke jenjang SMA. Kalau Ibu aku mana sanggup menyekolahkan ku di sekolah elit begini," ucap Raka sambil memperhatikan sekeliling sekolah."Kalau boleh aku tahu, yang mana yang namanya Dirga?" tanya Zahra."Dirga yang duduk di sebelahku, yang ganteng," ucap Raka terkekeh. Zahra mengangguk-angguk, sambil mengingat-ingat Dirga yang mana, ia baru saja masuk tadi pagi, dia tidak bisa menghapal semua wajah di kelas itu.Bel berbunyi!Gegas Raka dan Zahra mengembalikan buku ke tempatnya, tapi segera beranjak ke kelas. Dirga yang sudah dari tadi masuk ke kelas, mengernyitkan dahinya, mengapa Raka Zahra masuk bersama? Ia seperti tak suka. Pelajaran hari ini berjalan lancar, Raka tetap yang paling menonjol di kelas
Baca selengkapnya

Bab 157

Rania masuk ke dalam, dengan perasaan kesal, ia segera menemui Raka yang ada di dapur. Ia baru selesai mencuci piring dan sedang menanak nasi, Rania tertegun melihat Raka yang begitu sayang padanya, ia tahu Ibunya capek-capek bekerja jadi ia membantu Rania walau hanya sekedar mencuci piring, Kanaya yang anak kandungnya saja tidak begitu, bahkan Kanaya hanya peduli pada dirinya sendiri. Niat hati Rania ingin memarahi Raka, karena telah memberitahu Surendra di mana mereka bekerja. “Eh Bu udah pulang, ngagetin aja tiba-tiba berdiri di situ?” ucap Raka agak kaget. “Iya, baru... aja pulang, kamu udah lama pulangnya?” tanya Rania. “Udah Bu, ni nasinya, udah Raka masakin, aku bingung mau masak lauk apa Bu untuk makan malam,” ucap Raka menggaruk-garuk kepalanya bingung.“Ya sudah biar Ibu saja, dengan mencuci piring dan nasinya sudah dimasak saja sudah sangat membantu Ibu, ya udah sana mandi, biar Ibu yang masak lainya,” ucap Rania tersenyum. “Oke Bos!” ucap Raka mengangkat tangannya se
Baca selengkapnya

Bab 158

Sekolah SMA Bina Bangsa Pagi-pagi sekali Raka sudah tiba di sekolah Bina Bangsa, ia begitu bersemangat untuk ke sekolah hari ini.“Eh, anak pembantu udah punya motor lu Ka?” sapa seorang teman sekelasnya, ia sudah terbiasa dipanggil begitu oleh teman sekelasnya. “Alhamdulillah, udah, Cuma motor bekas, tapi masih bagus,” ucap Raka. “Ah, klo gue motor kayak gitu, udah nggak gue pake lagi, apalagi cuma motor bebek begitu, motor cewek,” timpal yang lain. Kemudian mereka tertawa.Tak lama kemudian Dirga datang dengan motornya kemudian menghampiri anak-anak orang kaya yang sedang menertawakan Raka. “Eh, eh, apa-apaan kalian ha? Udah bubar! Bubar!” ucap Dirga. “Ah, Lu Dirga, anak pembantu lu aja, dibela, nggak asik ah...” gerutu salah satu dari mereka. “Kamu nggak apa-apa Ka?” tanya Dirga sambil melihat anak-anak yang telah dibubarkan oleh Dirga. “Nggak apa-apa, aku udah biasa Ga, diperlakukan begini oleh mereka,” ucap Raka tertawa garing. “Ya udah ayo kita masuk!” ajak Dirga. Zahra
Baca selengkapnya

Bab 159

Gendhis kembali' teringat akan kata-kata Farra, ia kembali mengingat-ingat wajah Raka, memang selama Gendhis tak pernah memperlihatkan wajah Raka dengan seksama, karena yang ia tahu Dirga adalah anak Annisa yang sesungguhnya. Ah mungkin kah semua yang dikatakan oleh Farra itu? Tapi mengapa? Teka teki yang sulit sekali terpecahkan, mungkinkah Ia harus bertemu dengan Annisa esok hari? Tapi jika ternyata nanti bukan bagaiman? Farid masuk ke kamarnya, ia melihat sang istri belum juga tidur, padahal pamit tidurnya sudah dari tadi."Kok belum tidur sayang?" tanya Farid sambil merebahkan tubuhnya di samping Gendhis."Iya ni Mas, aku nggak bisa tidur setelah mendengar ucapan Farra tadi, aku merasa apa yang dikatakan Farra benar, secara tak langsung wajah Raka mirip dengan Damar, entah di bagian mananya? coba Masa ingat-ingat?" ucap Gendhis.Farid seperti sedang berpikir, ia memang jarang bertemu dengan Raka, bahkan bisa dihitung dengan jari, karena Farid terlalu sibuk di kantor. Terkadang j
Baca selengkapnya

Bab 160

Satu jam kemudian Gendhis tiba di rumah Mamanya, ia segera menemui Annisa, tapi Gendhis tak ingin membuat semua orang curiga, dia duduk santai dulu dengan Bu Widya dan Pak Danu, juga Damar yang juga sudah pulang dari kantor."Kok ke sini lagi Ndis?" tanya Bu Widya."Kok gitu sih Ma? Mentang-mentang anaknya sudah tak tinggal di sini lagi, " ucap Gendhis berkelakar. "Bercanda, itu saja dimasukkan ke dalam hati, sensitif sekali," ucap Mama Widya tertawa kecil.Setelah bercanda dan mengobrol sebentar, Kemudian barulah Gendhis mengajak Annisa ke taman belakang agar lebih leluasa berbincang. Gendhis melihat ke kiri dan ke kanan takut ada yang mendengarkan. Tadi ia melihat Rania ibunya Raka yang masih bekerja pada sore harinya.“Nis ada yang mau aku tanyakan padamu,” ucap Gendhis serius. Annisa mendengarkan adik iparnya itu dengan seksama. “Kamu yakin Dirga itu adalah anakmu?” tanya Gendhis. Annisa tertawa. “Gendhis, Gendhis, kok kamu bicara begitu, yakinlah, memangnya kenapa?” tanya Ann
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
22
DMCA.com Protection Status